GAZA (Arrahmah.com) – Rakyat Gaza menandai satu tahun sejak serangan udara “Israel” dilancarkan yang menandakan dimulainya perang yang menewaskan sedikitnya 2.251 warga Palestina dan meninggalkan ribuan lainnya luka-luka.
Setahun berlalu, penduduk di wilayah Jalur Gaza yang diblokade masih terus berjuang untuk membangun kembali infrastruktur dan mengakses fasilitas dasar.
Warga Palestina mengatakan kepada Al Jazeera bahwa hanya sedikit yang dilakukan untuk membantu mereka pulih dan kembali melanjutkan kehidupan.
Salah satu korban yang selamat dari perang, Ibrahim Abdeldaem, kehilangan kakinya dalam serangan udara pengcut “Israel” sementara keluarganya berlindung di sebuah sekolah PBB di kota Gaza. Ayah dan saudaranya tewas dalam serangan itu dan satu tahun kemudian dia mengatakan dia tidak lagi memiliki harapan bahwa hidupnya akan bisa lebih baik.
“Saya benar-benar hancur. Saya sudah kehilangan kaki. Saya telah kehilangan pekerjaan. Saya tidak bisa meninggalkan Gaza karena kami berada di bawah pengepungan dari segala sisi. Yang saya inginkan adalah setidaknya satu anggota tubuh buatan untuk merasa seperti orang normal lagi,” ujar Abdeldaem.
Pengepungan masih berlanjut
Lebih dari 12.000 rumah hancur dalam perang dan 100.000 rusak. Donor internasional termasuk negara-negara Teluk Arab dan Amerika Serikat menjanjikan bantuan 5 milyar USD untuk membangun kembali Gaza. Namun hal itu seperti belum dirasakan oleh warga Gaza.
Direktur badan PBB, UNRWA, Robert Turner mengkritik blokade dan menyerukan “Israel” untuk mengakhirinya segera agar pembangunan Gaza bisa cepat terlaksana.
“Blokade tetap terjadi dan efek melumpuhkan Gaza tidak bisa dimaafkan,” ujar Turner dalam konferensi pers yang digelar pada Rabu (8/7/2015).
Pengepungan oleh “Israel” yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, berarti bahan bangunan yang sangat dibutuhkan seperti semen, belum diperbolehkan masuk, meskipun PBB telah menawarkan untuk mengawasi proses.
Sekitar 20.000 warga Palestina masih tinggal di tempat penampungan sementara mulai dari kontainer kargo hingga tenda darurat yang dibangun di depan puing-puing rumah warga yang hancur setelah dibombardir.
17 rumah sakit, 56 fasilitas kesehatan primer, dan 45 ambulans rusak atau hancur selama konflik. Biaya untuk memperbaiki sistem kesehatan Gaza sekitar 50 juta USD. (haninmazaya/arrahmah.com)