Dengan husnudzon billah (prasangka baik kepada Allah), maka Allah akan menuntun jalan kita.
Kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah, oleh karenanya kita dituntut untuk husnudzon billah. Berbicara mengenai husnudzon billah artinya berbicara hubungan vertikal antara hamba dengan Allah, hubungan Ar Roja, yaitu pengharapan. Agar Allah mendatangkan semua kebaikanNya, semua kemudahan untuk kita yang hidup di dunia yang penuh dengan ujian.
Berbicara husnudzon billah, kita berbicara tentang ar roja, harapan. Apa sih harapan kita kepada Allah? Tentunya yang kita harapkan yaitu ampunan (maghfirah). Seorang hamba tidaklah masuk ke surgaNya Allah dengan amalan-amalan kebaikannya, kecuali karena rahmat Allah.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu, Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada orang-orang mukmin, Ia berkata: “Apakah kalian cinta berjumpa denganKu?”
Ketika Allah berjumpa kepada mukminin, Allah menanyakan hal tersebut, maka mereka menjawab, “iya Tuhan kami”.
Lalu Allah menanyakan kembali: “Kenapa kalian bisa suka dan cinta berjumpa denganKu? Sedangkan di luar sana banyak orang yang cinta dunia dan benci berjumpa dengan Ku”. Lalu mereka menjawab: “Sungguh kami inginkan maghfirahMu”.
Sungguh, kita tidak tahu amalan mana yang akan menghantarkan kita ke SurgaNya, maka kita harus berhusnudzon kepada Allah agar Allah menerima amalan-amalan kita hingga kita bisa memasuki surgaNya.
Bagaimana caranya kita berprasangka baik kepada Allah?
Ibnu Abid Dunya menukilkan bagaimana cara husnudzan kepada Allah:
1. Al I’tiraf (mengakui), mengakui segala dosa yang kita perbuat dan menyesali segala sesuatu yang kita perbuat yang mengundang murkanya Allah, yang menjauhi diri dan keluarga kita dari ridho dan maghfirahnya Allah.
Allah bersama prasangka hambanya, yaitu Allah bersama hambanya, bersama ketaatan hambanya. Allah bersama hambanya di setiap hambanya mengingat Rabb-nya. Maka berprasangka yang baik-baik saja. Karena Allah hanya menginginkan prasangka yang baik, agar hambanya mendapatkan prasangka tersebut.
- Ad du’a (berdoa). Harapan itu tidaklah kita sampaikan kepada Allah kecuali ketika kita berdoa. Orang-orang yang sombong adalah mereka yang enggan meminta kepada Allah. Ketika berdoa kita harus yakin bahwasanya Allah akan mengabulkan doa kita.
Nabi meminta kita untuk khusyuk, bukan hanya di waktu shalat, tapi juga di waktu berdoa, ketika kita khusyuk dan yakin, disitulah kita berprasangka baik kepada Allah.
Al Baqarah 186: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.”
Mengapa kita harus berprasangka baik kepada Allah?
- Karena berprasangka baik kepada Allah adalah perintah dari Allah, juga perintah dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
Hadist mengenai kaum yang dibinasakan karena prasangka buruk kepada Allah (HR Imam Muslim). Nabi Muhammad bersabda: Jika sekiranya kita tidak berbuat maksiat, Allah akan datangkan kaum yang bermaksiat, kemudian Allah ampuni dosa-dosa itu. (HR. Abu Hurairah). Bahwasanya Allah rindu dengan hambanya.
- Ma’rifatullah, dengan berprasangka baik, seorang hamba akan semakin kenal dengan sang pencipta, saat kita semakin kenal maka kita enggan untuk jauh kepada Allah. Salah satu yang dicintai Allah adalah husnudzon billah.
-
Bentuk tawakkal kita kepada Allah. Dari Muhammad Ibnu Yahya, seorang alim bertanya tentang tawakkal dan dijawab, tawakkal itu adalah husnudzon billah.
-
Merupakan bentuk tawadhu, tidak sombong, tidak meninggikan dirinya. Artinya kita selalu membutuhkan Allah dalam setiap keadaan. Kata Allah, rahmatKu mendahului murkaKu.
-
Ibadah yang paling baik, paling mulia.
(haninmazaya/arrahmah.id)
*Disarikan dari kajian yang diisi oleh: Ustadz Abdullah Wahib Lc.