JAKARTA (Arrahmah.id) – Seruan ‘All Eyes on Rafah’ bergema dan viral di media sosial. Seruan ini menjadi ajakan agar banyak orang yang memusatkan perhatian ke Rafah, yang terletak di Gaza Selatan.
Seruan ‘All Eyes On Rafah’ menjadi salah satu ungkapan kemarahan warga online. Banyak kalangan mengunggah konten yang berkaitan dengan ‘All Eyes On Rafah’ melalui media sosial masing-masing.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) Anwar Abbas mengatakan bahwa seruan ‘All Eyes on Rafah’ merupakan sebuah bukti bahwa dunia telah melihat kebiadaban “Israel” terhadap Palestina.
“Melihat tindak kebiadaban yang dilakukan “Israel” terhadap rakyat Palestina di Gaza dan terakhir di Rafah, benar-benar telah membuka mata dunia karena ternyata “Israel” benar-benar telah memperlihatkan dirinya sebagai bangsa yang tidak mengenal rasa perikemanusiaan dan rasa kasihan sama sekali,” kata Anwar, seperti dilansir MNC Portal, pada Jumat (31/5/2024).
Kebiadaban “Israel” yang tidak segan-segan membom, membunuh, dan membakar hidup-hidup rakyat Palestina membuat banyak orang sadar bahwa kekejaman yang dilakukan oleh “Israel” tidak dapat ditolerir lagi.
“Hal-hal seperti inilah yang telah membuat beberapa negara yang semula merupakan sekutu ‘Israel’ mulai mengkritik kebijakan dan tindakan ‘Israel’ tersebut,” katanya.
Bahkan baru-baru ini, lanjutnya, massa pro Palestina di Mexico City telah mengepung dan membakar kedutaan besar “Israel” di Mexico City. Rakyat Mexico marah melihat pembantaian yang dilakukan oleh tentara “Israel” di Rafah, Palestina.
Karena itu, MUI meminta masyarakat dunia untuk mengutuk tindakan biadab dari “Israel” terhadap Palestina.
“MUI mengimbau masyarakat dunia untuk mengutuk tindakan biadab yang telah dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina serta menghentikan sesegera mungkin perbuatan yang sangat tidak berperikemanusiaan,” katanya.
Tekanan itu perlu dilakukan, karena jika “Israel” tidak berhenti, maka eskalasi politik jelas akan terjadi tidak hanya di Timur Tengah tapi juga dalam skala global.
“Dan hal demikian tentu jelas akan sangat merugikan masyarakat dunia,” katanya.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Palestina jumlah korban yang tewas dari rakyat Palestina sudah mencapai lebih dari 32.000 orang. Mayoritas di antaranya adalah kaum perempuan dan anak-anak serta lebih dari 70.000 orang mengalami luka-luka dan cacat permanen. (Rafa/arrahmah.id)