(Arrahmah.com) – Abu Bashir As-Syami memutuskan untuk menulis kesaksiannya tentang fitnah yang terjadi di bumi Jihad Syam karena merasa memiliki tanggung jawab atas darah yang terus mengalir di negeri kaum Muslimin itu dengan harapan bahwa catatan ini dapat menambah nilai positif bagi perjalanan jihad Islam.
Kesaksian ini menyoroti kinerja “Daulah Islam”, atau kelompok Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS. Ia menyampaikan kesaksian ini berdasarkan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri dan berdasarkan apa yang ia dengarkan dari para saksi dari dua pihak yang terlibat, supaya jihad Islam tidak terjerumus ke dalam kesalahan-kesalahan pengalaman jihad sebelumnya.
Ia menyatakan bahwa dirinya menulis catatan ini dengan adil dan netral. Ia meminta kesepakatan dari para pembaca untuk tidak merasa terkesan dengan keterbukaannya dalam menjabarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dan kesaksian dari para saksi. Ia berusaha menuliskan semua, baik yang menguatkan argumen Daulah maupun yang melemahkannya.
Ia juga menyatakan telah berusaha sekuat tenaga untuk berkomunikasi dengan para saksi mata serta para komandan yang jumlahnya sudah tak terhitung, khususnya komandan dari pihak Daulah, agar ia dapat mempercayai kesaksian mereka. Kesaksian sejarah ini juga berbeda dari yang biasanya, jika biasanya para saksi menulis kesaksian mereka pasca peristiwa, maka ia menuliskannya di sela-sela berlangsungnya peristiwa itu.
Setelah lama menahan diri dan akhirnya muncul desakan dari puluhan ikhwah serta setelah melakukan istikharah dan musyawarah untuk mengungkapkan kesaksiannya, berikut bagian akhir terjemahan serial kesaksian Abu Bashir As-Syami lanjutan dari bagian pertama, kedua, dan ketiga yang dipublikasikan oleh Muqawamah Media pada Jum’at (27/2/2015).
بسم الله الرحمن الرحيم
BAGIAN EMPAT
Daulah berusaha sekuat tenaga untuk membela dirinya dari tuduhan suka membunuh dan mengkafirkan, berpuluh-puluh kali Daulah membantah bahwa pihaknya tidak mengkafirkan kaum muslimin dan memulai pertikaian. Kami telah menerangkan dengan jelas pada bagian-bagian sebelumnya bahwa berdasarkan kronologi peristiwa dan pernyataan Daulah sendiri, dapat dibuktikan bahwa Daulah lah yang memulai pertikaian dan penyerobotan terhadap pihak mujahidin lainnya.
Pada bagian ini kami akan menjelaskan bahwa Daulah telah terjerumus ke dalam rawa takfir sehingga menyebabkan Daulah melakukan sejumlah kejahatan, saya akan menceritakan kisah yang saya alami sendiri dan saya akan mencantumkan kesaksian dari beberapa orang saksi yang akan menguatkan kesaksian saya. Dan saya akan menyoroti secara sederhana sebagian pernyataan Daulah yang tidak disadari oleh kebanyakan ikhwah bahwa di dalamnya terdapat pernyataan vonis kafir terhadap sejumlah mujahidin terkenal, yang kemudian menyebabkan penghalalan terhadap darah mereka.
Saya ingin mengingatkan kepada pembaca bahwa yang saya tulis ini adalah sebuah catatan, yaitu catatan yang berisi sekumpulan kisah dan peristiwa yang dialami sendiri oleh penuturnya, sebagaimana diketahui, keyakinan itu harus melalui beberapa tahapan. Pada awal pecahnya fitnah, saya lebih condong membela Daulah, dan pembelaan ini terus bertambah setiap kali saya mendengar isu (bahkan berita bohong) mengenai Daulah yang sampai sekarang masih terus menjadi perbincangan para ikhwah, saya juga masih ingat bahwa saya selalu membela Daulah ketika sedang berada dalam sejumlah majlis (pada awalnya), hingga suatu ketika saya mendengar orang-orang berbisik mengomentari saya sebagai seorang yang memanfaatkan keadaan.
BERBAGAI MACAM TINDAKAN MENGKAFIRKAN YANG DILAKUKAN SEBELUM TERJADI KONTAK SENJATA
Pada awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan puluhan ungkapan dan fenomena takfir yang saya kira hanya sebatas ide abnormal yang tidak akan memberikan dampak yang berbahaya, namun setelah itu barulah saya menyadari bahwa saya telah meremehkan potensi berbahayanya. Lama kelamaan, kejadian demi kejadian datang silih berganti, maka sayapun membuka panca indera saya lebih lebar.
Saya masih ingat ketika fenomena menyedihkan sekaligus menggelikan itu muncul pertama kali, seorang ikhwah yang terpercaya menceritakan kisahnya kepada saya dan ia menyaksikan kejadiannya sehingga ia tahu mengenai detail kisahnya:
Seorang penanggung jawab syariat Daulah memerintahkan kepada seorang pria paruh baya (yang bergabung dengan Daulah) agar menceraikan putrinya dari sang suami (si suami ini adalah temannya temanku yang menceritakan kisah ini) karena sang suami telah murtad, dengan alasan pernah mengikuti pemilu di Mesir!!
Maka pria paruh baya itu pun melaksanakan perintah sang penanggung jawab syariat, ia memisahkan putrinya dari si suami, dan ia tidak boleh kembali kepada suaminya hingga si suami menandatangani surat permohonan taubat!!
Peristiwa ini terjadi sebelum adanya konflik antara Daulah dengan para penentangnya.
Allah lebih tahu mengenai rincian kisah ini, namun ini bukanlah yang menjadi perhatian kami, yang saya inginkan adalah mengajak pembaca untuk ikut merasakan fluktuasi psikologis yang pada awalnya saya alami ketika memikirkan Daulah. Contohnya seperti kisah-kisah diatas ketika satu kisah bersatu padu dengan kisah yang lainnya sehingga perkara ini menjadi semakin jelas bagi anda, tapi saya pribadi tidak mau bersandar pada kisah-kisah seperti itu walaupun kisah itu banyak sekali. Prinsip riset ilmiah saya menolak pribadi saya melakukan hal yang demikian.
Cerita selanjutnya, seorang ikhwah mengabarkan kepada saya kisah yang mengherankan, suatu ketika ia menghadiri seminar yang diselenggarakan oleh Daulah. Di dalam seminar itu ia mendengar dengan telinganya sendiri bahwa Daulah mengkafirkan Syaikh Bin Baz Rahimahullah, disebabkan fatwa kontroversional beliau yang membolehkan kerjasama dengan Amerika pada saat perang Iraq pertama.
Kali ketiga adalah ketika saya berkunjung ke sebuah markas yang di dalamnya ada puluhan muhajirin, setelah kami selesai melaksanakan shalat shubuh, ada seorang yang tahu bahwa saya memiliki spesialisasi dalam bidang siyasah syar’iyyah mendatangi saya dan bertanya; “apa pendapatmu mengenai Mursi?” (saat itu Mursi masih memerintah di Mesir)
Karena saya memiliki pengalaman ketika menjawab pertanyaan semacam ini, sayapun meminta maaf tidak bisa memberikan jawaban dan menyarankan lebih baik kita menyempurnakan dzikir pagi. Namun ikhwah yang lain mendesak saya agar memberikan jawaban, akan tetapi saya yakin bahwa sang penanya ingin mendapatkan jawaban tertentu dari saya. Karena setahu saya orang-orang yang ada di situ memiliki pandangan yang berbeda-beda, dan jawaban saya bisa saja menjadi fitnah. Maka saya menegaskan kembali kepada mereka bahwa saya tidak bisa memberikan jawaban, namun secara spontan salah seorang yang hadir berdiri dan berkata yang maknanya kurang lebih seperti ini:
“Mengapa engkau menghindar dari memberikan jawaban? Mursi dan Ikhwanul Muslimin adalah murtaddun dan hal ini lebih jelas daripada matahari.” Setelah itu saya baru tahu bahwa semua ikhwah itu telah bergabung dengan Daulah.
Serta masih banyak lagi cerita-cerita yang seakan-akan memberitahukan kepada saya (sebelum terjadi baku tembak antar mujahidin):
“Para ikhwah itu akan menjadi biang kerok dari banyak peristiwa di masa yang akan datang.”
DETAIL BARU DARI KASUS PEMBUNUHAN ABU MIQDAM, SANG PEMBURU TANK.
Beberapa minggu pasca pembunuhan Abu Miqdam, saya menyurati (via internet) salah seorang ikhwah yang sangat akrab dengan Abu Miqdam, saya bertanya kepadanya:
“Apa rahasianya sehingga Ahrar Syam dapat menyingkap bahwa Daulah lah yang telah membunuh Abu Miqdam?” maka dia menjawab:
“Engkau bertanya kepada orang yang tepat.” Kemudian ia melanjutkan:
“Saya akan menceritakan beberapa detail yang tidak banyak tersebar dan sampai sekarang masih tidak diketahui kecuali oleh keluarga Abu Miqdam dan segelintir sahabat beliau Rahimahullah.” Maka saya pun merasa gembira karena akan menemukan petunjuk baru dari kasus berdarah dalam sejarah perjalanan revolusi ini. Ia berkata kepada saya:
“Batalion Al Khadra’ mengirim sejumlah orang utusan ke rumah Abu Miqdam setelah kesyahidan beliau untuk menceritakan detail penangkapan sebelum beliau dibunuh dan saya hadir dalam pertemuan itu. Diantara utusan tersebut ada beberapa saksi mata yang menceritakan kepada kami tentang apa yang mereka saksikan secara langsung..” Kemudian teman saya yang menceritakan kisah ini berhenti bercerita karena mengaku sedang sibuk, saya melakukan pembicaraan ini via internet, dan ia berjanji akan mengirimkan tulisan dari apa yang ia dengar dari para utusan Batalion Al Khadra’ secara lengkap. Selang beberapa hari, ia benar-benar mengirimkan catatan berikut ini:
(Saya tidak mengkoreksi sebagian kesalahan penulisan yang ada di dalamnya, namun saya tetap mengkoreksi kesalahan yang akan menyulitkan pembaca untuk memahaminya.)
Kisah Abu Miqdam Taqabbalahullah:
Saudara Abu Miqdam saling berkomunikasi dengan para ikhwah yang sedang bertempur di front Qalamoun. Mereka mengabarkan kepadanya bahwa mereka memiliki ATGM Konkurs namun di antara mereka tidak ada yang bisa mengoperasikannya. Sedangkan perlatan yang paling dibutuhkan di sana adalah roket jarak jauh. Namun jarak (yang harus ditempuh oleh Abu Miqdam untuk sampai ke lokasi pertempuran) sangat jauh, karena rumahnya berada di dekat perbatasan Turki sedangkan lokasi pertempuran ada di perbatasan Lebanon, sehingga beliau harus melintasi Suriah dari ujung ke ujung untuk bisa sampai ke sana dengan kondisi jalanan yang tidak menentu. Beliau menganggap panggilan ini sebagai amanah yang kelak di hari kiamat ia akan ditanya mengenainya.
Akhirnya beliau pun berangkat dengan membawa alat peluncur ATGM Konkurs dan dikawal oleh Batalion Al Khadra’. Batalion tersebut adalah kesatuan independen yang mayoritas anggotanya adalah para muhajirin, kesatuan ini memiliki semacam perjanjian damai dengan Daish, sehingga ia bisa melewati kawasan Daish dengan mudah. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan secara diam-diam dengan cara menebeng iring-iringan kendaraan yang membawa bantuan kemanusiaan dan beliau menyembunyikan alat peluncur yang dibawanya di tengah-tengah tumpukan barang-barang bantuan. Sesampainya di Qalamoun, beliau terjun ke dalam pertempuran dan berhasil menghancurkan sejumlah tank musuh serta menghentikan iring-iringan pasukan bantuan Hizbullah, maka musuhpun menderita kerugian yang besar. Setelah berhasil menorehkan prestasi dalam pertempuran itu, beliau memutuskan untuk menetap di sana sambil membantu para ikhwah.
Kemudian beliau pulang ke rumah untuk menjenguk keluarganya dan memberitahukan kepada mereka niatnya (untuk lanjut berperang). Di tengah perjalanan, pasukan Daish menghentikan iring-iringan kendaraan Batalion Al Khadra’ yang mengawal Abu Miqdam, kemudian penanggung jawab Daulah untuk wilayah itu yang bernama Abu Uwaid pun berkata kepada Abu Miqdam:
“Engkau aman jika engkau mau memberitahukan kepada kami, ke pihak mana engkau berafiliasi?” maka Abu Miqdam menjawab bahwa ia dari Ahrar Syam, dan beliau adalah satu-satunya orang yang tidak mau ikut memerangi Daish, beliau berharap semoga dengan beliau menunjukkan jati dirinya, mereka mau bersikap lunak kepada beliau. Karena ketika terjadi peperangan (antara Daulah melawan Ahrar Syam) beliau mendatangi salah seorang temannya yang anggota Daulah bernama Abu Al Barra’ Al-Jazairi dengan mengenakan pakaian sipil, dan menyatakan kepadanya bahwa secara pribadi beliau tidak akan ikut serta memerangi Daulah. Namun setelah beliau membuka jati dirinya, mereka menangkapnya, dan Batalion Al Khadra’ melanjutkan perjalanan tanpa dirinya. Ketika sejumlah komandan Batalion Al Khadra’ melewati jalan tersebut, mereka melihat Abu Ayman Al-Iraqi sedang menjambak kepala Abu Miqdam dan memasukkan beliau ke dalam mobilnya, kemudian ia mendatangi para komandan itu dan mengatakan:
“Kalian tidak memberikan tumpangan kepada Ahrar Syam?” (semacam kalimat sindiran)
2 atau 3 hari setelah obrolan dengan Abu Ayman itu, muncullah foto-foto penyembelihan Abu Miqdam. Orang yang diberikan pengakuan jati diri oleh Abu Miqdam di pos pemeriksaan Daulah adalah supir dari komandan Daulah terkenal bernama Abu ***, sedangkan yang menangkap beliau adalah Abu ***, juga seorang komandan Daulah.
Cerita ini dituturkan langsung oleh para ikhwah Batalion Al Khadra’ yang selalu mendampingi beliau sejak keluar dari Qalamoun hingga tertangkap oleh pasukan Daish.” (sampai di sini kesaksian dari teman dekat Abu Miqdam)
Setelah berselang beberapa hari, saya masih terus memikirkan cerita ini, sampai suatu ketika saya berada di Kota Saraqib, maka saya memutuskan untuk mengunjungi keluarga Abu Miqdam dan saya bertemu langsung dengan saudara kandung Abu Miqdam. Ia pun menceritakan cerita yang sama dari awal hingga para utusan dari Batalion Al Khadra’ datang berkunjung ke rumah dan menceritakan kepada keluarganya detail yang sama dengan cerita di atas.
Kemarin pada tanggal 20 Oktober 2014, saya bertemu dengan salah seorang sahabat Abu Miqdam, ia berkata kepada saya:
“Suatu ketika Abu Miqdam sedang berbelanja ke pasar, ia masuk ke dalam toko roti, dan seorang ikhwah bertanya kepadanya; ‘apa yang akan engkau lakukan seandainya Daulah menyerbu markas kalian?’ beliau menjawab: ‘saya akan menyambut mereka sambil menghidangkan roti ini.'”
Video berikut diatas, disertai dengan kesaksian sudah cukup untuk mematahkan bantahan para pendukung Daulah. Dan saya sangat percaya dengan isi video tersebut, karena saya melihat sendiri semua foto-foto yang ada di dalam video itu di dalam akun sang pembunuh Abu Miqdam sebelum akunnya dihapus.
TITIK PERUBAHAN BESAR-BESARAN (PERNYATAAN YANG MENGHILANGKAN MISTERI)
Di antara hal yang paling mengherankan adalah; ratusan fans Daulah menampik tuduhan sikap berlebih-lebihan yang dialamatkan kepada Daulah, padahal Daulah sendiri tidak membantah bahwa ia mengkafirkan jamaah-jamaah jihad yang baik, dan ini bukanlah pendapat pribadi penanggung jawab syariat mereka, namun ini adalah sikap resmi Daulah yang diajarkan di kamp-kamp militer dan seminar-seminar syariat mereka. Bahkan disebutkan di dalam pernyataan resmi mereka, engkau cukup membaca pernyataan mereka tentang Jabhah Islamiyah yang penuh dengan vonis kafir.
Saya masih ingat bagaimana saya sangat bersemangat melahap isi pernyataan Daulah yang baru dirilis, saya masih ingat bagaimana saya merasa shock dan ketika saya membaca kalimat dari pernyataan itu, contoh kalimatnya misalkan:
“Sesungguhnya para pemimpin kelompok yang dinamakan dengan Jabhah Islamiyah telah melakukan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan kekufuran sebelum mereka mendirikan kelompok itu, maupun sesudahnya. Diantara yang paling utama adalah mengakui dan membenarkan metode orang-orang kafir serta memberikan loyalitas kepada orang-orang murtad anggota lembaga kufur, yaitu Haiah Al-Arkan.”
Di sini saya tidak akan membahas tentang vonis kafir mereka terhadap Haiah Al di sini, kami akan membuat ulasan ilmiah mengenai permasalahan ini di luar tulisan ini, Insya Allah. (terlepas dari pro dan kontra yang ada), yang membuat saya prihatin adalah pernyataan menghukumi murtad terhadap Jabhah Islamiyah dan memaksakan sesuatu terhadapnya dengan yang bukan seharusnya ada pada Jabhah Islamiyah, silahkan baca:
“Apabila status hukum Haiah Al-Arkan sudah diketahui, maka pembatal keislaman pertama yang dilakukan oleh para pemimpin Jabhah Islamiyah sudah dapat kami ketahui, yaitu; memberikan loyalitas kepada orang-orang murtad dan menyetujui kekufuran mereka, karena mereka adalah anggota Haiah Al-Arkan.”
Pernyataan itu tidak hanya mengkafirkan Jabhah Islamiyah saja, namun juga merumuskan prinsip takfir yang mengherankan:
“Siapa saja yang loyal kepada Haiah Al-Arkan dan Koalisi Nasional suriah, atau mendukung mereka, atau membela mereka, atau berperang di bawah panji mereka, maka hukumnya sama dengan mereka berdasarkan firman Allah Ta’ala: “Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka..” [Al Maidah: 51]”
Bahkan lebih jauh lagi, mereka mengkafirkan Jabhah Islamiyah meskipun Jabhah Islamiyah mengkafirkan Haiah Al-Arkan secara batin:
“Apabila (pembatal keislaman) ini sudah terbukti adanya, maka ketika para pemimpin Jabhah Islamiyah mengklaim bahwa secara batin kelompoknya bertentangan dengan Haiah Al-Arkan dan Dewan Militernya, sedangkan secara lahiriah ia setuju kepadanya, tidak peduli apapun itu alasannya; klaim tersebut tidak akan bisa menghilangkan cap riddah yang ada padanya.”
Bahkan coba lihat keputusan menjatuhkan vonis kafir yang mengherankan itu, menurut mereka mengingkari di dalam hati di tengah kondisi yang ambigu ini tidak bisa mengeluarkanmu dari ranah kemurtadan (walaupun secara prinsip sebenarnya Jabhah Islamiyah menolak segala misi yang bertujuan men-sekulerkan Suriah) akan tetapi hal ini menurut mereka tidaklah cukup, menurut mereka Jabhah Islamiyah tidak hanya harus meninggalkan Haiah Al Arkan:
“Jika para pemimpin Jabhah Islamiyah meninggalkan kegiatannya di Haiah Al-Arkan, maka dengan hanya meninggalkan saja tidak cukup untuk mengembalikan mereka ke dalam ranah islam selagi mereka belum memenuhi syarat-syarat taubat yang telah disebutkan di atas, serta mengumumkan bahwa mereka telah meninggalkan kegiatannya di Haiah Al-Arkan karena lingkungannya adalah lingkungan murtad.”
Walaupun hujjah-hujjah mereka dalam mengkafirkan Jabhah Islamiyah adalah nol besar ditilik dari kaca mata pembahasan ilmiah, dengan pede-nya mereka menerobos aturan-aturan ilmiah yang berdasarkan syariat:
“Karena kemurtadan para pemimpin Jabhah Islamiyah sudah terbukti dengan adanya pembatal-pembatal keislaman yang mereka lakukan, maka pernyataan dan penjelasan mereka tidak ada maknanya, karena mereka tidak memenuhi syarat-syarat taubat.”
Bagi siapa saja yang mengira bahwa mereka hanya mengkafirkan para komandan dan tidak termasuk para prajurit, silahkan simak cuplikan yang penuh dengan vonis kafir secara menyeluruh:
“Karena kemurtadan para pemimpin Jabhah Islamiyah sudah terbukti adanya, maka ketahuilah bahwa semua orang yang bergabung dengan para murtadin itu padahal ia mengetahui keadaan mereka, lalu ia berperang di bawah panji mereka, maka hukumnya sama dengan mereka, tidak ada perbedaan di mata umat yang bertauhid dalam menghukumi siapa saja yang bergabung bersama orang-orang murtad dan musuh-musuh agama, karena ia merupakan bagian dari mereka dan hukumnya sama dengan mereka.”
Namun ada satu kalimat yang menjadikan sebagian ikhwah mengira bahwa Daulah tidak mengkafirkan aturan-aturan Jabhah Islamiyah:
“Karena hal ini sudah terbukti, maka ketahuilah bahwa hukum riddah di mata tidak sama dengan hukum riddah terhadap para anggota dan pengikut Jabhah Islamiyah.”
Sebagai jawaban, maka kami katakan kepada siapa yang mengira dengan perkiraan seperti ini; silahkan baca sampai lengkap paragrafnya:
“hukum riddah di mata tidak sama dengan hukum riddah terhadap para anggota dan pengikut Jabhah Islamiyah, kecuali setelah mereka tahu bahwa panji yang mereka perjuangkan itu adalah implimentasi dari ideologi para pemimpin mereka. Jadi kami tidak menghukumi kelompok ini sebagai kelompok yang murtad kecuali setelah mereka tahu keadaan para pemimpin mereka. Faktor yang menyebabkan mereka murtad adalah karena mereka mengikuti orang-orang murtad, yaitu para pemimpin Jabhah Islamiyah.”
Mereka tidak mengatakan bahwa “para pengikut Jabhah Islamiyah adalah orang-orang islam”, akan tetapi mereka berkata: “kami tidak mengkafirkan para pengikut Jabhah Islamiyah, kecuali setelah mereka tahu keadaan panji yang mereka perjuangkan.” Jadi maksudnya, mereka juga mengkafirkan para pengikut Jabhah Islamiyah, “karena mereka tahu (bahwa para pemimpin mereka kafir) seperti yang disebutkan di dalam pernyataan”.
Jadi jangan sampai ada yang berkata bahwa mereka tidak mengkafirkan para pengikut Jabhah Islamiyah, berdasarkan ucapan itu. Bahkan sebenarnya mereka mengkafirkan mereka secara muayyan dan membunuh para ikhwah (anggota Jabhah Islamiyah) dalam peperangan dengan menganggap bahwa mereka memerangi orang-orang murtad. Karena itulah mereka menghabisi nyawa para ikhwah yang terluka, mengejar para ikhwah yang melarikan diri, merampas harta para ikhwah Jabhah Islamiyah, dan segala konsekuensi yang biasa diberlakukan terhadap orang-orang murtad, bukan orang-orang yang memberontak.
Dari sini dapat diketahui mengapa mereka menyembelih Abu Miqdam dan selain dirinya, walaupun para korban itu ditangkap dalam kondisi sedang berstatus sebagai orang sipil (tidak sedang bertempur) dan walaupun mereka terbukti tidak ikut serta dalam memerangi Daulah, dan ini dikuatkan oleh paragraf terakhir dari pernyataan itu:
“jadi prinsipnya adalah; orang yang mengikuti itu dihukumi sama dengan orang yang diikuti, dan keikutsertaan dan kerjasama dengan para pemimpin itu adalah perbuatan riddah yang mengeluarkan seseorang dari agama islam, karena mereka bersatu sebagai sebuah kelompok dalam memutuskan perkara duniawi, maka perkara ukhrawi mereka juga diputuskan demikian (sebagai satu kesatuan).”
Setelah muncul pernyataan itu, saya jadi faham mengapa semua ini terjadi, saya menjadi tahu apa sumber kekeliruan Daulah. Walaupun Daulah sendiri yang menulis pernyataan itu untuk memperjelas sikapnya, pernyataan itu menjadi titik perubahan besar bagi saya dan bagi kebanyakan penuntut ilmu, maka saya pun mulai melakukan pengkajian baru untuk mencari jawaban atas pertanyaan berikut ini:
“Apakah Daulah juga mengkafirkan Jabhah Nushrah?”
Tidak berlebihan jika kita memberikan pertanyaan di atas, akan tetapi saya memiliki tujuan lain di balik pengkajian saya ini, yaitu: mencari tahu batas vonis kafir Daulah, di mana batas akhir vonis kafir Daulah dengan menggunakan klaim al wala’ wal bara’ itu? jika Jabhah Nushrah yang dituduh oleh semua kalangan di seluruh dunia sebagai kelompok teroris saja masih dianggap kafir dan murtad oleh Daulah, jadi dimana sebenarnya batas akhir vonis kafir Daulah?
Sebenarnya usaha saya untuk mencari jawaban dari pertanyaan ini hanya sia-sia, karena jika saya mau sedikit bersabar, jawabannya akan terungkap dengan mudah, ada sebuah video yang cukup untuk menjawab pertanyaan di atas:
Akan tetapi takdir Allah berkata lain, ternyata dari penyelidikan itu, saya mendapatkan banyak manfaat, saya justru menyibukkan diri saya dengan membahas permasalahan baru dalam bab siyasah syariat. Namun biarkan saya membuktikan kepada kalian bahwa video di atas bukanlah ungkapan yang mewakili individu sang anggota Daulah yang ada di dalam video saja.
OBROLAN VIA SKYPE DENGAN SALAH SEORANG ANGGOTA DAULAH
Ketika saya sedang melakukan penyelidikan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan: “Apakah Daulah mengkafirkan Jabhah Nushrah?”, terjadilah obrolan via Skype antara saya dengan seorang warga negara Suriah yang sempat berkenalan dengan saya di salah satu wilayah yang telah dibebaskan, sebelum ia berbaiat kepada Daulah. Setelah ia bergabung dengan Daulah, tiba-tiba ia menghilang, dan ketika saya bertanya mengenai keberadaannya, semua orang menjawab; “dia sudah berbaiat kepada Daulah.”
Saya berkomunikasi dengannya via Skype, kemudian terjadi percapakan yang panjang antara kami, saya hanya mencantumkan obrolan yang ada kaitannya dengan pembahasan ini, tanpa merubah isinya dan membiarkan kesalahan penulisan apa adanya.
(‘gam’ adalah nama depan dari nama pengguna Skype saya)
08:23:49 10/04/2014: gam: apakah Daulah berkeyakinan bahwa Ahrar Syam kafir? saya ingin jawaban yang detail dan sesingkat-singkatnya wahai Abu ***
08:25:23 10/04/2014: Abu ***: akhi karim, saya akan menjawab pertanyaanmu jika saya tahu jawabannya, sedangkan yang tidak bisa saya jawab akan saya tanyakan terlebih dahulu kepada penanggung jawab syariat.
08:26:18 10/04/2014: Abu ***: akhi, Daulah menghukumi Ahrar Syam murtad karena ia bekerjsama dengan FSA untuk memerangi Daulah, dan karena pengkhianatan para anggota Ahrar Syam terhadap Daulah.
08:28:34 10/04/2014: gam: terima kasih.
08:28:41 10/04/2014: gam: pertanyaan kedua:
08:28:45 10/04/2014: Abu ***: engkau mau jawaban syari beserta dalilnya? Insya Allah penanggung jawab syariat akan memberikan jawaban yang bermanfaat
08:29:09 10/04/2014: gam: apakah Daulah juga berkeyakinan bahwa Jabhah Nushrah murtad?
08:34:56 10/04/2014: Abu ***: iya akhi, karena ia bekerjasama dengan FSA dan PKK untuk memerangi Daulah, padahal (Jabhah Nushrah) mengkafirkan FSA dan PKK, lalu mengapa ia berperang bersamanya?
08:35:55 10/04/2014: gam: bagus.. saya senang sekali atas kerjasama kita serta atas kejelasan ini.
08:36:09 10/04/2014: gam: apakah saya boleh menyelesaikan pertanyaan saya?
08:38:00 10/04/2014: Abu ***: hahaha.. akhi, saya tidak bisa menjelaskan apa-apa kepadamu, Insya Allah penanggung jawab syariat lebih mampu memberikan jawaban yang bermanfaat kepadamu, terima kasih atas kebaikanmu.
08:38:11 10/04/2014: Abu ***: akhi, silahkan selesaikan pertanyaanmu, Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah berkata: jikalau engkau melihat saya berperang di dalam barisan tentara Tartar sedangkan di atas kepala saya ada mushaf, bunuhlah saya!.. lalu bagaimana jika engkau melihat pesawat-pesawat Saudi berperang di dalam barisan kaum salib?
08:42:59 10/04/2014: gam: bagus.. tapi sebelum saya melengkapi pertanyaan, biarkan saya memperjelas satu hal.. apakah jawaban di atas itu bersumber dari perkataan orang yang sampai kepadamu, atau hanya kesimpulanmu saja?
08:44:03 10/04/2014: Abu ***: akhi, saya tau apa maumu, Insya Allah penanggung jawab syariat bisa melegakan hatimu dan menjawab semua pertanyaan. Saya yakin kamu sedang kebingungan karena kabar di media, katakanlah apa pendapatmu tentang ini wahai akhi, jawablah!
08:45:47 10/04/2014: gam: saya ini orang media, saya tidak bermaksud apa-apa wahai Abu ***, saya tidak menghukumi seorangpun ikhwah kecuali setelah saya mendengar darinya sendiri, media itu pendusta, kalau benar ngapain saya harus capek-capek bertanya kepadamu wahai saudaraku.. sebelum kita membahas yang lainnya, kami ingin mengunci jawabanmu terhadap dua pertanyaan di atas, dan persilahkan saya untuk mengulang kembali pertanyaannya.. kamu sudah dengar sendiri jawabanmu yang tadi kan? Maksudnya itu bukan cuma kesimpulanmu saja kan? Karena saya tidak mau nantinya ada yang berkata: “perkataan ini adalah pendapat seorang ikhwah anggota Daulah, namun itu tidak merepresentasikan pendapat Daulah.” Maka saya tanya kepadamu, apakah ini perkataan penanggung jawab syariat, atau perkiraanmu saja?
08:50:28 10/04/2014: Abu ***: tentu saja ini adalah perkataan para penanggung jawab syariat, namun tidak detail, untuk lebih detailnya, penanggung jawab syariat sendiri yang akan menjawabnya. Dan saya yakin ketika kamu mendengar jawaban darinya, hatimu akan lega dan pandanganmu terhadap Daulah akan berubah.
08:52:21 10/04/2014: gam: percaya padaku, yang saya inginkan adalah mencari kebenaran, dan saya sangat ingin berbincang-bincang dengan penanggung jawab syariat tersebut, karena informasi mengenai kalian yang sampai ke dunia luar tidak detail. Makanya saya berjanji akan menyampaikan aspirasi kalian secara detail, tapi maaf.. apa maksudmu dengan “tidak detail” itu? Maksudnya apakah ada kemungkinan saya akan mendengar jawaban yang lain dari penanggung jawab syariat itu? Seperti tidak mengkafirkan Jabhah Nushrah dan Ahrar Syam? Ataukah menurutmu mereka itu kafir, adapun untuk penjelasan lebih lanjutnya akan diberikan oleh penanggung jawab syariat?
08:55:20 10/04/2014: Abu ***: jangan ngelantur akhi.
09:42:28 10/04/2014: Abu ***: Akhi, Insya Allah kamu akan mendapatkan jawaban yang jelas dan bagus.
Kemudian ia mengakhiri perkataannya dengan kalimat yang sangat mengejutkan:
“akhi, kami sudah lupa kapan terakhir kali kita mengkafirkan mereka, yang menjadi masalah sekarang adalah mengapa orang-orang belum mengkafirkan mereka.” !!!!
SHALAHUDDIN ASH-SHISANI MEMALU PAKU TERAKHIR DI PETI MATI VONIS KAFIR
Ada sedikit kelompok di Syam yang diizinkan oleh Daulah untuk melewati wilayah kekuasaannya, yaitu: Jundul Aqsha, Al-Fajr dan Jaisy Al-Muhajirin wa Al-Anshar yang dipimpin oleh Shalahuddin Ash-Shishani, Batalion Al Khadra’ adalah salah satu kelompok yang bergabung dengannya. Lalu kelompok-kelompok tersebut bergabung ke dalam satu wadah yang mereka beri nama Jabhah Anshar Din. Karenanya kita tidak mungkin menolak kesaksian seseorang dengan alasan ia tidak netral, karena Daulah sendiri membedakan antara para penentangnya dengan tiga kelompok ini. Disaat kobaran api fitnah sedang dahsyat-dahsyatnya, Daulah memperlakukan ketiganya dengan perlakuan yang berbeda, siapa saja yang tinggal di bumi Syam pasti tahu apa artinya jika pos pemeriksaan Daulah mempersilahkan engkau melewati posnya dengan aman, padahal engkau bergabung dengan faksi lain.
Beberapa hari yang lalu Shalahuddin muncul dalam sebuah klip video, ia berkata bahwa ia mendatangi Daulah untuk melakukan upaya pendamaian, tampaknya Jabhah Islamiyah dan Jabhah Nushrah bersedia untuk menyepakati upaya itu, akan tetapi Daulah menolaknya, bahkan Shalahuddin berkata:
“Tanzhim Daulah menjawabnya dengan penolakan, Daulah beralasan bahwa mereka adalah orang-orang kafir, dan tidak ada yang namanya perjanjian dengan mereka (yang dimaksud di sini adalah Jabhah Islamiyah dan Jabhah Nushrah), berikut ini videonya:
Seperti biasa, sebagian orang pun merasa bingung terhadap kesaksian itu, mereka menentangnya dengan alasan bahwa Ahrar Syam tidak pernah melapor kepadanya! Akan tetapi ini tidak bisa membatalkan kesaksian sang komandan yang terpercaya itu, kalau engkau perhatikan, orang ini tidak berkata bahwa Jabhah Nushrah dan Ahrar Syam melapor kepadanya, akan tetapi ia berkata Jabhah Nushrah dan Jabhah Islamiyah yang melapor kepadanya.
Sebagaimana diketahui bahwa keanggotaan Jabhah Islamiyah tidak hanya berasal dari Ahrar Syam saja, sehingga bisa saja yang meminta kepada Shalahuddin adalah para pemimpin Jabhah Islamiyah yang bukan anggota Ahrar Syam, dan mereka meminta kepadanya dengan mengatasnamakan kelompok mereka masing-masing atau pribadi.
SPESIES YANG SUKA MENGKAFIRKAN
Apabila sebuah pemikiran tertentu diulang berkali-kali di dalam sebuah organisasi hingga pada tingkatan pemikiran itu menjadi sebuah ciri yang menonjol pada anggotanya, maka tidak mungkin ada perkataan “Jama’ah/tandhim tidak bertanggung jawab.” Atau “itu hanya perbuatan oknum semata.” Apalagi di saat organisasi merestui aturan-aturan yang menjustifikasi pemikiran tersebut, melegalkannya dan menfasilitasinya.
Saya mendapat kemudahan untuk melakukan penyelidikan secara diam-diam terhadap ucapan para anggota Daulah via media sosial, saya dan sebagaimana semua orang lalu menangkap ada gejala tumbuhnya benih takfir yang tidak normal, dan Allah tahu bahwa seringkali saya memberikan alasan untuk membela Daulah seperti; “mungkin itu hanya akun abal-abal.” Dan “mungkin dia bukan anggota Daulah.” Dan alasan-alasan lainnya.
Akan tetapi baik sangka itu ada batasnya, karena jika berlarut-larut ia akan berubah menjadi menipu diri sendiri dan menolak realita. Ketika ratusan kicauan Twitter vonis kafir yang penuh darah, video-video spontan milik para anggota Daulah, pernyataan-pernyataan resmi Daulah dan kesaksian puluhan saksi yang terpercaya bertebaran, maka sudah bukan lagi waktunya untuk bersikap hati-hati, seperti perkataan:
“Saya tidak bisa menghukumi hingga saya mendengar langsung dari mereka.”
Mayoritas orang yang mengatakan kalimat di atas tidak sadar bahwa sebenarnya ia sudah mendengar sendiri dari mereka, engkau menyaksikan sendiri video-video mereka dan membaca pernyataan-pernyataan mereka.
Saya masih ingat bagaimana saya membohongi diri saya dengan memberikan alasan-alasan pembenaran ketika saya menyaksikan sejumlah video berisi kesaksian para ikhwah yang menyempal dari Daulah lalu menceritakan fenomena ghuluw dalam mengkafirkan serta menggampangkan dalam urusan darah yang mereka lihat sendiri.
Saya masih ingat bagaimana saya membohongi diri saya ketika mendengar secara langsung dari seorang ikhwah yang sempat ditawan oleh Daulah, bagaimana ia disiksa di dalam penjara mereka. Bahkan saya sempat membohongi mata saya pada saat saya menyaksikan tangannya hancur dan jari-jarinya remuk akibat dihantam menggunakan palu sebelum ia dibebaskan karena ia terbukti tidak bersalah. Demi Allah saya melihat tangannya dengan mata kepala saya sendiri pasca ia dibebaskan dari penjara mereka.
Saya masih ingat bagaimana kami menertawai komedi hitam yang diperankan oleh Abu Dzar Al-Jazrawi, ia berkata di dalam sebuah video:
“Wahai Abu Turki, selama engkau masih berperang di bawah panji Al-Jaulani, maka engkau murtad, selamatkan dirimu.. demi Allah, engkau murtad wahai Abu Turki.. demi Allah jika Allah memberikan kesempatan kepada kami untuk bertemu denganmu, saya bersumpah dengan nama Allah saya tidak akan mengasihani kalian.. selamatkan dirimu, karena saya adalah saudaramu.” Berikut ini adalah videonya:
Seperti biasa, saya akan mulai memberikan alasan yang menafikan kesalahan itu, saya bergumam, mungkin orang itu sedang gegabah, atau mungkin itu adalah video rekayasa, atau mungkin itu adalah rekaman suara sebagian pendengki yang ingin melibatkan nama Daulah, siapa yang tahu bahwa ia adalah anggota Daulah atau bukan.. dan dugaan-dugaan lainnya.
Saya masih ingat bagaimana saya berusaha mengedepankan metode penelitian dan investigasi secara ilmiah, saya berfikir bahwa materi pembicaraan semacam ini hanya sebatas polemik seorang bocah dan perilaku hiperaktif yang mengatasnamakan individu, kita tidak bisa meninjau sebuah organisasi dengan materi tersebut:
Saya masih ingat bagaimana saya membohongi diri saya dan mencari-cari alasan, sedangkan saya meyaksikan seorang pemuda pasukan berani mati asal Aljazair yang menyempal dari Daulah menangis karena menyesal, lalu memberikan kesaksian, di antara kesaksiannya adalah:
“Para penanggung jawab syariat mendatangi kami dan mengatakan bahwa Jabhah Islamiyah murtad.. lalu mereka juga berkata bahwa Jabhah Nushrah murtad.”
Saya masih ingat bagaimana saya berbaik sangka ketika saya membaca kicauan-kicauan Twitter di dalam akun-akun mereka, saya berfikir, mungkin itu adalah akun-akun dengan identitas palsu:
“Allahu Akbar, para singa Daulah Islamiyyah wilayah Al-Barkah berhasil membersihkan Markadah dari para shahawat Jabhah Al-Jaulani dan para kacungnya.” Yang dimaksud shahawat menurut mereka adalah orang-orang murtad.
“Saya bertaruh bahwa Al-Jaulani beserta siapa saja yang menyertainya adalah kelompok yang murtad dari agama Allah, karena mereka bekerjasama dengan orang-orang murtad serta mendukung mereka dan berperang di dalam barisan mereka.”
“Para anggota Jabhah Nushrah di Raqqah dan pemimpin mereka yaitu Abu isa telah kami bunuh dengan alasan mereka telah murtad, bukan karena mereka menentang kami, begitu juga dengan Ahrar Syam.”
Akan tetapi saya juga ingat bagaimana semua perasaan baik sangka yang selalu saya jadikan prinsip itu hilang ketika saya membaca sebuah pernyataan resmi Daulah yang selaras dengan semua tindakan dan kesaksian di atas serta pernyataan yang dirilis oleh Daulah pada tanggal 9 Februari 2014 di Wilayah Al-Khair, di dalam pernyataan itu Daulah menyebut bahwa Jabhah Nushrah atau Al Qaida di Syam sebagai berikut:
“Sekarang telah nampak di hadapan setiap orang yang memiliki akal dan mata bahwa mereka (Jabhah Nushrah) telah terpuruk dan terjerembab ke dalam satu parit bersama Shahawat, dan bersama orang-orang yang ingin merealisasikan tujuan-tujuan Barat serta berupaya untuk mendapatkan apresiasi mereka.”
Sekarang pembaca bisa membayangkan bagaimana mengerikannya pola pikir organisasi yang menuduh bahwa Al-Qaeda telah terjerembab ke dalam satu parit bersama orang-orang yang ingin merealisasikan tujuan-tujuan barat, lalu bagaimana halnya jika itu selain Al-Qaeda!!
Demi menyampaikan amanah, saya ingin menegaskan bahwa ada sebagian penanggung jawab syariat Daulah yang tidak mengkafirkan Jabhah Nushrah, akan tetapi jumlah mereka yang tidak mengkafirkan tidak bisa berbuat banyak di tengah gerakan yang gemar mentakfir itu.
BAGIAN LIMA (AKHIR)
Saya tidak tahu mengapa bagian lima ini terlambat keluar, ada sesuatu yang menyebabkan saya menunda untuk mengeluarkannya, namun tampaknya ada hikmah di balik itu. Mungkin Allah ingin agar saya menunggu hingga terbitnya majalah kontroversional milik Daulah yang berbahasa inggris bernama DABIQ.
Majalah itu menentang sejumlah pelopor dan sosok sentral jihad secara langsung dan tidak langsung. Desain, gambar, judul, semuanya sangat jelas, contohnya; tepat di bawah gambar Al-Maqdisi dan Al-Filishthini tertulis “Misleading Scholars”, artinya ulama sesat.
Mungkin engkau ingin bertanya sekarang: “apa kaitan antara bagian-bagian dari tulisan ini yang sebelumnya dengan majalah DABIQ?
Jawabannya adalah: memusnahkan sosok panutan.
MENJATUHKAN SEMUA ORANG MERUPAKAN KEBIASAAN YANG KUNO
Engkau harus terbiasa mengalihkan pandanganmu ke mode ‘pandangan sonar’.
Pandangan sonar adalah mode pandangan yang selalu fokus terhadap apa yang ada di balik sebuah peristiwa, jangan sampai engkau terlena dengan kisah-kisah yang telah kami sebutkan di dalam tulisan ini, meskipun kisah itu tercatat di dalam sejarah. Berfikirlah secara mendalam dan perhatikanlah motif-motif yang ada, engkau harus bisa selangkah lebih maju.
Memusnahkan sosok panutan merupakan kebiasaan orang-orang yang manhajnya menyimpang sejak zaman Nabi!
Seorang penyimpang tidak bisa menahan pedihnya cambukan realita yang dilecutkan oleh para ulama, jadi solusinya sederhana: hancurkan orang-orang terhormat itu hingga mereka tidak bisa bernafas, tak peduli siapa orangnya, yang penting harus dihancurkan, meski itu Rasulullah SAW, jangan heran, apa engkau mau bukti?
Apakah engkau tahu kata apa yang pertama kali diucapkan oleh khawarij? Menurut hadits, kata yang pertama kali diucapkan oleh sang khawarij pertama, yaitu Dzul Khuwaishirah adalah; “Berlaku adillah wahai Muhammad! karena engkau tidak adil.” Strategi ini tidak ada bedanya dengan julukan-julukan semacam: ‘intelejen’, ‘murtad’, ‘shahawat’, ‘agen’, ‘murjiah’, ‘sesat menyesatkan’ dan ‘penipu’. Strategi ini sama dengan mentalitas “Hinalah mereka sehingga engkau bisa menginjak puing-puing bangunan keadilan mereka.”
Sesungguhnya ini adalah mentalitas Dzul Khuwaishirah yang menjatuhkan keadilan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, sebagai intro dari pembunuhan terhadap ratusan sahabat selang beberapa tahun kemudian.
Memang benar jika di dalam pendahuluan saya telah berjanji untuk tidak menuding Daulah sebagai khawarij, akan tetapi ketika pengalaman jihad Daulah akhirnya menjadi seperti ini, engkau tidak mungkin lagi pura-pura tidak peduli bahwa Daulah dan kaum khawarij memiliki beberapa ciri-ciri yang sama seperti; menjatuhkan sosok panutan dan tokoh sentral, atau yang lebih dikenal sebagai pembunuhan karakter.
Khawarij berupaya untuk melontarkan celaan pada keadilan para sahabat, silahkan kaji penyebab mereka mencela Utsman, begitu pula yang mereka lakukan pada Ali, mereka menuduhnya tidak menerapkan syariat!! Perhatikan! Dan Daulah melakukan hal yang serupa kepara orang-orang soleh dan luhur di zaman ini.
SAYA QADHI SEKALIGUS PIHAK LAWAN
Saya mulai mencela semua orang sejak Daulah hidup membaur di tengah-tengah kita dengan aman dan selamat, sampai terjadi perpecahan antara Daulah dengan Jabhah Nushrah. Sejak saat itu Daulah tidak menerima setiap panggilan dari mahkamah atau qadhi, kecuali qadhinya sendiri. Dan semua orang tahu, bahkan Daulah pun tidak membantahnya, paling bagus Daulah memenuhi panggilan mahkamah independen, maksudnya satu qadhi dari pihak Daulah dan satu lagi dari kubu lawan, namun Daulah tidak akan tunduk kepada putusan dari qadhi pihak lawan, kecuali jika putusan itu mendapat persetujuan dari qadhi Daulah.
Di tengah penyelidikan, saya pernah mengambil kesaksian dari seorang qadhi yang bernama Abu Syu’aib Al-Mishri, ia adalah salah satu qadhi Ahrar Syam, ia menuturkan kepada saya bahwa pernah terjadi percakapan antara dirinya dengan salah seorang qadhi Daulah ketika faksi-faksi yang ada menuntut seorang qadhi yang netral untuk memutuskan perkara dalam konflik antara mereka dengan Daulah.
Berikut ini adalah penuturan Abu Syu’aib tanpa ada perubahan sedikitpun:
“saya katakan kepadanya sekali lagi (maksudnya qadhi Daulah), ‘kami ingin seorang qadhi yang netral.’ Kemudian ia menjawab: ‘orang luar tidak mungkin memahami realita, sedangkan orang dalam sudah ‘terkondisikan’.’ Lantas saya menyimpulkan: ‘berarti yang berwenang untuk memutuskan perkara hanya Daulah?’ ia pun menjawab; ‘saya kira begitu.’!!!”
Maksud dari kata ‘terkondisikan’ yang diucapkan oleh sang qadhi Daulah di atas adalah bahwa seluruh qadhi di Syam sudah dikondisikan untuk mengikuti sebuah manhaj dan ideologi yang menyimpang.
KESAKSIAN BARU SECARA LANGSUNG
Apakah kalian ingat dengan video Daulah mengkafirkan Thaliban yang menyebar setahun lalu?
Di dalam rekaman itu, seorang penanggung jawab syari’at Daulah ditanya mengenai hukum tindakan Thaliban yang menempatkan duta besarnya di PBB, maka ia menjawab: “Jika hal ini benar adanya, maka ini perbuatan riddah”, ia melanjutkan: “bahkan berdiri di depan pintu kantor PBB saja sudah murtad.” Namun ketika ia ditanya mengapa Syaikh Usamah bin Laden mendiamkan tindakan Thaliban itu, ia menjawab: “Jika Syaikh Usamah mengetahui tindakan yang membuat seseorang kafir itu, namun beliau tidak mengkafirkan Thaliban, maka hukum atas Syaikh Usamah sama dengan Thaliban (telah murtad –red).”
Ketika saya sedang sibuk melakukan penyelidikan dan mengumpulkan kesaksian dari para saksi, tiba-tiba saya mendapatkan kesaksian yang sangat penting dari seseorang yang sudah melanglang buana dalam revolusi ini, ia adalah salah satu orang yang suaranya terekam di dalam rekaman itu, dan dia lah yang menjadi pembawa acara dialog dengan Daulah tersebut, dan dia juga yang mengajukan pertanyaan.
Orang ini adalah penanggung jawab Syariat Ahrar Syam di Raqqah, Allah telah memudahkan saya untuk berkomunikasi dengannya dan mencatat kesaksiannya, sejak awal saya sangat berambisi untuk mencatat kesaksiannya seputar dialog tersebut, karena ini adalah harta karun yang tak ternilai, ia pernah ditangkap oleh Daulah dan dikurung selama 50 hari, ia sudah pernah melihat kondisi Daulah dari dalam, bahkan pernah menyaksikan tempat pengkaderan para penanggung jawab syariat Daulah.
Ia memberitahukan kepada saya mengenai dangkalnya kadar keilmuan para penanggung jawab syariat Daulah itu, mereka semua masih muda dan berani dalam berfatwa, selain itu ia juga membocorkan beberapa rahasia seputar dialog yang direkam di dalam video tadi. Abu Sulaiman (nama orang ini) mengatakan bahwa para peserta dialog dari Daulah yang suara mereka terdengar di dalam rekaman itu adalah Abu Muhammad At-Tunisi, penanggung jawab syariat Daulah di Hasakah, Abu Mush’ab At-Tunisi, penanggung jawab syariat Daulah di Deir Ezzour (akhirnya ia dibunuh oleh Daulah sendiri), Abu Usamah Al-Iraqi, Gubernur Daulah untuk wilayah Hasakah (terakhir dimutasi ke Provinsi Diyala).
Di dalam pertemuan itu, Abu Usamah Al-Iraqi sang petinggi terkenal yang juga teman dekat Al-Baghdadi itu berkomentar bahwa Syaikh Asy-Syahid Abu Khalid As-Suri adalah orang yang dengki terhadap para mujahidin, padahal Syaikh Abu Khalid adalah teman dekat Syaikh Usamah bin Laden dan Syaikh Ayman Azh-Zhawahiri, serta penanggung jawab Ahrar Syam di Aleppo. Ia juga menuding bahwa yang dilakukan Syaikh selama ini hanyalah memekikkan suara binatang. Bahkan ia berseru dengan lantang bahwa Abu Khalid telah kafir, perkataan tepatnya adalah; “Abu Khalid As-Suri adalah seorang murtad.”
Perhatikan baik-baik..
jJika engkau menyimak rekaman di atas, engkau akan mendengar bahwa setelah kata-kata yang diucapkan oleh Al-Iraqi setelah kata-kata “Abu Khalid As Suri adalah murtad” tidak terlalu jelas, kemudian saya bertanya kepada Abu Sulaiman, sebenarnya apa yang dikatakan oleh Al-Iraqi ketika itu? Ia menjawab bahwa Al Iraqi berkata “menurut kami ‘Al-Khalith’ ini adalah murtad.” Kemudian saya bertanya lagi, apa yang dimaksud dari kata Al-Khalith di atas? Ia menjawab bahwa Al-Khalith adalah Jabhah Islamiyah.
Kemudian saya berseloroh, “jadi ini bukan hanya sebatas pandangan pribadi dari seorang anggota Daulah saja?” ia menjawab: “kami meminta penegasan dari mereka tidak hanya sekali, kami katakan ‘apakah ini pendapat kalian saja, atau pendapat Daulah?’ lalu mereka menjawab bahwa ini adalah pendapat Daulah.” Kemudian Abu Sulaiman menambahkan bahwa saat itu ia memandang At-Tunisi sambil bertanya: “(apakah benar menurut pendapat kalian bahwa Abu Khalid dan Jabhah Islamiyah) murtad?” lalu At-Tunisi menolehkan wajahnya ke Al-Iraqi sambil tersenyum, kemudian menjawab: “tentu saja”!! senyuman At-Tunisi ini mengingatkan saya akan tindakannya yang mengkafirkan Azh-Zhawahiri, sebagaimana yang terekam di dalam klip berikut ini:
APAKAH DAULAH MEMBUNUH ABU KHALID AS SURI?
Sekarang kita coba menjawab pertanyaan yang sering dilontarkan ini, ‘apakah Daulah membunuh Abu Khalid As-Suri?
Petinggi Daulah tidak berbohong ketika mereka menyatakan bahwa mereka tidak memerintahkan untuk membunuh Abu Khalid atau berinisiatif untuk membunuh beliau, sesuai dengan pernyataan mereka, akan tetapi bukan berarti bahwa Daulah tidak ada kaitannya dalam pembunuhan Abu Khalid. Jadi menurut saya, orang yang mengatakan bahwa Daulah membunuh Abu Khalid telah keliru, namun keliru juga apabila kita menafikan adanya keterkaitan antara Daulah dengan kasus pembunuhan Abu Khalid.
Perinciannya seperti ini:
Abu Ubaidah Al-Maghribi adalah seorang staff keamanan berpangkat senior di Daulah yang merencanakan pembunuhan Abu Khalid, ia melakukan tindakan ini tanpa meminta persetujuan dari jajaran pemimpin, dan menurut penuturan beberapa anggota Daulah, Daulah akhirnya menghabisi Abu Ubaidah setelah terungkap bahwa ia adalah mata-mata.
Ini dari sisi perencanaan, adapun dari sisi pelaksanaan, yang bergerak adalah para anggota Daulah, buktinya dapat engkau saksikan di dalam video pengakuan Ahmad Lulu (orang yang ikut serta dalam operasi pembunuhan Abu KhalidRahimahullah):
saya tidak tahu mengapa video ini tidak tersebar luas, padahal untuk mengungkap sel tidur yang personelnya merupakan anggota Daulah itu membutuhkan kerja keras. Sebelum mempertanyakan keotentikan dari video di atas, saya ingin mengatakan:
- Keberadaan sel tidur yang bekerja untuk Daulah di wilayah-wilayah yang telah dibebaskan untuk membunuh lawan-lawan Daulah bukanlah hal yang aneh, silahkan saksikan video berikut ini sebagai contoh: http://youtu.be/hGtB8at8cRA.
- Adapun kesaksianku atas peristiwa ini, maka saya akui bahwa informasi yang saya miliki terbatas, hanya saja saya telah bertanya kepada dua anggota Ahrar Syam, yang pertama adalah pengawal Abu Khalid, dan yang terakhir adalah seseorang yang berpangkat senior di Ahrar Syam, salah satunya menegaskan kepada saya bahwa Ahrar Syam telah menqishas Ahmad Lulu. Dan apa yang ditayangkan di dalam video itu tidak main-main!!
Dengarkan saya wahai saudara yang mulia, biarkan saya mempercayai diri saya sendiri sebelum engkau percaya kepadaku.
Saya memperingatkanmu jika engkau ragu terhadap pengakuan Ahmad Lulu yang di dalamnya terdapat rincian kisah pembunuhan Abu Khalid, memang saya tidak punya bukti kuat untuk menafikannya ataupun menguatkannya, akan tetapi bagi saya, saya tidak bisa membohongi diri saya dan membohongi pengalaman saya selama 3 tahun bergaul dan berjihad bersama Ahrar Syam.
Saya bersumpah dengan nama Allah, saya tidak pernah mandapati Ahrar Syam berdusta dalam menyikapi situasi seperti ini, mereka tidak mungkin memalsukan video semacam itu atau memaksa tawanan untuk membuat pengakuan tertentu, saya melihat bahwa selama ini Ahrar Syam menghindar dari bermain kotor, lihatlah wajah dan perjalanan hidup para komandan mereka yang sudah tiada, lihatlah perjuangan mereka, niscaya engkau akan percaya dengan perkataanku.
Saya berusaha untuk mencatat kesaksian dari orang-orang yang menginterogasi Ahmad Lulu, namun dua orang di antaranya telah gugur, yaitu Abu Hamzah Syarqiyyah dan Abu Zubair Al-Hamawi Rahimahumallah.
APAKAH DAULAH BERSEDIA MEMBERSIHKAN BARISANNYA DARI PARA GHULAT SECARA SERIUS?
Tidak diragukan lagi bahwa di dalam tubuh Daulah ada orang-orang yang bersikap ghuluw dan memang Daulah melakukan upaya pembersihan dari orang-orang itu, akan tetapi hal ini tidak bisa menafikan status ke-ghuluwan yang ada pada dirinya. Jika tidak mengapa masih ada petinggi Daulah seperti Abu Usamah Al-Iraqi yang bertengger di posisinya, padahal ia telah mengkafirkan Abu Khalid sang teman seperjuangan Syaikh Bin Laden dan Syaikh Azh-Zhawahiri yang juga terhitung sebagai petinggi Al-Qaeda, memang ini bukan sesuatu yang mengherankan, karena sebenarnya Daulah mengkafirkan Ahrar Syam!!
Saya dan beberapa orang lainnya pernah berbicara dengan sebagian penanggung jawab syariat mereka, setelahnya kami jadi tahu bahwa mayoritas dari nama-nama di bawah ini sudah dikafirkan oleh Daulah, dan sisanya dicela:
- Syaikh Al-U’lwan
- Syaikh Al-Maqdisi
- Syaikh Al-Filishthini
- Syafi Al-A’jmi
- Al-U’raidi
- An-Nazhari
- Abu Maria Al-Qahthani
- I’yad Qunaibi
- Al-Ahmad
- Ath-Thuraifi
- Ath-Tharthusi
- Thariq Abdul Halim
- Para peneliti di Haiah Syam Al Islamiyyah
- Mayoritas para pemuka Al-Qaeda.
- Dan seluruh penuntut ilmu, para pemimpin dan para qadhi yang ada di seluruh pergerakan islam, seperti Ahrar Syam, Shuqur Syam, Jaisy Islam, Liwa’ Nuruddin Zanki, Jaisy Al Mujahidin dan Liwa’ Tauhid seperti: Abu Yazin, Abu Abdul Malik, Abu Sariyah dan Abdul Qadir Rahimahumullah (silahkan kaji kembali bagian empat)
Ingat, nama-nama yang saya sebutkan di atas hanyalah person-person dari kalangan pergerakan jihad saja, jika tidak, maka akan ada ratusan pemimpin organisasi ataupun tokoh yang mereka kafirkan, seperti:
- Hakim Al-Mathiri
- Erdogan
- Abdurrahman Abdul Khaliq
- Muhammad Abdul Maqshud
- Az-Zindani
- Al-Muhaisini
- Muhammad Mursi
Itu baru di tingkat personal, adapun di tingkat organisasi, maka tragedinya lebih besar lagi:
- Ikhwanul Muslimin, jelas kafir
- ILBRR beserta seluruh masyayikhnya yang mendukung pelaksanaan Pilpres, Pileg dan Refrendum Konstitusional Mesir tahun 2012
- IUMS beserta seluruh tokohnya, mulai dari Syaikh Ali Al-Qardaghi hingga anggota terendah yang ada di dalamnya, semuanya dicela oleh Daulah. Bagaimana tidak, kelompok ini telah mengeluarkan pernyataan yang menyatakan ketidak absahan deklarasi khilafah yang dilakukan oleh Daulah, apalagi organisasi ini diketuai oleh Al-Qardhawi yang menurut mereka adalah sosok dedengkot kaum murtad.
- Jamaah Islamiyyah Mesir beserta partai politiknya yaitu Hizb Al-Bina’ wa At-Tanmiyyah (Partai Pembangunan dan Pengembangan)
- Jamaah Dakwah Salafiyah beserta partai politiknya yaitu Hizb An-Nur
- Hizb At-Tanmiyyah wa Al-Adalah di Turki
- Hizb An-Nahdhah dan Harakah Al-Ishlah di Tunisia
- Hizb Al-Ummah Al-Kuwaiti
- Thaliban beserta pemimpinnya, Mulla Umar (silahkan baca majalah DABIQ)
- Dan yang pasti, Haiah Kibar Al-Ulama’ (Saudi), beserta semua ulama yang pernah berfatwa membolehkan kerjasama dengan Amerika pada saat perang Iraq, semuanya kafir, seperti Syaikh Bin Baaz, Syaikh Al-Fauzan, Alu Syaikh dan selain mereka.
Peringatan: memang masing-masing orang di atas memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai manhaj yang benar, namun mereka memiliki satu kesamaan, yaitu sama-sama dikafirkan atau dicela oleh Daulah.
-SELESAI-
(aliakram/arrahmah.com)