PALU (Arrahmah.com) – Saksi gempa bumi tektonik yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah mengungkapkan bahwa ada seribuan warga sedang berada di pinggir pantai anjungan Nusantara, Kota Palu, Jumat (28/9) sore, saat tsunami menerjang wilayah tersebut.
Masyarakat setempat saat itu sedang menantikan acara pembukaan Festival ‘Pesona Palu Lomoni’ yang digelar di pantai tersebut.
”Ada seribuan warga yang berkumpul, termasuk pelajar yang akan ikut mengisi acara festival itu,” ungkap Adrian kepada wartawan LKBN Antara, Rolex Malaha di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9/2018).
Menteri Pariwisata, Arief Yahya bersama Wali Kota Palu, Hidayat, semula dijadwalkan akan membuka acara tersebut. Tetapi, para pejabat saat itu belum hadir di tempat acara pembukaan festival saat bencana tsunami terjadi.
Adrian, yang bertugas sebagai Satpol PP Kota Palu, juga mengatakan bahwa ratusan rekannya sampai saat ini belum ditemukan usai terjangan tsunami.
Ditemui Antara di sekitar Balai Kota Palu, Adrian menceritakan kronologinya. Adrian merupakan bagian dari 250 anggota Satpol-PP Kota Palu yang pada Jumat (28/9) mengamankan lokasi acara.
Ratusan anggota Satpol-PP berada di lokasi acara festival yang berlangsung di pinggir pantai anjungan Nusantara, Kota Palu, bersama anggota pengamanan lainnya yang berasal dari unsur TNI, Polri, Dinas Perhubungan.
Mereka melakukan apel pasukan untuk mengamankan festival tersebut, pada Jumat (28/9), pukul 15.00 WITA. “Tiba-tiba gempa pertama terjadi disusul kepanikan orang yang sebagian melarikan diri menjauh dari pantai,” tutur Adrian.
“Namun, setelah kami melihat air tiba-tiba turun, dan akhirnya terjadi kepanikan besar. Belum sempat melarikan diri, terjadi gempa yang lebih besar pada 7,4 SR itu, dan tiba-tiba air naik,” lanjutnya.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Antara, hingga Sabtu pagi hingga 10.17 WITA, jenazah anggota Satpol-PP yang ditemukan baru empat orang, yang ada di kantor wali kota. Ada pun ratusan lainnya belum diketahui nasibnya.
(ameera/arrahmah.com)