SURIAH (Arrahmah.com) – Sejak meletusnya perang di Suriah pada 2011, rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad dan Rusia telah membunuh hampir 1.000 pekerja kemanusiaan, menurut laporan kelompok pemantau pada Rabu (25/12/2019).
Sebanyak 979 pekerja kemanusiaan, 882 di antaranya dibunuh oleh rezim Asad dan 97 oleh Rusia pada Maret 2011-Desember 2019, menurut sebuah laporan oleh Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR), seperti dilansir MEMO.
Rezim Asad menargetkan fasilitas dan kendaraan pekerja kemanusiaan sebanyak 1.044 kali, sedangkan pasukan Rusia sebanyak 403.
Lebih dari 3.800 pekerja kemanusiaan masih ditahan atau dihilangkan secara paksa di tangan pasukan rezim Suriah.
Pasukan rezim membom pusat-pusat bantuan untuk mencegah organisasi kemanusiaan lokal dan internasional dari memberikan layanan medis di dalam daerah-daerah yang dikepung.
“Rezim Suriah telah jauh melampaui tingkat kebiadaban yang ditunjukkan oleh banyak rezim dan diktator lainnya,” kata laporan itu, seraya menambahkan bahwa penangkapan dan penuntutan pekerja kemanusiaan serta penargetan dan pemboman yang disengaja terhadap organisasi kemanusiaan menjadi hal umum di lapangan.
Semua faktor ini menimbulkan tantangan besar bagi personel kemanusiaan yang ada dari organisasi lokal dan internasional, tambah laporan itu.
SNHR menekankan bahwa pasukan Rusia sengaja membombardir markas lembaga pertahanan sipil White helmets pada 30 September 2015.
Rusia juga menyerang konvoy bantuan kemanusiaan di distrik Urum Al-Kubra di provinsi barat laut Suriah, Aleppo, pada 19 September 2016, laporan itu mengecam PBB karena tidak menindaklanjuti penyelidikannya.
Serangan Urum Al-Kubra dan serangan lain terhadap pekerja kemanusiaan merupakan kejahatan perang menurut Konvensi Jenewa dan merupakan bagian dari tugas Pengadilan Kriminal Internasional untuk meminta pertanggungjawaban pelaku. (haninmazaya/arrahmah.com)