IDLIB (Arrahmah.id) – Sedikitnya 13 orang, termasuk sembilan warga sipil, tewas oleh serangan udara Rusia di zona de-eskalasi pedesaan Idlib, di barat laut Suriah, laporan mengatakan pada Sabtu (24/6/2023).
Mereka dibunuh di desa Basbat, sebelah barat Jisr al-Shughur, menurut kelompok Helm Putih dan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).
Sedikitnya 30 orang juga terluka dalam serangan itu, menurut pemantau perang, dengan jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat.
Observatorium lalu lintas udara oposisi Suriah melaporkan bahwa sebuah pesawat perang Rusia lepas landas dari pangkalan udara Hmeimin di Latakia, dan melancarkan beberapa serangan di Basbat, serta desa Badama dan Bakfala di provinsi Idlib.
Mustafa al-Ahmad, seorang aktivis lokal, mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed, bahwa artileri Rusia juga menargetkan sekitar desa Bazabur di daerah Jabal Al-Zawiya di selatan Idlib, serta desa Al-Ziyara di daerah Dataran Al-Ghab, sebelah barat Hama.
Oposisi Suriah berkali-kali mengatakan bahwa pesawat tempur Rusia telah menargetkan daerah yang dikuasai pemberontak dalam beberapa bulan terakhir.
Rami Abdel Rahman, mengatakan kepada AFP bahwa serangan mematikan itu kemungkinan merupakan pembalasan atas serangan pesawat tak berawak pemberontak yang menewaskan sejumlah orang di daerah yang dikuasai pemerintah dalam beberapa hari terakhir.
Pada Jumat (23/6) serangan pesawat tak berawak menewaskan satu orang di kota Qardaha yang dikuasai rezim, di provinsi Latakia, yang merupakan kampung halaman pemimpin rezim Bashar Asad.
Serangan serupa lainnya pada Kamis (22/6) menewaskan seorang wanita dan anak di Salhab, kota lain yang dikuasai pemerintah dekat dengan daerah yang dikuasai pemberontak di barat laut Suriah, menurut SOHR.
Rusia, bersama Iran, telah lama mendukung rezim Asad dalam merebut kembali sebagian besar wilayah Suriah yang hilang selama awal konflik selama bertahun-tahun, yang dimulai pada 2011 ketika rezim tersebut secara brutal menindak pengunjuk rasa damai.
Moskow sejak itu memberi Suriah dukungan militer dan intelijen, serta dukungan keuangan untuk menjaga agar rezim terus didorong selama perang.
Lebih dari 500.000 warga Suriah telah tewas sejak konflik dahsyat dimulai, dengan jutaan lainnya mengungsi di dalam dan luar negeri. (zarahamala/arrahmah.id)