(Arrahmah.id) – Yang namanya syukur itu sering dijumpai ayat-ayatnya, hadist-hadistnya, yang selalu mengajak kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT, sehingga kita tidak digolongkan menjadi hambanya yang jauh dari rahmat Allah subhanahu wata’ala.
Berbicara tentang syukur sama dengan berbicara mengenai husnudzon billah, yaitu hubungan vertikal antara hamba dengan penciptanya. Kita bersyukur atas segala curahan, pemberian Allah subhanahu wata’ala kepada kita, sehingga kita menikmati semuanya hingga detik ini.
Jika seorang hamba selalu bersyukur, maka Allah akan menambahkan nikmat-nikmatnya yang tidak akan terputus sampai kita kembali kepada Allah subhanahu wata’ala.
- Berbicara tentang syukur, maka kita berbicara mengenai az ziyadah (tambahan), apa yang ditambah? Yaitu nikmat. Semakin kita bersyukur, maka Allah akan memberi balasan dengan menambahkan nikmat-nikmatNya.
Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah bersabda, tidaklah Allah subhanahu wata’ala menurunkan, memberikan, meluaskan rezeki hambanya yang bersyukur, kemudian Allah subhanahu wata’ala mengharamkan untuk menambahkan nikmat tersebut, karena Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7, “Wahai manusia, jika kalian bersyukur kepadaku atas pemberianku, pasti Kami akan tambahkan nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya azabKu sangat pedih”.
Sungguh luas nikmat Allah yang selalu Allah tambahkan dan tambahkan lagi, walau Allah mengingatkan jika kita kufur nikmat, maka sungguh siksaan Allah sangat pedih.
Tentunya kita harus bersyukur, sejak kita lahir Allah memberikan kesempurnaan pada tubuh kita. Saat bayi baru lahir, seorang hamba belum bisa melihat dengan sempurna namun berjalannya waktu, kita bisa melihat dengan jelas, karena rahmat dan nikmat Allah, patutlah kita untuk bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala.
- Ketika seorang hamba bersyukur, maka bukan hanya ditambahkan nikmatnya, tetapi Allah luaskan tambahan nikmat tersebut.
Ibnu Abbas meriwayatkan: Bahwasanya Nabi bersabda, Ada 4 macam perkara, dimana ketika Allah memberikan nikmat tersebut seakan akan ia mendapatkan kebaikan dunia akhirat.
⁃ Qolbun syakir, hati seorang yang selalu bersyukur. Jika ada musibah, dia tidak melihat ke atas, tetapi melihat ke bawah, bahwa lebih banyak yang lebih sulit keadaannya.
⁃ Lisanun dzakir, lisannya selalu mengingat, selalu menyebut nama Allah subhanahu wata’ala.
⁃ Jiwa seorang yang saat dihadapkan kepada suatu ujian, dia bersabar.
⁃ Seorang istri yang tidak pernah berkhianat, kepada dirinya dan kepada harta suaminya.
Bagaimana cara bersyukur kepada Allah?
- Meniru, meneladani para Anbiya, para nabi Allah yang selalu bersyukur kepada Allah. Dalam surat An Nahl 120-129 dikisahkan mengenai Nabi Ibrahim alaihissalam, seorang pemimpin yang taat, selalu patuh kepada Allah. Nabi Ibrahim adalah orang yang hanif, jalannya selalu lurus. Allah menyebutkan bahwa Ibrahim adalah hamba yang selalu bersyukur. Di ayat 121 mengisahkan Ibrahim adalah Nabi yang ikhlas bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala.
Kisah lainnya terdapat dalam surat Al Isra ayat 3, mengenai Nabi Nuh alaihissalam yang senantiasa bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala.
Kisah selanjutnya mengenai Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Aisyah mengisahkan bahwa Rasulullah senantiasa mendirikan qiyamul lail hingga kaki beliau bengkak. Saat ditanya mengapa selalu melakukan itu, meskipun Allah telah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan akan datang, Rasulullah menjawab: wahai Aisyah, aku ingin menjadi hamba yang selalu bersyukur kepada Allah.
- Meneladani para sahabat nabi, yang mana mereka adalah generasi terbaik. Misal, Abu Bakar radhiallahuanhu, Abu Bakar pernah berdoa: ya Allah aku meminta kepadaMu kesempurnaan nikmat dan aku meminta kepadaMu berikan aku rasa syukur atas nikmat itu, dengan rasa syukur itu sehingga Engkau ridho kepadaku, dan juga ridho yang ada pada semua kebaikan, dengan semua kemudahan-kemudahan untuk urusanku dan janganlah Engkau turunkan kesusahan untuk urusanku.
-
Selalu mengingat nikmat-nikmat Allah dengan kalimat-kalimat yang memuji Allah. Mengingat, menyebut nikmat Allah artinya bersyukur, dengan mengingat nikmat akan melahirkan cinta kepada Allah.
Cinta yang dapat menyelamatkan kita dari panasnya api neraka. Dalam surat Al Adiyat ayat 6, yang dimaksud dengan kufur disitu adalah, seorang manusia selalu memikirkan masalah/ujian, sehingga ia lupa dengan nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita.
- Meninggalkan maksiat, meninggalkan keburukan, meninggalkan jalan-jalan setan yang menjerumuskan kita menjadi hamba yang dimurkai Allah. Sesungguhnya jika Allah memberikan apa yang diinginkan oleh hambanya meski ia bermaksiat, sesungguhnya itu adalah istidraj. Jadi jangan iri dan dengki kepada mereka yang diberikan apapun oleh Allah meski ia selalu bermaksiat.
-
Doa kepada Allah, tanpa doa kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Berdoa dengan bahasa apapun, selipkanlah rasa syukur kita atas nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah SWT.
Ada 4 ciri orang dimana Allah akan membangun rumah baginya di Surga:
⁃ orang yang urusannya, perkaranya, selalu meminta pertolongan kepada Allah
⁃ Orang yang ditimpa musibah ia berkata inna lillahi wa inna ilaihi rojiun
⁃ Orang yang ketika diberi sesuatu ia mengucapkan Alhamdulillah
⁃ Orang yang berbuat dosa, maksiat, ia beristighfar memohon ampunan dari Allah.
(haninmazaya/arrahmah.id)
*Disarikan dari kajian yang diisi oleh: Ustadz Abdullah Wahib, Lc.