ALEPPO (Arrahmah.com) – Sedikitnya 61 warga sipil Aleppo dilaporkan gugur pada Rabu (7/12/2016) di Aleppo timur saat rezim Nushairiyah yang didukung oleh Rusia dan milisi Syiah terus berupaya untuk maju dan merebut wilayah-wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah.
Korban tewas terus melonjak tajam di tengah seruan oleh pejuang Suriah di Aleppo timur untuk gencatan senjata lima hari untuk mengevakuasi warga sipil dan korban luka, tetapi tidak ada indikasi bahwa mereka akan menarik diri seperti yang diminta oleh Damaskus dan Moskow, lansir Zaman Alwasl pada Kamis (8/12).
Tentara rezim dan pasukan sekutu telah membuat kemajuan yang cepat dalam dua minggu terakhir dan mengklaim akan mengontrol penuh Aleppo dalam waktu dekat, dan mencapai kemenangan mereka yang paling penting dalam perang yang telah memasuki tahun keenam.
Dalam sebuah pernyataan yang menyerukan gencatan senjata untuk keamanan warga sipil, Mujahidin tidak menyebutkan akan mengevakuasi ribuan pejuang di Aleppo, mereka akan berperang hingga tetes darah terakhir di Aleppo timur.
Namun rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad dan sekutu utamanya Rusia, mengatakan mereka ingin “pemberontak” meninggalkan Aleppo dan tidak akan ada gencatan senjata kecuali hal itu terjadi.
“Tragedi disini telah terjadi untuk waktu yang lama, tapi saya tidak pernah menyaksikan tekanan yang seperti ini di kota [Aleppo], Anda tidak bisa istirahat bahkan hanya dalam lima menit, pemboman terus terjadi,” ujar seorang warga Aleppo.
“Setiap gerakan di jalan-jalan, akan ada pengeboman segera,” ujar warga lainnya yang dihubungi Reuters yang menolak untuk diidentifikasi. Hanya ketakutan yang tersisa saat pasokan makanan dan air telah diputus.
Merebut kembali Aleppo akan menjadi kesuksesan bagi Presiden Vladimir Putin yang turun tangan untuk menyelamatkan sekutunya (Asad) pada September 2015 dengan meluncurkan serangan udara brutal di Suriah dan juga bagi Syiah Iran, di mana elit Garda Revolusi telah mengalami kerugian besar. (haninmazaya/arrahmah.com)