(Arrahmah.com) – Abu Bashir As-Syami memutuskan untuk menulis kesaksiannya tentang fitnah yang terjadi di bumi Jihad Syam karena merasa memiliki tanggung jawab atas darah yang terus mengalir di negeri kaum Muslimin itu dengan harapan bahwa catatan ini dapat menambah nilai positif bagi perjalanan jihad Islam.
Kesaksian ini menyoroti kinerja “Daulah Islam”, atau kelompok Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS. Ia menyampaikan kesaksian ini berdasarkan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri dan berdasarkan apa yang ia dengarkan dari para saksi dari dua pihak yang terlibat, supaya jihad Islam tidak terjerumus ke dalam kesalahan-kesalahan pengalaman jihad sebelumnya.
Ia menyatakan bahwa dirinya menulis catatan ini dengan adil dan netral. Ia meminta kesepakatan dari para pembaca untuk tidak merasa terkesan dengan keterbukaannya dalam menjabarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dan kesaksian dari para saksi. Ia berusaha menuliskan semua, baik yang menguatkan argumen Daulah maupun yang melemahkannya.
Ia juga menyatakan telah berusaha sekuat tenaga untuk berkomunikasi dengan para saksi mata serta para komandan yang jumlahnya sudah tak terhitung, khususnya komandan dari pihak Daulah, agar ia dapat mempercayai kesaksian mereka. Kesaksian sejarah ini juga berbeda dari yang biasanya, jika biasanya para saksi menulis kesaksian mereka pasca peristiwa, maka ia menuliskannya di sela-sela berlangsungnya peristiwa itu.
Setelah lama menahan diri dan akhirnya muncul desakan dari puluhan ikhwah serta setelah melakukan istikharah dan musyawarah untuk mengungkapkan kesaksiannya, berikut lanjutan terjemahan serial kesaksian Abu Bashir As-Syami bagian ketiga, lanjutan dari bagian pertama dan kedua, yang dipublikasikan oleh Muqawamah Media pada Selasa (17/2/2015).
بسم الله الرحمن الرحيم
BAGIAN TIGA
SYAM MEMBARA: PERISTIWA ATARIB DAN PASCA PERISTIWA
PERTAMA: MENGULAS SEDIKIT PEMBAHASAN PADA BAGIAN SEBELUMNYA
Pada bagian sebelumnya kita telah membahas secara spesifik kapan, bagaimana dan dimana peristiwa-peristiwa itu dipicu, kami juga menjelaskan bahwa Daulah adalah faksi yang disambut secara hangat layaknya faksi-faksi lain sebelum terjadinya 3 peristiwa itu (pembunuhan Abu Ubaidah Al Binsyi, pembunuhan Muhammad Faris dan peristiwa Maskanah). kami juga telah menjelaskan bagaimana pihak pos pemeriksaan Daulah menangkap Abu Ubaidah Al-Binsyi sebelum ia ditembak, lalu kami menerangkan bahwa para mujahidin memaafkan kesalahan para pelaku. Namun setelahnya sejumlah anggota Daulah membunuh Muhammad Faris, dan sekali lagi para mujahidin memaafkan kesalahan mereka. Namun pasca peristiwa Kota Maskanah, faksi-faksi lain mulai menyadari bahwa permasalahannya lebih besar dari sekedar human error (kesalahan oknum – red), ada hal lain di balik pelanggaran-pelanggaran itu, dan tindakan memberi maaf tidak mungkin terus diberikan terhadap faksi yang terungkap mendoktrin para anggotanya untuk menumpahkan darah, bahkan walaupun mereka tidak diperintahkan.
Sebelumnya kami sudah mengatakan bahwa di luar, ia terkesan layaknya human error, namun di dalam sebenarnya ia adalah sebuah ideologi. Bumi Syam mulai dikenalkan dengan istilah-istilah vonis kafir yang asing di telinga, khususnya pasca peristiwa Maskanah yang faktor pemicunya sudah kami jelaskan pada bagian sebelumnya, namun kami tidak membahas detail-detail peristiwa.
KEDUA: HARI-HARI TERBERAT DI WILAYAH-WILAYAH YANG TELAH DIBEBASKAN
Setelah itu terjadi peristiwa Atarib, di sinilah kontak senjata secara terbuka antara Daulah dengan sejumlah faksi baik dari kalangan gerakan islam maupun non gerakan islam pertama kali bermula.
Ini adalah fase terberat baik itu ditinjau dari sisi psikis maupun keamanan. Para penduduk wilayah-wilayah yang telah dibebaskan menjalani hari-hari yang sulit, pertempuran melawan rezim Nushairiyyah mengalami stagnasi, moncong-moncong senapan balik tertodong kepada sesama teman dan masyarakat dirundung dengan kecemasan. Suatu hari ketika kami bangun tidur, kami menemukan mayat tergeletak di jalanan, dan kami tidak tahu siapa pembunuhnya, siapa korbannya dan apa sebabnya ia dibunuh. Kepanikan pun tersebar, semua orang bingung dan memilih untuk mengunci diri di dalam rumah mereka. Para pengecut dan para pencuri mendapatkan kesempatan untuk beraksi di tengah iklim mencekam ala Hollywood ini. Dan Daulah mulai menggunakan cara-cara yang sangat tidak wajar untuk memberi lawannya pelajaran, seperti mengirim pasukan bom bunuh diri dan memasukkan mobil peledak, dan Daulah tidak mendengar segala nasehat atau ajakan untuk meredakan suasana (meskipun begitu, saya merasakan bahwa Daulah mempunyai kedudukan tersendiri di dalam hati sebagian orang, ada sejumlah orang yang meminta pendapat kami dan bertanya:
“Wahai syaikh, apa pendapatmu mengenai Daulah?”
Saya adalah salah seorang simpatisan Syekh Abdullah Al-Muhaisini, yang mana telah memberikan kesaksian yang berpengaruh tentang fitnah ini, walupun ada sedikit hal yang saya tidak setuju dengan beliau. Saya akan mengutip kesaksiannya dengan menggunakan susunan kata yang sederhana yang mewakili gambaran kondisi pada hari-hari itu:
“Saat itu adalah hari Kamis, hari dimulainya peristiwa itu (yang ia maksud adalah peristiwa Atarib), dan Allah menakdirkan saya berada di lokasi saat peluru pertama peristiwa Atarib ditembakkan. Maka saya mendatangi lokasi kejadian namun saya disambut dengan kemarahan besar dari penduduk Atarib, mereka melepaskan tembakan ke arah kami karena mengira bahwa kami anggota Daulah, maka saya pun mendekat dan bertanya, “ada apa? Semoga kedatanganku dapat menghindarkan pertumpahan darah.” Maka mereka menjawab:
“Daulah mendatangi Atarib ingin menangkap salah seorang di antara kami, maka kami menjawab; ‘ia tidak bisa ditangkap kecuali melalui jalur Mahkamah Syariat.’ Maka para anggota Daulah itupun pergi, namun keesokan harinya, saudara kami yang menjadi buronan itu mereka tangkap kemudian kami menemukan jasadnya.” Penduduk Atarib menuturkan bahwa orang ini dibunuh oleh Khithab Al-Libi (anggota Daulah), maka saya berkata kepada mereka:
“Apakah kalian bersedia menunggu sementara saya mencoba untuk berunding dengan Daulah?” namun mereka menjawab seperti ini:
“Bagaimana mungkin engkau mampu berunding dengan mereka, sedangkan mereka selalu menolak setiap ajakan perdamaianmu dan menolak untuk tunduk kepada Mahkamah Syariat?!” Setelah itu saya pun pergi dengan hati yang remuk dan sedih, saya hanya bisa mengadukan semua kesedihanku ini kepada Allah.
Kemudian terjadilah baku tembak yang sengit di Atarib dan Daulah memilih untuk mundur. Di dekat Kota Atarib ada sebuah markas yaitu Markas Batalion 46, markas itu ditempati oleh sejumlah faksi, di antaranya adalah Brigade Syuhada Atarib, Jabhah Nushrah dan SRF, lalu Daulah menyerang markas itu sehingga 10 orang anggota Jabhah Nushrah dan kelompok lainnya terbunuh, akibatnya konflik melawan Daulah pun semakin meluas, hingga mencapai Jabal Zawiyah, Raqqah dan Hama. Dan semua faksi yang ada di Markas Batalion 46 mempunyai hak untuk membuka kontak senjata terhadap Daulah yang ada di wilayah lain, sebagai bentuk kemarahan atas korban pembunuhan di Markas Batalion 46.
Setelah itu pasukan bantuan Daulah datang ke Atarib, namun pasukan ini harus melewati jalan yang dijaga oleh Brigade Nurruddin Zanki, maka pasukan Nurruddin Zanki menolak untuk membiarkan pasukan bantuan itu meneruskan perjalanannya, dan berkata:
“Kami tidak mungkin mengizinkan kalian dan juga FSA untuk melewati jalan ini, kami tidak akan mau menjadi sarana yang menjembatani terjadinya fitnah.” Namun Daulah bersikukuh untuk melewatinya meski harus dengan cara kekerasan, dan Nuruddin Zanki menolaknya. Akhirnya terjadilah baku tembak antara Daulah dengan Brigade Nuruddin Zanki, sehingga wilayah Aleppo bagian barat membara, padahal sebelumnya Nuruddin Zanki mempunyai hubungan yang sangat baik dengan Daulah, dan Brigade Nuruddin Zanki terkenal luas memiliki peranan yang baik di dalam jihad melawan rezim.
Karena ada beberapa faksi yang sebelumnya mendapat kezhaliman dari Daulah, maka seluruh faksi berupaya untuk melakukan pembalasan terhadap Daulah. Semua pihak yang pernah dizhalimi oleh Daulah menuntut pembalasan, maka berkobarlah fitnah di Syam. Akibatnya jumlah pencuri dan pengkhianat pun membengkak dan mereka membuat ulah dimana-mana, sehingga masalah menjadi semakin runyam. Jadi permasalahannya bukanlah seperti yang digambarkan oleh sebagian orang bahwa ini adalah perang melawan syari’at islam atau penegakan negara islam, jika memang benar bahwa islam yang diperangi, mengapa tidak ada front pertempuran yang dibuka untuk melawan Jabhah Nushrah, cabang Al-Qaeda yang diakui sebagai musuh bagi penguasa seluruh dunia. Organisasi yang dirintis oleh Syaikh para mujahidin, Usamah Taqabbalahullah, kemudian diteruskan oleh sang Hakimul Ummah, Syaikh Azh-Zhawahiri Hafizhahullah? Ketiadaan masyarakat yang memerangimu ini menjadi bukti akan benarnya manhajmu.
Di antara bentuk penipuan terhadap masyarakat adalah klaim bahwa banyaknya jumlah musuh menunjukkan akan benarnya manhaj, bahkan sebaliknya, hal ini menunjukkan akan banyaknya kezhaliman dan penindasan terhadap masyarakat. Dan demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, inilah yang saya saksikan, dan saya akan menuntutnya di hadapan Allah. Saya tidak akan lupa ketika peristiwa itu terjadi, saat itu saya sedang memberikan ceramah di salah satu Masjid di Kota Atarib, kemudian warga mengerumuni saya dan mengadukan kezhaliman besar yang Daulah lakukan terhadap mereka. Saya tidak memiliki kemampuan dan kekuatan, dan saya bersumpah dengan nama Allah, saya telah menyaksikan kezhaliman yang akan menjadikan anak-anak beruban, kezhaliman yang dilakukan oleh Daulah di bumi Syam, dan peristiwa itu menjadi penyebab awal terjadinya fitnah yang masih berlangsung hingga saat ini, Hanya kepada Allah kami memohon pertolongan.
Betapa banyak kami melihat orang-orang yang dijebloskan ke dalam penjara-penjara tanpa ada dosa atau tuduhan. Betapa banyak kami melihat pembunuhan hanya berdasarkan syubhat dan eksekusi mati terhadap mereka yang tertangkap.
Barangkali yang terbaru adalah ketika saya melakukan perundingan dalam upaya membebaskan para ikhwah yang tertawan oleh Daulah, dan melakukan pertukaran tawanan dengan mereka, namun saya terkejut ketika ada qadhi Daulah yang mengatakan:
“Kami telah berijtihad maka kami mengeksekusi mati mereka.”Saya sangat terpukul akibat ucapannya itu! Saya katakan kepadanya:
“Apakah kalian menganggap mereka adalah orang-orang murtad?” Ia menjawab:
“Tidak, namun kami berijtihad dalam menjatuhkan vonis tersebut.” Saya bertanya kepadanya:
“Lalu bagaimana dengan nasib saudara-saudara kami yang kalian tawan dan ingin kami pertukarkan?” Ia menjawab:
“(terserah) Ini ijtihad kami.”!!
Belum lama ini terjadi peristiwa pengeboman kota Uwaijil dengan menggunakan meriam-meriam sehingga membunuhi kaum wanita dan anak-anak. Saya telah melihat langsung kejadian itu. Ketika saya bertanya kepada para pemimpin Daulah:
“Bagaimana mungkin kalian tega menyerang masyarakat dengan bom-bom mobil, padahal Allah telah berfirman:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah neraka Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” [An Nisa’: 93]
Pemimpin Daulah menjawab:
“Satu bom mobil yang membunuh dua puluh orang, dengannya Allah menyelamatkan ratusan orang”!!
Cukuplah Allah sebagai pelindung kami, dan Ia adalah sebaik-baik pelindung.
Kami tidak mengingkari adanya kezaliman-kezaliman, bahkan kekejian-kekejian dari kelompok-kelompok pro FSA dan lainnya, namun kita sedang membicarakan sebuah misi islam yang akan dijadikan pilot project dalam penerapan syariat Allah dan berpedoman dengan petunjuk rasul-Nya..
Kemudian ketika pertempuran mulai membara dan kebingungan mulai melanda masyarakat… saya katakan; Tidak ada solusi lain atas perselisihan ini kecuali dengan syariat Allah… saya juga mengatakan; Sesungguhnya dengan melakukan inisiatif mengajak semua pihak untuk berhukum kepada syariat Allah dalam suasana perselisihan ini akan memutus jalan bagi milisi-milisi Shahawat dan milisi-milisi sejenis mereka… maka kami pun menggulirkan program “mendamaikan umat”. Kami mempersyaratkan agar para qadhi yang bertugas harus diketahui manhaj mereka, terlebih dalam perkara berhukum kepada hukum Allah, kufur kepada thaghut dan mencampakkan semua hal yang menyelisihi misi islami.
Kami telah menyampaikan tenggang waktu untuk menerima inisiatif ini, ternyata umat Islam dan para ulama mendukung inisiatif tersebut, di antara mereka yang terdepan dalam mendukungnya adalah para ulama senior yang telah mendapatkan ujian berat dalam memperjuangkan agama Allah (bahkan sebagian mereka masih mendekam di dalam penjara.)
Di antara ulama yang mendukung inisiatif tersebut adalah Syaikh Mujahid Abu Qatadah Al-Filisthini, Abu Muhammad Al-Maqdisi, DR. Iyadh Qunaibi, DR. Yusuf Al-Ahmad, DR. Akram Hijazi, Syaikh Husain Mahmud dan lain-lain.
Kemudian berbagai macam kelompok, baik itu yang baik maupun yang buruk, mengumumkan sikap menerima syariat Allah sebagai pemberi keputusan di antara mereka, agar perselisihan di kancah Syam berakhir dan kita kembali memerangi rezim Nushairiyyah yang telah merajalela dan menzhalimi rakyat yang tertindas. Semua kelompok telah setuju untuk berhukum kepada syariat Allah.
Namun saudara-saudara kita yang ada di Daulah merilis pernyataan yang intinya tidak menerima pengambilan keputusan berdasarkan hukum Allah kecuali dengan syarat-syarat yang mereka paksakan kepada lawan-lawan mereka.
Maka ruang lingkup peperangan pun meluas, kabar-kabar mulai diberitakan dan kebohongan-kebohongan mulai disebarluaskan, bahkan ada kabar bahwa akhwat-akhwat telah diperkosa. Allah mengetahui bahwa saya telah pergi ke lebih dari satu tempat, dan saya mendapati bahwa berita hanyalah isu belaka yang tidak terbukti kebenarannya. Barangkali memang terjadi beberapa peristiwa, namun cara penyampaian berita dari peristiwa tersebut terkesan seperti Daulah ingin memobilisasi para pemuda agar terlibat dalam peperangan antara sesama kaum muslimin.
Sehingga setiap orang yang memilih untuk berhati-hati dan tidak melibatkan diri dalam peperangan ini, maka Daulah mengomentari mereka:
“Bagaimana bisa engkau tega menelantarkan saudara-saudaramu dan membiarkan saudari-saudarimu diperkosa?!”
Maha Suci Rabbku, jika kita benar-benar ingin menolong saudari-saudari kita dan melindungi kehormatan mereka, maka hendaknya kita rela dengan syariat Allah Ta’ala sebagai pemberi keputusan diantara kita, agar kekaacauan ini berhenti dan jihad (melawan rezim Nushairiyah) berlanjut, sehingga pada saat itu tidak akan ada lagi darah-darah kaum muslimin yang ditumpahkan dan tidak ada lagi kehormatan-kehormatan yang dilanggar.
Ketika kami mengajak orang-orang untuk mengasingkan diri dari fitnah ini, tiba-tiba bom-bom mobil menghantam tempat-tempat umum. Demi Allah yang nyawaku berada di tangan-Nya, saya telah menyaksikan sendiri banyak kejadian tersebut; bom mobil di kota Darkush yang meledak di tempat umum. Maka saya bertanya kepada gubernur Daulah:
“Siapa yang kalian targetkan dengan serangan bom mobil itu?” Ia menjawab:
“Bom mobil itu telah membunuh 30 orang musuh kami.” Meski sangat berbahaya, namun saya berangkat sendiri untuk melihat langsung lokasi serangan. Ternyata bom mobil itu hanya menewaskan pelakunya sendiri dan seorang lelaki warga sipil serta mencederai empat orang anak kecil. Saya juga menyaksikan sendiri aksi bom mobil serupa di kota Kafr Naha, dan yang tewas dalam aksi itu adalah seorang anak kecil dan pelakunya sendiri. Kemudian bom mobil serupa juga saya saksikan di Kafr Jum, dan yang tewas hanya pelakunya saja!
Saya menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa itu dan Allah mengetahui bahwa ini adalah kesaksian yang dengannya saya akan bersaksi di hadapan Rabb seluruh alam.
Maka saya meminta kalian untuk bersumpah dengan nama Allah, wahai saudara-saudaraku, apakah untuk tujuan ini kita berangkat berperang dari rumah-rumah kita? Apakah ini yang namanya menolong orang-orang yang tertindas yang Allah telah berfirman mengenai mereka:
وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ
“Dan mengapa kalian tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak…” [An-Nisa’: 75]
Duhai, Maha Suci Rabbku, apakah nyawa para pemuda kita sudah begitu murah, sehingga harganya sudah sampai pada taraf seperti ini. Mereka dijerumuskan ke dalam aksi bom mobil untuk membunuhi anak-anak kecil dan orang-orang yang Allah melindungi darah mereka??
Kemudian apa hak kalian untuk meledakkan bom-bom mobil di markas-markas saudara kalian dari Ahrar Syam, Liwa’ Tauhid dan lain-lainnya? Sehingga bom-bom mobil itu membunuh saudara-saudara kalian yang berjihad, sementara personal-personal mereka belum terbukti melakukan pembunuhan dan tidak pula murtad? Kemudian, taruhlah antara kalian dan kelompok-kelompok mereka ada kezaliman-kezaliman, apakah hukuman qisash dilakukan dengan cara seperti ini?
Bukankah Allah telah berfirman:
وَمَنْ قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَانًا فَلا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كَانَ مَنصُورًا
“Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya [meminta putusan hukuman pengadilan terhadap pelaku, edt], tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” [Al Isra’: 33]
Ya Allah!! Apa yang akan dikerjakan oleh orang yang membuat bom-bom itu, orang yang meledakkannya, orang yang mengirimnya dan orang yang mendukungnya?!! Apa yang akan mereka lakukan dengan Laa Ilaaha Illa Allah jika kalimat tauhid tersebut mendatangi mereka pada hari kiamat?!!
Apa yang akan mereka katakan kepada anak kecil tersebut, orang tua renta tersebut, apa yang akan mereka katakan kepada jiwa-jiwa suci yang nyawanya dilindungi oleh syariat, yang diserang oleh bom-bom mobil tersebut tanpa ada dosa apapun???!!!
Mereka berupaya untuk menjatuhkan para ulama jihad tersebut, seperti Syaikh yang tertawan Sulaiman Al-Ulwan fakkallahu asrahu, Syaikh mujahidin Abu Muhammad Al-Maqdisi dan Abu Qatadah Al-Filisthini, DR. Iyad Qunaibi, Syaikh Muhaddits Abdul Aziz At-Tharifi, Syaikh Yusuf Al-Ahmad dan lain-lain. Bahkan mereka berupaya untuk menjatuhkan sang Hakimul Ummah (Syaikh Azh-Zhawahiri) yang telah menghabiskan usianya di medan jihad, yang mana melalui perantaraan tangannya Allah menakdirkan hidupnya kembali ruh jihad di tengah umat Islam, sebagian mereka mulai mengolok-olok dan mengejek beliau!!!
Saya bertanya kepada Anda dengan nama Allah….!
Tidakkah Anda bertanya-tanya: Kenapa setiap kali ada seorang ulama atau penasehat menyelisihi tindakan dan kezaliman Daulah, setelahnya ada orang yang menjatuhkan ulama dan penasehat tersebut, serta menuduhnya guna memalingkan masyarakat dari kebenaran yang dikatakan oleh mereka?
Ulama ini dikomentari seperti ini:
“keberadaannya jauh (dari bumi jihad) dan ia tidak mengetahui realita!” sedangkan yang lain dikomentari demikian:
“Ia sedang dipenjara, berita yang disampaikan kepadanya tidak sesuai dengan kenyataan!” Ulama ketiga dikata-katai:
“Ia sentimen (terhadap Daulah)!” sedangkan ulama keempat dikomentari seperti ini:
“Ia orang baru yang tidak mengerti medan (jihad)!” Pada akhirnya tidak ada seorang pun yang selamat dari kritikan tersebut kecuali orang yang sependapat dengan Daulah!!!
Sesungguhnya saya, demi Allah, belum pernah melihat para ulama jihad di muka bumi bersepakat dalam mengkritik sebuah amal islami dan menolaknya sebagaimana kesepakatan mereka dalam mengkritik misi Daulah di Syam.
Saudaraku yang tercinta.. Allah mengetahui bahwa saya tidak memusuhi misi penegakan Khilafah Islamiyah, justru demi tegaknya Khilafah Islamiyah itu kita mempersembahkan darah dan nyawa kita. Namun ia harus tegak di atas manhaj nubuwwah, bukan dengan membuat masyarakat lari menjauhi, menzalimi mereka, memecah belah barisan jihad dan menolak inisiatif-inisiatif berhukum kepada syariat Allah dengan dalih-dalih yang sangat lemah, yang Allah tidak menurunkan dalil tentangnya, yang tidak bisa menjadi hujjah bagi pelakunya.” Sampai di sini perkataan Syaikh Al-Muhaisini.
KECEROBOHAN DAN KETEGANGAN SECARA BERKESINAMBUNGAN.
Demi menunaikan amanah maka kami harus menyampaikan bahwa mungkin pada awal peristiwa Atarib, Daulah juga dizhalimi, saya katakan ‘mungkin’ karena saya tidak percaya 100 persen terhadap kesaksian yang saya tanyakan langsung dari para saksi kejadian ini. Berbeda dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan setelahnya, saya tidak ragu dengan keakuratannya. Namun satu hal yang tidak saya ragukan kebenarannya adalah, Daulah selalu memprovokasi masyarakat dengan sikapnya yang bersikeras main hakim sendiri tanpa merujuk kepada Mahkamah Syariat yang ada, dan tanpa adanya komunikasi dengan faksi-faksi lain serta pihak-pihak lain yang berkuasa dan memiliki kewenangan. Andai saja keputusan Daulah itu benar sehingga masyarakat akan menilainya sebagai Robin Hood yang beraksi tanpa pamrih, namun ternyata keputusannya dibarengi dengan kesalahan-kesalahan besar yang merenggut nyawa orang-orang yang tidak bersalah (silahkan simak kembali bagian dua.)
Meskipun saya mengabaikan kemungkinan bahwa kezhaliman mungkin menimpa Daulah pada awal peristiwa Atarib, namun respon Daulah terhadap peristiwa Atarib dan Maskanah meyakinkan saya bahwa Daulah mengalami ketimpangan yang parah dalam kinerjanya, kebiasaannya yang kerap memanaskan situasi dan menciptakan jalan buntu merupakan indikasi yang sangat jelas bahwa Daulah tidak memperhatikan upaya-upaya rekonsiliasi dan gencatan senjata. Dan jelaslah bagi saya titik lemah organisasi yang baru lahir ini, yaitu; lemah pada sisi negosiasi dan diplomasi, jarang sekali saya mendapati ada sebuah masalah yang selesai dengan mereka dengan cara saling memahami dan negosiasi, dan para negosiator dan mediator biasanya pulang dengan tangan hampa dan rasa frustasi (silahkan tinjau kembali inisiatif Al-Muhaisini dan Al-Ahmad mengajak Daulah berdamai.)
Setiap hari Daulah menciptakan musuh baru dengan cara yang sangat dramatis, contohnya seperti apa yang disampaikan oleh Syaikh Al-Muhaisini ketika Daulah membunuh 10 orang tentara Jabhah Nushrah di Markas Batalion 46 (kira-kira ini adalah darah pertama yang tumpah dalam konflik antara Daulah dan Jabhah Nushrah), serta kasus ketegangan dengan Brigade Nuruddin Zanki sehingga ia menjadi musuh Daulah yang akhirnya berperan dalam mengusir Daulah dari wilayah yang Daulah tempati. Dan beginilah setiap harinya Daulah kehilangan simpati dari penduduk Syam sehingga menyebabkan timbulnya permusuhan dan tuntutan pembalasan dari pihak keluarga mujahidin yang terbunuh di tangan Daulah.
PEMBUNUHAN DAN VONIS KAFIR BERUNTUN
Di antara sorotan paling utama yang membuat penduduk Syam takut terhadap Daulah adalah pembunuhan berdasarkan afiliasi, dan ini adalah poin yang sangat sensitif dan harus ada pendokumentasian secara khusus, misalnya:
Engkau adalah seorang anggota Shuqur As-Syam, di dalam fitnah ini, Shuqur As-Syam berada di pihak FSA, sedangkan (menurut Daulah) FSA adalah shahawat dan murtad. Jadi Shuqur As-Syam dianggap sama seperti FSA, dan seterusnya engkau akan dihukumi sebagaimana hukum kepada Shuqur As-Syam. Walaupun engkau belum pernah ikut memerangi Daulah sama sekali (pembaca dapat menyimak kisah pembunuhan Abu Al-Miqdam pada selanjutnya, nantinya kami akan mengungkap rahasia baru seputar kasus yang miris ini).
Hal ini juga mereka lakukan kepada seorang saudara asal Mesir yang bernama Ahmad ketika mereka menyerang markas Ahrar Syam di Deir Ezzour, saudara ini baru saja datang dari Mesir beberapa hari sebelum penyerangan itu dan ia tidak mengetahui sama sekali apa yang terjadi. Ia hafal Aquran dan seorang yang terpelajar, ia tidak memiliki sangkut paut sedikitpun dengan peperangan ini dan pihak Ahrar Syam telah menjelaskan hal ini kepada Daulah, namun akhirnya mereka membunuhnya hanya karena ia bergabung dengan Ahrar Syam yang mereka anggap murtad.
SEMUA YANG MEMUSUHI DAULAH TIDAK SAMA
Saya tidak mengingkari bahwa sebagian musuh Daulah (khususnya FSA dan kelompok non gerakan islam) berlebih-lebihan dalam membunuh para anggota Daulah dengan cara yang tidak syar’i, bahkan sudah lumrah bahwa sebagian penjahat FSA selalu membunuhi setiap muhajir karena menganggap bahwa seluruh muhajir bergabung dengan Daulah. Sampai-sampai pernah ketika saya menghubungi sejumlah ikhwah muhajirin, mereka memberitahukan kepada saya bahwa mereka sedang bersembunyi agar tidak dibunuh oleh musuh-musuh Daulah, padahal para muhajirin itu sendiri adalah orang-orang yang menentang Daulah. Kalian masih punya Allah wahai para muhajirin.
Dan apa yang saya saksikan adalah bahwa ada banyak muhajirin yang menentang Daulah, dan bukan seperti apa yang diyakini oleh penduduk Syam, laa haula wa laa quwwata illa Billah.
Kita tidak perlu mengulangi bahwa di antara anggota FSA (non gerakan Islam) ada orang-orang jahat yang berhak untuk disalib dan dipotong tangan serta kaki mereka secara silang. Dan di tengah suasana seperti ini serta meledaknya peristiwa Atarib, secara pribadi saya memutuskan untuk mengambil sikap diam secara total, saya menjauh dari peristiwa ini mengunci lisan saya dan menetap di rumah hingga keadaan mereda. Demi Allah tangan saya tidak dilumuri darah seorang muslim pun, dan saya tidak pernah menghasut siapapun untuk memojokkan kedua belah pihak. Namun saya tidak membantah orang yang memerangi pihak yang ia anggap sebagai pihak yang mulai menyerang, dan saya tidak menganggap diri saya lebih berhati-hati dari orang itu (singkatnya, menurut pribadi saya, saya tidak akan mengajak orang-orang untuk terlibat di dalamnya, namun saya tidak melarang siapa saja yang ikut di dalamnya).
Semua sikap keras kepala dan kecerobohan itulah yang memicu terjadinya peristiwa ini, namun selanjutnya para penentang Daulah menampakkan keberanian mereka yang mengagumkan dalam melawan Daulah, sehingga peristiwa-peristiwa itu pun berakhir setelah Daulah terusir dari wilayah-wilayah barat (Aleppo dan sekitarnya) secara keseluruhan dan berkonsentrasi di wilayah-wilayah Timur (Deir Ezzour dan sekitarnya) setelah peristiwa berdarah yang panjang.
MENGAPA PENDUDUK SYAM TIDAK BERISMPATI TERHADAP DAULAH?
Sangat penting untuk kami katakan di sini:
Semua rekaman video dan gambar korban yang Daulah publikasikan terjadi sebelum pada fase ini (sebelum peristiwa Maskanah), karenanya mayoritas penduduk Syam tidak setuju dengan seluruh gambar dan video para korban Daulah, karena video dan gambar itu adalah potongan klise yang menunjukkan keseluruhan timeline peristiwa, serta potongan klise yang menunjukkan bagaimana Daulah melakukan analisa intelektual dan kesimpulan dari tiga bagian catatan ini:
Arogan serta ambisi untuk mendominasi, silahkan kaji kembali bagian pertama.
Melakukan provokasi secara tidak langsung dan mencuci otak para anggotanya, silahkan kaji kembali diawal bagian ini.
Menjatuhkan vonis kafir, nantikan pada bagian salanjutnya.
Berhubung pembunuhan dan vonis kafir adalah teman akrab sepanjang sejarah, maka saya memutuskan untuk menfokuskan bagian selanjutnya untuk membahas permasalahan vonis kafir yang menjangkiti Daulah, yang sebagiannya saya saksikan sendiri, atau diceritakan secara langsung oleh orang-orang yang terpercaya, di antara mereka ada yang pernah mendekam di dalam penjara Daulah, sehingga ia mendengar apa yang dikatakan oleh penanggung syariat mereka dan menyaksikan keadaan mereka dari dalam.
Sebelum kita lanjut ke bagian selanjutnya, bagian yang saya nilai paling urgen, saya ingin menuliskan sebuah kalimat bermakna yang dikatakan oleh Syaikh Al-Muhaisini di dalam kesaksiannya, saya pikir kebanyakan dari kita perlu mengingatkan diri kita dengan kalimat ini, meskipun kata-katanya sederhana, namun isinya sangat bermakna:
“Sesungguhnya permasalahan ini bukanlah permasalahan yang berkaitan dengan emosional dan perasaan, akan tetapi ini adalah permasalahan syariat yang deminya kami rela menghilangkan nyawa dan darah kami.”
Bersambung ke Bagian Empat In syaa Allah
(aliakram/arrahmah.com)