GAZA (Arrahmah.id) – Media Palestina dan internasional melaporkan bahwa Salah al-Bardawil, seorang tokoh politik terkemuka Hamas, tewas dalam serangan udara ‘Israel’ di Khan Yunis, di Jalur Gaza selatan.
Quds News, Reuters, dan media lainnya menyatakan bahwa al-Bardawil, anggota Biro Politik Hamas, dan istrinya tewas dalam serangan udara ‘Israel’.
Sementara itu, 32 warga Palestina tewas dalam serangan udara ‘Israel’ di berbagai wilayah sejak Sabtu dini hari (22/3/2025).
Al Jazeera melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat pengeboman ‘Israel’ di lingkungan Tal al-Sultan, sebelah barat kota Rafah, telah meningkat menjadi lima.
Selain itu, tiga warga Palestina, termasuk seorang anak, tewas, dan lainnya terluka dalam penembakan artileri dari tank-tank ‘Israel’ yang menargetkan rumah dan tenda-tenda warga sipil di daerah Al-Shimaa di Beit Lahia, Gaza utara.
Jenazah korban tewas dan luka dipindahkan ke Rumah Sakit Indonesia di wilayah utara Jalur Gaza.
Selain itu, dua warga Palestina terluka dalam serangan udara ‘Israel’ yang menargetkan tenda yang menampung orang-orang terlantar di daerah Mawasi barat Khan Yunis, di bagian selatan Jalur Gaza.
Sebelumnya, serangan udara ‘Israel’ terhadap sebuah rumah di lingkungan Al-Janina, timur Rafah, mengakibatkan kematian seorang warga dan beberapa orang terluka.
Seorang anak juga tewas, dan beberapa anggota keluarga terluka setelah serangan udara ‘Israel’ terhadap sebuah rumah di bagian timur Khan Yunis, di Jalur Gaza selatan.
Sejak dimulainya kembali genosida di Gaza pada Selasa pagi (18/3) hingga Sabtu (22/3), ‘Israel’ telah menewaskan 634 warga Palestina dan melukai 1.172 lainnya, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Eskalasi ini – yang menurut ‘Israel’ dikoordinasikan sepenuhnya dengan Washington – merupakan pelanggaran terbesar terhadap perjanjian gencatan senjata di Gaza, yang tidak dilaksanakan ‘Israel’ pada fase kedua setelah fase pertama berakhir pada awal Maret 2025.
Meskipun Hamas berkomitmen terhadap semua ketentuan perjanjian, Perdana Menteri ‘Israel’ menolak untuk melanjutkan tahap kedua sebagai tanggapan atas tekanan dari para ekstremis di pemerintahannya.
Dengan dukungan AS dan di bawah pengawasan seluruh dunia, ‘Israel’ telah melakukan kekejaman di Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan lebih dari 162.000 kematian dan cedera warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 14.000 orang hilang. (zarahamala/arrahmah.id)