DAMASKUS (Arrahmah.com) – Lebih dari 18.000 orang, setengahnya adalah warga sipil, telah tewas dalam serangan udara Rusia yang menghantam Suriah sejak Moskow memulai intervensi militernya, ujar kelompok pemantau.
Sekutu utama rezim Suriah mulai melakukan serangan di negara itu pada 30 September 2015, setelah konflik berjalan lebih dari empat tahun.
Sejak itu, Rusia telah membunuh 18.096 orang, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, lansir Daily Sabah.
“Jumlah itu termasuk 7.988 warga sipil, atau hampir separuh dari jumlah keseluruhan,” ujar Rami Abdurrahman, Direktur SOHR.
Namun, komisi pertahanan Rusia menerbitkan angka yang sangat berbeda pada Ahad (30/9/2018).
“Semua serangan udara telah ditargetkan dan masih secara akurat menargetkan target ‘teroris’,” klaim kepala komisi Viktor Bondarev, dikutip kantor berita Rusia Interfax.
Kelompok hak asasi manusia dan negara-negara Barat telah mengkritik serangan udara Rusia di Suriah, mengatakan bombardir Rusia tanpa pandang bulu dan menargetkan infrastruktur sipil termasuk rumah sakit.
White Helmets, kelompok badan pertahanan sipil Suriah yang beroperasi di wilayah yang dikuasai pejuang Suriah, dalam laporan yang dirilis Ahad (30/9) mengatakan bahwa mereka telah merespon puluhan serangan oleh Rusia pada bangunan yang digunakan oleh warga sipil sejak 2015.
Serangan Rusia membombardir 19 sekolah, 12 pasar dan 20 fasilitas medis selama tiga tahun terakhir, serta 21 serangan terhadap markas White Helmets.
“Rusia telah memamerkan pengabaiannya atas kesepakatan mengenai zona aman, zona tanpa konflik, zona de-eskalasi, dengan melanjutkan serangan udara di ruang sipil,” tuding White Helmets.
Rusia telah mengoperasikan pangkalan angkatan laut di provinsi Tartus, Suriah, selama beberapa dekade, namun memperluas operasinya ke pangkalan udara Hmeimim di dekatnya pada tahun 2015.
Mereka juga memiliki pasukan khusus, dan unit polisi militer di wilayah yang dikuasai oleh rezim Asad. (haninmazaya/arrahmah.com)