(Arrahmah.id) – Dalam segala situasi, seorang muslim senantiasa berada dalam 3 kondisi: Pertama, melaksanakan perintah Allah. Kedua, meninggalkan larangan Allah. Ketiga, rela dengan takdir Allah.
Memasuki hari ke 12 bulan Ramadhan 1445 H, serial dakwah tampil beda dari biasanya. Hadirkan improvisasi, “kumpulan kata bijak” sebagai bahan muhasabah fardiyah (introspeksi diri).
👉Dalam hidup ini, yang paling sulit bagi seseorang adalah memilih jalan hidup yang benar. Dan lebih sulit lagi, mempertahankan jalan hidup yang benar.
Maka, ikutilah firman Allah ini:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Wahai kaum mukmin, takutlah kepada Allah. Tempuhlah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan beramal shalih. Berjuanglah kalian untuk membela Islam, niscaya kalian akan beruntung di akhirat.” (QS Al-Ma’idah (5) : 35)
👉Siapakah yang lebih mulia, seorang raja atau seorang ulama?
“Raja, tentu saja lebih mulia dari pada ulama”.
Buktinya, banyak ulama yang antri ingin ketemu raja. Tapi belum pernah ada raja antri ingin ketemu ulama”.
Mengapa? Karena ulama tahu manfaatnya harta, sekalipun harus kehilangan wibawa. Sedangkan raja tidak tahu manfaatnya ilmu, yang penting berkuasa.
👉Sebatang pohon dapat membuat jutaan batang korek api. Tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon.
Jadi, satu fikiran negatif dapat membakar semua fikiran positif. Maka sampaikan kebenaran dengan cara yang benar.
👉Korek api mempunyai kepala, tapi tak punya otak. Karenanya, setiapkali ada gesekan kecil, langsung panas, terbakar dan membakar.
Manusia punya kepala dan otak. Maka tak perlu mudah terbakar amarah hanya karena gesekan kecil.
Janganlah seperti daun kering. Mudah dikumpulkan, tapi berisik dan mudah dibakar.
👉Ketika burung hidup, ia makan ulat. Ketika burung mati, ulat makan burung.
Kadang membingungkan, kita toleran pada lawan, tapi intoleran pada kawan. Membesar-besarkan kesalahan kecil kawan, sebaliknya mengecilkan kesalahan besar lawan. Akibatnya, musuh dikawani, kawan dimusuhi.
👉Bila terdapat seribu pembangun, di belakangnya ada seorang peruntuh, niscaya dia bisa meruntuhkan seribu bangunan. Bayangkan, bila terdapat seorang pembangun dibelakangnya terdapat seribu peruntuh. Apa yang akan terjadi?
Maka berusahalah menjadi pembuka jalan kebaikan dan penutup jalan kemungkaran.
👉Waktu terus berputar, roda kehidupan terus berjalan.
Jangan merendahkan siapapun dalam hidup. Bukan karena siapa mereka. Tapi karena siapa diri kita.
Kita mungkin berkuasa, tapi Allah SWT Maha Kuasa melebihi kita.
👉Waktu kita sedang berjaya, banyak teman baru di sekeliling kita.
Waktu kita susah, barulah kita kenal siapa sahabat kita sebenarnya.
Dan waktu kita sakit parah, barulah kita tahu bahwa nikmat sehat itu sangat bernilai jauh melebihi harta.
👉Ketika sudah tua, kita baru sadar bahwa masih banyak yang belum kita kerjakan.
Dan setelah diambang ajal, baru kita sadari begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Maka perbaiki hidup di masa tua, niscaya Allah mengampuni kesalahan di masa lalu dan masa depan.
👉Tidak masalah kita berbeda pendapat, tapi sering jadi masalah jika berbeda pendapatan.
Gaya hidup mewah tidak menunjukkan bahwa hidup kita kaya. Justru itu semua menunjukkan bahwa kita hanya banyak gaya.
👉Hidup di dunia tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat hidup lebih berharga.
Saling menghargai dan saling memaafkan, niscaya hidup akan bahagia dan penuh makna.
Nasehat Al Qur’an:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
“Berilah maaf, dan perintahkanlah kepada manusia untuk berbuat baik, serta tinggalkanlah perilaku orang-orang jahil yang suka berbuat dosa.” (QS Al-A’raf (7) : 199)
Yogyakarta, 12 Ramadhan 1445 H/22/03/2024
IRFAN S. AWWAS