KHARTOUM (Arrahmah.id) – Serangan udara menewaskan warga sipil dan menghantam beberapa bagian ibu kota Sudan pada Sabtu (17/6/2023), kata penduduk, sementara para mediator mendorong faksi-faksi yang bertikai untuk melakukan gencatan senjata baru, menurut laporan Reuters.
Pertempuran antara tentara Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat memasuki bulan ketiga tanpa ada pihak yang mendapatkan keuntungan yang jelas.
Perang ini telah membuat 2,2 juta warga Sudan mengungsi dan menewaskan ratusan orang, dan membuat wilayah Darfur yang dilanda perang menjadi “bencana kemanusiaan”, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tentara memiliki keunggulan kekuatan udara di Khartoum dan kota-kota tetangganya, Omdurman dan Bahri, sementara RSF telah menanamkan dirinya di lingkungan perumahan. Pada Jumat dan Sabtu, tentara tampaknya meningkatkan serangan udara, menghantam beberapa lingkungan perumahan.
Dalam sebuah pidato yang diunggah oleh tentara pada Jumat, jenderal tertinggi Yassir Al-Atta memperingatkan orang-orang untuk menjauhi rumah-rumah yang telah diduduki oleh RSF. “Karena pada saat ini, kami akan menyerang mereka di mana saja,” katanya yang disambut sorak-sorai. “Antara kami dan para pemberontak ini hanya ada peluru,” katanya, yang tampaknya menepis upaya mediasi.
Kementerian Kesehatan Khartoum mengonfirmasi sebuah laporan dari relawan lokal pada hari Sabtu bahwa 17 orang termasuk lima anak-anak tewas di daerah Mayo di Khartoum selatan dan 25 rumah hancur.
Serangan tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian serangan udara dan artileri di distrik miskin dan padat penduduk di kota tersebut, di mana sebagian besar penduduknya tidak mampu membayar biaya untuk pergi.
Serangan Udara
Pada Jumat malam, komite perlawanan lokal mengatakan 13 orang telah terbunuh oleh penembakan di al-Lammab di Khartoum barat, dan menyebut lingkungan itu sebagai “zona operasi”.
RSF pada Sabtu mengatakan telah menjatuhkan sebuah pesawat tempur di Sungai Nil, sebelah barat Khartoum.
Serangan udara di Omdurman tengah dan selatan terus berlanjut dari Jumat hingga Sabtu, menghantam rumah-rumah dan menewaskan satu orang, menurut komite lokal di lingkungan Beit al-Mal.
Warga mengatakan tiga anggota keluarga tewas di distrik Sharq el-Nil setelah serangan udara pada Jumat.
Di El-Geneina, di Darfur Barat, lebih dari 270.000 orang telah melarikan diri melintasi perbatasan menuju Chad, setelah lebih dari 1.000 orang terbunuh oleh serangan yang oleh penduduk dan Amerika Serikat dituduhkan kepada RSF dan milisi-milisi yang bersekutu.
Di Khartoum, perang telah memutus jutaan orang yang masih bertahan dari listrik, air, dan akses ke layanan kesehatan, dan penduduk harus menjatah makanan. Mereka melaporkan adanya penjarahan yang meluas.
Pembicaraan di Jeddah, yang sebelumnya diancam akan ditunda oleh mediator AS dan Arab Saudi, kini membahas kemungkinan gencatan senjata selama tiga hari, serta gencatan senjata selama lima hari selama liburan Idul Adha, kata dua sumber.
Serangkaian gencatan senjata telah gagal untuk mengakhiri pertempuran secara menyeluruh atau memfasilitasi akses kemanusiaan. (haninmazaya/arrahmah.id)