DAMASKUS (Arrahmah.com) – Para pemimpin oposisi di Suriah memprediksikan bahwa Presiden Bashar al-Assad akan mengikuti jejak Gaddafi, menjadi pemimpin Timur Tengah selanjutnya yang dicentang dari kekuasaan oleh pemberontakan.
Bahkan saat Dewan Transisi Nasional Libya siap untuk menyatakan kemenangan dalam perang sipil tadi malam, massa Suriah ikut merayakan dengan turun ke jalan-jalan di kota Homs, seorang aktivis di negara itu menyatakan.
“Mereka meneriakkan bahwa ini adalah hari kegembiraan dan harapan,” kata seorang juru bicara Komisi Umum Revolusi Suriah. “Kami semua sangat bahagia dan kami berharap bahwa hal serupa akan terjadi berikutnya pada Bashar al-Assad. Kami berharap Liga Arab akan membantu kami setelah prestasi besar ini.”
Amr al-Azm, seorang pembangkang di pengasingan di Amerika Serikat yang membantu membentuk oposisi Dewan Nasional Suriah awal tahun ini mengatakan bahwa Assad harus mengambil pelajaran dari mereka yang sudah pergi. Zine al-Abedine Ben Ali dari Tunisia lari awal tahun ini, dan sekarang hidup dan di Arab Saudi. Hosni Mubarak berhasil didepak dari kekuassan dan saat ini dipenjara dan diadili.
Pemberontakan Suriah telah terbukti sangat tangguh selama tujuh bulan terakhir, tetapi telah menunjukkan beberapa tanda-tanda mengulur-ulur dalam beberapa pekan terakhir karena pemerintah terus melakukan penumpasan berdarah yang dalam perhitungan PBB telah menewaskan lebih dari 3.000 orang.
Pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa Suriah Jumat, menewaskan setidaknya empat, kata aktivis.
Meskipun demonstrasi massa di Suriah telah terguncang salah satu rezim paling otoriter di Timur Tengah, oposisi tidak membuat keuntungan besar dalam beberapa bulan terakhir, memegang wilayah tidak ada dan tidak memiliki kepemimpinan yang jelas.
Pemberontakan bersenjata di Libya yang mendorong Gaddafi dari kekuasaan – meskipun dengan dukungan udara dari salibis NATO – tampaknya telah meniupkan kehidupan baru bagi pemberontakan Suriah.
“Gaddafi hilang, giliran anda akan datang, Bashar,” teriak pengunjuk rasa pada hari Jumat (21/10/2011) di pusat kota Hama.
Pasca keberhasilan revolusioner bersenjata di Libya, pengunjuk rasa Suriah banyak yang mengatakan mereka mulai habis kesabaran, terutama bila dibandingkan dengan pemberontakan bersenjata di Libya.
Beberapa pengunjuk rasa Suriah bahkan menyatakan saatnya mengangkat senjata dan mengundang aksi militer asing. Mereka mengusung poster, “Dimana NATO?” dan mendesak dunia untuk segera datang ke Suriah.
Meski demikian, sebagian besar pemimpin oposisi Suriah menentang intervensi asing. (althaf/arrahmah.com)