(Arrahmah.id) – Ridho adalah tangga selanjutnya setelah sabar. Sabar harus dilatih begitu juga dengan ridho.
Imam Ibnu Abi Ad Dunya memulai bab Ridho dengan hadist oleh Anas bin Malik: Saya akan membacakan sebuah hadist kepada kalian, dulu kami pernah bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam duduk-duduk bersama, kemudian Rasulullah tiba-tiba tertawa, kemudian Rasul berkata: Tidakkah kalian tahu kenapa aku tertawa? Para sahabat menjawab: Allah dah RasulNya yang tahu, kemudian Rasul menjawab: Aku merasa kagum dengan orang beriman, sesungguhnya Allah tidaklah menetapkan takdir kepada orang mukmin kecuali qodho itu pasti bagus untuknya.
Pondasi utama adalah keyakinan di dalam hati kita bahwa semua yang Allah takdirkan untuk kita adalah baik. Dari pondasi inilah maka akan tumbuh Ridho kepada Allah subhanahu wata’ala.
Ridho secara bahasa adalah lawan kata dari suhtu (kecewa). Ridho itu menerima sebuah kejadian, sebuah musibah dengan wajah bahagia.
Pengertian Ridho
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ketika menjelaskan tentang Ridho, dijelaskan dalam hadist yang disampaikan oleh Aisyah radhiallahuanha: Suatu ketika ada seorang tabiin bertanya kepada ibunda Aisyah, wahai ibunda apakah yang paling banyak dibicarakan oleh Rasulullah ketika berada di rumahnya? Ibunda Aisyah menjawab yang banyak dibicarakan adalah apabila Allah menakdirkan sesuatu pasti terjadi.
Jika belum terjadi, Allah tidak menakdirkannya, jadi untuk apa kita tidak ridho? Dan semua yang terjadi pada seorang mukmin adalah baik untuknya.
Hadist kedua:
Disampaikan oleh sahabat Abu Musa Al As’ari radhiallahuanhu, saya pernah mendengar Rasulullah berkata, sabar adalah ridho. Kemudian ulama menjelaskan sabar itu adalah jalan atau pintu untuk menuju ridho, jika kita membiasakan diri kita dengan sabar, maka itu akan menjadi jalan untuk menuju pintu keridhoan Allah.
Wahai Rasulullah berilah nasehat kepadaku, namun jangan banyak-banyak, lalu Rasul berkata: Janganlah kamu menuduh Allah dalam segala sesuatu pun yang telah Allah takdirkan kepadamu.
Cara untuk ridho adalah janganlah menuduhkan apapun kepada Allah subhanahu wata’ala (tidak bersuudzon kepada Allah).
Pengertian ridho dari salafush shalih
⁃ Ilqimah radhiallahuanhu sedang mengaji bersama sahabatnya, lalu dibacakan ayat: Siapa pun yang beriman kepada Allah maka Allah akan memberikan petunjuk kepada hatinya. Kemudian Ilqimah ditanya tentang ayat tersebut, kemudian ia menjawab: Dia adalah seorang laki-laki yang ditimpa musibah dan ia tahu itu dari Allah, kemudian dia ridho dan menyerahkannya kepada Allah.
⁃ Abu Darda radhiallahuanhu mengatakan sesungguhnya Allah apabila menakdirkan sesuatu kepada makhluknya maka Allah suka, cinta, agar takdirnya tersebut diridhoi oleh hambanya.
⁃ Umar bin Dzuri mengatakan istrinya Abu Darda mengatakan sesungguhnya orang-orang yang ridho dengan takdir Allah, adalah orang-orang yang apa yang Allah takdirkan kepadanya, mereka ridho dengannya. Mereka orang-orang yang ridho, memiliki menara di dalam surga yang menara itu menjadikan iri para syuhada.
⁃ Abdul Wahib bin Zaid mengatakan ridho itu adalah pintu Allah yang paling agung dan surganya dunia, dan tempat istirahatnya orang-orang ahli ibadah. Orang yang ridho itu ketika ditimpa apapun ia tetap bahagia.
Bagaimana cara menjalani ridho
Fudail bin Iyadh mengatakan orang yang ridho itu adalah orang yang tidak berharap di atas posisinya. Mensyukuri, berbahagia dengan posisi yang dialami saat ini.
Hafz bin Humaid mengatakan ia pernah bertamu kepada sahabatnya di Kuffah yang saat itu istrinya meninggal dunia, lalu ia bertanya: Apa itu ridho wahai Abdullah bin Mubarok, kemudian ia menjawab: Ridho itu tidak berharap pada sesuatu yang bukan keadaannya saat itu.
Fudail bin Iyas ditanya, siapa orang yang ridho kepada Allah? Ia mengatakan: Yaitu orang yang tidak suka berada di tempat selain tempat yang telah Allah takdirkan saat itu. Tidak berangan-angan selain di tempat yang Allah takdirkan untuknya.
Sabar itu adalah di bawahnya ridho. Ridho itu adalah sebelum turunnya musibah ia sudah ridho, berbahagia dengan takdir apa pun, adapun sabar itu setelah turunnya musibah, ia bersabar.
Ridholah kepada takdir Allah atas hal yang sulit maupun mudah, karena hal tersebut akan meminimalisir kegundahanmu dan itu lebih bisa menyampaikanmu kepada tujuanmu di akhiratmu. Dan ketahuilah bahwasanya hamba itu tidak akan bisa mencapai hakikat ridho sampai ridhonya itu saat miskin dan tertimpa musibah seperti ridhonya ia saat kaya dan nyaman.
Setelah istikharah lalu apa yang Allah takdirkan tidak sesuai dengan keinginan dan kita kecewa, maka itu tidak adil terhadap diri sendiri dan tidak mendapatkan pintu ridho Allah SWT.
Kisah-kisah Ridho para Salaf
Yunus Almaki mengatakan seorang laki-laki dari penduduk Thaif menanam tanaman lalu siap dipanen kemudian ladangnya ditimpa musibah sampai terbakar, kami mendatanginya untuk menghiburnya lalu laki-laki tersebut menangis dan ia berkata demi Allah aku menangis bukan karena ladangku terbakar, tetapi aku mendengar Allah berfirman seperti angin yang menimpa ladang sebuah kaum yang dzolim lalu ladang mereka terbakar. Aku menangis karena takut seperti ayat tersebut, takut menjadi bagian dari kaum yang dzolim.
Ad Dharani mengatakan aku berharap bahwasanya aku diberi rizqi seujung dari ridho, seandainya pun ia dimasukkan ke dalam api neraka maka dia ridho atas takdir Allah tersebut.
Lukman Al Hakim suatu ketika berkata kepada anaknya: Sungguh akan datang sebuah perkara kepadamu baik kamu suka atau benci, pastikanlah di dalam hatimu hal tersebut baik bagimu. Kemudian Lukman melanjutkan adapun sifat ridho ini aku tidak mampu memberikannya kepadamu, karena hal itu harus senantiasa dilatih.
Wahai anakku sesungguhnya Allah telah mengutus seorang nabi yang bisa menjelaskan tentang ridho, marilah kita temui nabi tersebut sehingga nabi bisa menjelaskan kepada kita.
Mereka melakukan perjalanan berhari-hari sampai bekal mereka habis dan keledai mereka telah kelelahan, kemudian tiba-tiba di tengah perjalanan anaknya menginjak tulang yang tajam dan menusuk kakinya, anaknya kesakitan dan tidak bisa berjalan, Lukman mengambil tulang dari kaki anaknya, lalu dia menangis. Wahai ayahku mengapa kamu menangis padahal engkau mengatakan kita harus ridho.
Kemudian datanglah orang yang menunggang kuda menemui mereka dan bertanya: Apakah kamu Lukman? Apa yang dikatakan kepada anakmu tadi? Lalu Lukman bertanya? Siapa kamu? Sang penunggang kuda berkata: Saya Jibril. “Seandainya kamu Jibril maka kamu lebih tahu apa yang dikatakan anakku”. Kemudian Jibril mengatakan” Wahai Lukman yang kamu lihat tadi adalah desa yang Allah perintahkan untuk dibenamkan bersama seluruh penduduk desa, aku tahu engkau akan menuju kesana, maka aku meminta kepada Allah untuk mencegahmu berada di sana saat desa itu tenggelam.
Maka Allah meletakkan tulang di tengah jalan yang akhirnya menusuk kaki anaknya. Dan itu adalah takdir yang baik bagi mereka berdua, karena seandainya mereka tiba di desa itu, maka keduanya akan terbenam. Jadi apa yang menimpa orang beriman semuanya adalah baik.
Ali bin Hasan mengatakan ada seorang laki-laki yang telah hilang setengah dari tubuhnya karena penyakit, dia lumpuh di atas ranjangnya, kemudian ada seorang laki-laki menjenguknya, lalu ia bertanya, bagaimana kabarmu?
“Saya adalah rajanya dunia”. Kenapa? “Karena Allah sudah memutuskan diriku hanya berinteraksi kepada Allah, dan aku tidak memiliki hajat lagi kecuali Allah mematikanku dalam keadaan Islam”.
Balasan orang yang ridho
Dari Abu Hurairah: Siapapun yang tertimpa penyakit pada suatu malam kemudian dia sabar dan ridho, akan keluar dari dirinya sendiri dosa-dosanya seperti dia keluar dari rahim ibunya.
At Taubah 72: “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga ‘Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung.”
Ridho itu melebihi surga. Ridho dari Allah itu lebih besar ketimbang kenikmatan-kenikmatan yang ada di surga.
Bagaimana jika ada orang yang tidak ridho pada takdir Allah?
Musa alaihissalam pernah berkata, wahai Rabb, siapa makhlukmu yang paling besar dosanya? Lalu Allah berkata yang paling besar dosanya adalah orang yang menuduhku. Apakah ada orang yang bersuudzon kepadamu? Lalu Allah menjawab: Orang yang beristikharah meminta pilihan kepadaKu namun ia tidak suka dengan pilihan tersebut.
Siapa ummat yang disayangi? Allah menjawab: Ummatnya Muhammad.
Kenapa? Karena mereka ridho dengan yang sedikit, dari pemberian, dan Aku meridhoi yang sedikit dari amal mereka, dan Aku memasukkan mereka ke surga dikarenakan mereka mengatakan Laa ilaha illallah.
(haninmazaya/arrahmah.id)
*Disarikan dari kajian yang diisi oleh: Ustadz Rejoyo Santoso, Lc.