JERICHO (Arrahmah.id) – Sementara dunia fokus pada tragedi gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah, militer “Israel” pada hari yang sama, Senin (6/2/2023) telah menewaskan lima warga Palestina di kamp pengungsi Aqbat Jabr di Jericho dan “membuat trauma seluruh penduduk kamp”, kata penduduk kepada The New Arab.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa petugas medisnya merawat tiga warga Palestina yang terluka oleh peluru tajam, salah satunya dalam kondisi serius, dan merawat tiga warga Palestina lainnya karena sesak napas akibat gas air mata.
Sementara itu, Palestinian Prisoners’ Club dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pasukan “Israel” menangkap delapan warga Palestina di Aqbat Jabr.
Sementara itu, kementerian kesehatan Palestina mengumumkan bahwa lima orang yang tewas oleh pasukan “Israel” Aqbat Jabr adalah Raafat Aweidat berusia 21 tahun, Malek Lafi berusia 22 tahun, Adham Aweidat berusia 22 tahun, Ibrahim Aweidat berusia 27 tahun dan Ibrahim Aweidat berusia 27 tahun. Thaer Aweidat, 28 tahun, semua korban adalah warga kamp pengungsi Aqbat Jabr.
Media “Israel” mengutip tentara “Israel” yang mengklaim bahwa lima orang Palestina yang dibunuh oleh pasukannya di Aqbat Jabr adalah orang-orang bersenjata yang memiliki hubungan dengan Hamas yang berencana untuk menyerang orang “Israel”. Tentara “Israel” menuduh dua korban berada di balik penembakan di pemukiman “Israel” di dekat Jericho pada Sabtu (4/2), yang tidak menimbulkan korban.
Hamas berduka atas dua dari lima anggotanya yang tewas.
“Pada pukul 03:00 pasukan pendudukan memasuki kamp dan mengepung sebuah rumah di tengah hujan tembakan,” kata Mohammad Kharshan, seorang warga kamp, kepada TNA.
“Saya terbangun karena suara tembakan yang berlangsung hampir satu jam, tetapi tidak berani keluar sampai tentara pendudukan mundur setelah matahari terbit,” kata Kharshan.
“Ada noda darah di jalan dekat rumah, dan puluhan warga berkumpul. Kemudian saya mengetahui bahwa lima pemuda tewas dan sedikitnya dua lainnya luka-luka dan ditangkap oleh tentara pendudukan,” tambahnya.
“Saya terbangun karena suara tembakan pada pukul 03.00 dan mengetahui bahwa tentara pendudukan berada di kamp,” kata Um Fares, direktur asosiasi wanita Aqbat Jabr dan penghuni kamp tersebut, kepada TNA.
“Sejak Sabtu (4/2), tentara pendudukan telah menggerebek kamp setiap malam dengan drone dan melepaskan gas air mata yang sangat kuat dalam jumlah besar yang menyebabkan kulit dan mata terasa terbakar selama berjam-jam ke jalan-jalan kamp. Tapi ini berbeda karena ada tembakan senjata berat untuk waktu yang lama,” katanya.
“Saat matahari terbit, saya bersama penduduk lain menemukan bahwa ini adalah sebuah tragedi,” lanjut Um Fares. “Saya tahu semua pemuda terbunuh, dan salah satunya, Malek Aweidat, adalah tetangga saya, selalu sopan dan tersenyum, selalu membantu setiap kali dia melihat saya,” katanya.
“Mereka semua masih sangat muda, masih lajang dan pekerja keras. Malek bekerja di hotel antarbenua sebagai instruktur renang, yang lain bekerja di konstruksi,” katanya lebih lanjut.
“Dua dari lima bersaudara itu adalah Raafat dan Ibrahim Aweidat. Saya berada di rumah ibu mereka dan dia masih syok, tidak bisa berkata apa-apa selain bersyukur kepada Tuhan atas segalanya,” tambahnya.
Warga juga menegaskan bahwa pasukan “Israel” menahan jenazah kelima warga Palestina yang tewas.
Di antara yang terluka, satu dibawa ke rumah sakit umum Ramallah untuk dirawat karena luka serius sementara yang lain ditangkap oleh pasukan “Israel”, dalam keadaan berdarah, menurut warga.
“Qusai Farah adalah seorang remaja yang keluar menghadang pasukan pendudukan dengan batu dan membakar ban,” kata seorang warga Aqbat Jabr yang enggan disebutkan namanya kepada TNA.
“Dia ditembak di perut dan berdarah, seorang pemuda kemudian membawanya ke tempat aman tetapi tentara pendudukan menghentikan mereka dan membawa Qusai ke jip militer dan pergi,” kata penduduk tersebut.
“Ahmed Bayed tertembak di tubuh bagian atas dan mengeluarkan banyak darah, tetapi dia segera dibawa ke rumah sakit Ramallah, dan keluarganya baru saja memastikan bahwa dia masih dalam perawatan intensif,” tambah warga tersebut.
Kamp pengungsi Aqbat Jabr telah menjadi sasaran penghancuran “Israel” dalam beberapa bulan terakhir. Sejak Senin pagi (6/2) pasukan “Israel” telah menetapkan pos pemeriksaan di semua pintu masuk Jericho, membatasi pergerakan masuk dan keluar kota.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk serangan “Israel” ini menyerukan masyarakat internasional untuk memberikan perlindungan bagi rakyat Palestina.
Pasukan “Israel” telah meningkatkan serangan mereka di kota-kota Palestina Tepi Barat sejak awal tahun, menewaskan sedikitnya 40 warga Palestina sejauh ini, termasuk enam anak-anak. (zarahamala/arrahmah.id)