SURIAH (Arrahmah.com) – Kelompok “Daulah Islamiyah”, atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, dilaporkan menduduki daerah-daerah pejuang Suriah yang terkena serangan udara Rusia, merebut setidaknya lima desa di provinsi Aleppo selama akhir pekan, lansir MEE pada Senin (12/10/2015).
Serangan udara Rusia, yang dimulai pada 30 September lalu, sejauh ini tidak terfokus pada area yang diduduki IS, melainkan pada sejumlah posisi kelompok pejuang Suriah yang melawan pemerintah diktator Presiden Bashar Asad.
IS telah mengambil keuntungan dari hal ini, dan sekarang mendapatkan wilayah di Aleppo – membuat kelompok pimpinan Abu Bakar Baghdadi itu berada di posisi paling dekat dengan bekas ibukota negara dalam dua tahun ini, lapor Guardian.
“Pesawat-pesawat Rusia menyerang Tentara Pembebasan Suriah [atau Free Syrian Army (FSA)] dan menjatuhkan wilayah itu hingga membuat Daulah [IS] mengontrol area-area strategis di Aleppo,” ungkap sumber dari Tajammu Al-Izzah, salah satu kelompok oposisi yang juga menjadi target dalam serangan udara Rusia , kepada Guardian.
“Kebenarannya ialah, Rusia mendukung ISIS,” tambahnya, dengan menggunakan singkatan alternatif untuk IS.
Pada pekan sejak serangan udara Moskow dimulai, serangan udara mereka sebagian besar telah difokuskan pada Hama, di mana kelompok-kelompok pejuang perlawanan Suriah berhasil menguasai sejumlah wilayah selama melawan pasukan pemerintah Nushairiyah Suriah, dan Aleppo barat, wilayah yang dikuasai kelompok-kelompok oposisi lainnya.
Pada Jum’at (9/10), IS mengambil keuntungan dari pengeboman Rusia di Aleppo barat dan bergerak ke selatan, menduduki sejumlah desa di sebelah utara kota Aleppo.
Moskow mengklaim bahwa serangan udara mereka utamanya menargetkan pejuang IS, namun para pejuang Suriah telah menegaskan bahwa serangan-serangan mereka sebagian besar justru telah menargetkan pasukan perlawanan yang berjuang melawan pasukan diktator Asad.
Banyak dari kelompok-kelopmpok perlawanan yang terkena serangan udara Rusia itu juga merupakan kelompok jihad yang melawan IS.
“Setiap pihak yang ingin melawan pemberontak (mujahidin-red) mengatakan bahwa mereka datang untuk melawan Daulah [IS] padahal mereka ingin melawan pemberontak (mujahidin-red),” ujar Bahaa Al-Halaby, seorang aktivis yang berbasis di kota Aleppo.
(aliakram/arrahmah.com)