BOGOR (Arrahmah.com) – Bashar Assad sebaiknya segera mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah. Langkah pengunduran diri tersebut diyakini merupakan langkah awal untuk mengakhiri perang saudara menentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad yang sudah berlangsung hampir dua tahun dan diperkirakan menewaskan puluhan ribu orang warga Suriah.
Demikian kata Presiden SBY sebagaimana disampaikan Jubir Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha. Hal ini disampaikannya usai pertemuan antara Presiden SBY dengan rombongan ulama dari sejumlah negara-negara Islam di Istana Bogor, Bogor, Senin (7/1/2013) seperti dilansir detikcom.
“Hendaknya Presiden Assad mengundurkan diri karena Suriah membutuhkan pemimpin lain yang lebih mencintai rakyatnya. Demikian yang disampaikan Bapak Presiden,” kata Julian.
Bersamaan dengan penghentian konflik, bantuan kemanusian harus kepada warga Suriah harus tetap disalurkan. Komunitas internasional wajib menjamin bahwa tidak ada hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusian tersebut.
“Tiga hal tadi yang dipandang presiden sangat mendesak dilakukan di Suriah. Hentikan konflik kekerasan di sana dan menggembalikan Suriah, karena kita juga berkepentingan untuk menjaga peradaban Islam yang sangat maju dan tua di sana,” lanjut Julian.
Ditempat yang sama Staf Khusus Presiden Bidang Internasional Teuku Faizasyah mengatakan Presiden SBY sudah membicarakan penanganan konflik di Suriah dengan PBB.
“Bapak Presiden menggarisbawahi posisi Indonesia, menjelaskan bahwa sudah berbicara dengan tokoh-tokoh dari negara muslim, seperti Turki, Mesir dan Pakistan, untuk bagaimana PBB dan masyarakat internasional mencari solusi bagi masalah di Suriah,” kata Faizasyah.
Pertemuan antara Presiden SBY dengan rombongan ulama berlangsung pukul 09.00 WIB. Para ulama tersebut di antaranya adalah Syekh Muhammad Ali Ash-Shobuni ulama besar Suriah yang menetap di Saudi Arabia, Ahmad Mujahid Bin Muhammad Ali Ash-Shobuni (Saudi Arabia), H. Kechik (Malaysia), H. Salin Hasan Barakwan (Indonesia), Nopel Abdullah Al-Kaff (Indonesia), Abbas (Indonesia), dan Ustadz Kamal Hasan (Indonesia). (bilal/arrahmah.com)