BELGRAD (Arrahmah.com) – Parlemen Serbia meminta maaf kepada muslim Bosnia yang menjadi korban pembantaian Srebrenica tahun 1995 pada hari Rabu (31/3).
Berdasarkan hasil voting, 127 dari 250 kursi di parlemen mendukung resolusi untuk mengutuk pembantaian 1995 terhadap 8.000 jiwa dan mengeluarkan permintaan maaf kepada para korban.
Voting untuk mengeluarkan resolusi itu dilakukan pada dini hari Rabu, namun mereka menghendaki agar kata “genosida” tidak lagi dipakai, meskipun Mahkamah Internasional mengeluarkan keputusan bahwa peristiwa itu layak dikatakan sebagai genosida.
“Parlemen Serbia sangat mengutuk kejahatan yang dilakukan terhadap penduduk Muslim Bosnia dari Srebrenica pada bulan Juli 1995, sebagaimana ditentukan oleh Mahkamah Internasional (ICJ),” sebagaimana tertulis dalam resolusi tersebut.
Para anggota parlemen juga secara resmi mengungkapkan belasungkawa dan meminta maaf kepada keluarga korban karena tidak mampu berbuat apa-apa untuk mencegah tragedi itu.
Aktivis hak asasi manusia dan pengamat memuji permintaan maaf atas insiden yang tidak berperikemanusiaan yang sebelumnya disangkal oleh para politisi Serbia.
Sabra Kolenovic dari kelompok Mothers of Srebrenica menolak bahwa penghitungan suara yang terjadi di parlemen untuk merespon insiden adalah sebagai permainan politik di Beograd.
Meskipun diputuskan dengan proses perdebatan, dalam resolusi tersebut parlemen berjanji untuk terus bekerja sama dengan Pengadilan Kriminal Internasional untuk negara-negara Yugoslavia (ICTY) dan menekankan pentingnya “perburuan dan penangkapan Ratko Mladic sehingga ia bisa diadili sebelum dibawa ke ICTY.”
Mladic, buronan pengadilan kejahatan perang PBB yang paling dicari selama ini, memimpin pasukan Serbia Bosnia dan berhasil menguasai daerah Srebrenica yang dilindungi PBB bulan Juli 1995 sebelum melakukan pembantaian.
Selama pelariannya yang dilakukan selama lebih dari 15 tahun, komandan militer Bosnia diyakini bersembunyi di Serbia.
Pembantaian Srebrenica adalah episode berdarah dalam perang Bosnia 1992-1995.
Hakim Mahkamah Internasional memutuskan bahwa Serbia dibersihkan dari tanggung jawab atas pembunuhan yang sebenarnya namun Belgrade harus tetap bertanggung jawab karena tidak melakukan upaya apapun untuk mencegah pembantaian tersebut.
Setelah memisahkan laki-laki dari perempuan, pasukan Serbia Bosnia yang dipimpin oleh Mladic mengeksekusi sekitar 8.000 orang Muslim, dewasa dan anak-anak, dan mengubur jenazah mereka di sejumlah kuburan massal. Sejauh ini telah ada lebih dari 5.600 jasad korban yang telah ditemukan dan telah diidentifikasi dengan analisis DNA. (althaf/afp/dawn/arrahmah.com)