MARKA (Arrahmah.com) – Misi Uni Afrika di Somalia (AMISOM) pada Jum’at (21/8/2015) “meminta maaf” untuk pembunuhan brutal yang mengakibatkan kematian tujuh warga sipil di sebuah pesta pernikahan bulan lalu di sebuah kota di Somalia. Sebelumnya pejabat Uni Afrika membantah tuduhan terhadap mereka.
Saksi yang merupakan penduduk kota pelabuhan Marka mengatakan kepada AFP bahwa pasukan Uni Afrika yang disebar di Somalia telah melepaskan tembakan ke arah warga sipil setelah konvoy mereka mendapat serangan granat pada 21 Juli lalu.
Beberapa jam setelah serangan itu, AMISOM menolak “tuduhan licik” yang dialamatkan kepada pasukannya.
Namun Human Rights Watch (HRW) mengeluarkan laporan yang mengatakan bahwa tentara Uganda yang tergabung dalam AMISOM telah membunuh warga sipil dalam serangan berdarah dingin di sebuah pesta pernikahan setelah serangan bom terhadap konvoy mereka.
“Di sebuah rumah, di mana keluarga Moalim Iidey merayakan pernikahan, tentara memisahkan tamu laki-laki dan perempuan dan menembak enam laki-laki dewasa-empat bersaudara, ayah mereka dan paman mereka,” ujar laporan HRW.
“Empat orang meninggal di tempat, seorang anak bersembunyi di bawah tempat tidur setelah ditembak, namun kemudian ia meninggal dan ayahnya meninggal pada malam hari setelah tentara menolak untuk mengizinkan keluarga untuk membawanya ke rumah sakit.”
Pada Jum’at (21/8), utusan Uni Afrika dan kepala AMISOM, Maman Sidokou mengakui pembunuhan warga sipil tersebut.
“Kami telah menetapkan bahwa pada kesempatan itu tujuh warga sipil tewas menyusul insiden yang melibatkan pasukan kami,” ujar Sidokou dalam sebuah pernyataan yang dirilis di Kenya.
“Atas nama Uni Afrika, saya ingin menyampaikan permintaan maaf ‘yang tulus’ atas kematian ini. Kami ‘menyesalkan’ kematian ini,” klaimnya.
Tiga tentara AMISOM diklaim telah didakwa dan sedang menunggu untuk diadili di peradilan militer.
Dikirim sejak 2007, pasukan Uni Afrika berupaya memerangi Mujahidin Asy-Syabaab Somalia, namun tak jarang operasi militer mereka berimbas terhadap warga sipil Somalia. Puluhan warga sipil telah tewas sejak operasi militer mereka diluncurkan, tetapi hanya sedikit dari insiden-insiden yang melibatkan warga sipil yang diakui oleh pejabat Uni Afrika. (haninmazaya/arrahmah.com)