ISLAMABAD (Arrahmah.id) – Pejabat kesehatan Pakistan telah melaporkan wabah penyakit yang ditularkan melalui air di daerah yang dilanda banjir yang memecahkan rekor baru-baru ini, ketika pihak berwenang meningkatkan upaya untuk memastikan penyediaan air minum bersih untuk ratusan ribu orang yang kehilangan rumah mereka dalam bencana tersebut.
Diare, penyakit kulit dan infeksi mata menyebar di kamp-kamp bantuan yang didirikan oleh pemerintah di seluruh negeri. Lebih dari 90.000 kasus diare dilaporkan dari salah satu provinsi yang paling parah dilanda, Sindh, dalam 24 jam terakhir, menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh pejabat kesehatan pada Kamis (1/9/2022), lansir Al Jazeera.
Perkembangan terakhir terjadi sehari setelah pemerintah dan Organisasi Kesehatan Dunia menyuarakan keprihatinan atas penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air di antara korban banjir.
Pakistan menyalahkan perubahan iklim atas hujan muson awal dan lebat yang tidak biasa, yang sejak Juni telah menyebabkan banjir bandang yang telah menewaskan hampir 1.200 orang dan memengaruhi 33 juta orang. Sekitar satu juta rumah juga telah rusak atau hancur.
Air banjir terus surut di sebagian besar negara, tetapi banyak distrik di provinsi Sindh selatan tetap terendam air.
Hampir setengah juta orang yang mengungsi akibat banjir tinggal di kamp-kamp bantuan. Di Sindh, ribuan kamp medis telah didirikan di daerah yang dilanda banjir untuk merawat para korban, kata Dr Azra Fazal Pechuho, menteri kesehatan provinsi. Unit medis keliling juga telah dikerahkan.
WHO mengatakan pihaknya meningkatkan pengawasan untuk diare akut, kolera dan penyakit menular lainnya dan menyediakan pasokan medis ke fasilitas kesehatan.
Dokter mengatakan awalnya mereka melihat sebagian besar pasien trauma akibat banjir, tetapi mereka sekarang merawat ribuan orang yang menderita diare, infeksi kulit dan penyakit lain yang ditularkan melalui air. Banyak ibu hamil yang tinggal di daerah yang terkena dampak banjir juga terkena risiko.
Menurut Dana Kependudukan PBB, 6,4 juta korban banjir membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dikatakan sekitar 650.000 wanita hamil di daerah yang terkena banjir, termasuk 73.000 yang diperkirakan akan melahirkan pada bulan depan, membutuhkan layanan kesehatan ibu. (haninmazaya/arrahmah.id)