YERUSALEM (Arrahmah.id) — Warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza merayakan serangan yang menewaskan 7 warga Israel di sebuah sinagog di Yerusalem. Serangan tersebut juga melukai tiga orang lainnya.
Media Palestina melaporkan perayaan di kota-kota di Tepi Barat, termasuk Ramallah, Nablus dan Jenin, dan sebagian Yerusalem Timur.
Video menunjukkan kembang api, tembakan perayaan, pengemudi membunyikan klakson, api unggun, dan kerumunan orang bernyanyi di jalanan.
Pria bertopeng menunjukkan tanda kemenangan dan membagi-bagikan hadiah di kota Hebron, Tepi Barat.
Di beberapa lokasi di Jalur Gaza, puluhan warga Palestina berkumpul dalam demonstrasi spontan untuk merayakan serangan itu, dengan beberapa keluar dari toko makanan dengan nampan besar berisi permen untuk dibagikan.
Di pusat Kota Gaza, tembakan perayaan terdengar, saat mobil membunyikan klakson dan seruan “Allahu Akbar!” terdengar dari pengeras suara masjid.
Setelah penembakan sinagog, juru bicara Hamas Hazem Qassem memuji serangan itu, dengan mengatakan itu membuktikan perlawanan tahu bagaimana menemukan tanggapan yang tepat terhadap kejahatan Israel.
Kelompok Jihad Islam Palestina juga memuji aksi tersebut.
Hingga kini tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, membagikan video perayaan itu, menyebut acara itu “menjijikkan”.
“Ini adalah hasil dari puluhan tahun hasutan dan kebencian Palestina yang diabaikan dunia,” katanya seperti dikutip dari The Times of Israel (28/1/2023).
Petugas medis mengatakan setelah serangan itu bahwa korban tewas adalah lima pria, berusia 20, 25, 30, 50, dan 60, dan dua wanita, berusia 60 dan 70 tahun. Para korban tidak segera disebutkan namanya.
Korban luka termasuk seorang anak laki-laki berusia 15 tahun dalam kondisi sedang hingga serius, seorang pria berusia 24 tahun dalam kondisi sedang, dan seorang wanita 60 tahun, juga dalam kondisi sedang.
Pelaku penyerangan ditembak mati oleh polisi Israel setelah melarikan diri dari lokasi serangan di lingkungan Ibu Kota Neve Yaakov.
Pelaku disebut oleh badan keamanan Shin Bet sebagai Alqam Khayri (21), penduduk Yerusalem Timur yang sebelumnya tidak pernah melakukan pelanggaran terkait teror.
Dengan tujuh tewas, penembakan di Yerusalem adalah serangan teror paling mematikan sejak 2011, ketika teroris menyeberang ke Israel dari Semenanjung Sinai Mesir, menewaskan delapan orang Israel.
Itu adalah serangan teror Palestina paling mematikan sejak 2008, ketika seorang pria bersenjata dari Yerusalem Timur membunuh delapan mahasiswa Israel di Mercaz Harav yeshiva di ibu kota.
Kecaman atas serangan itu dan belasungkawa mengalir dari seluruh dunia, termasuk dari Amerika Serikat (AS), PBB, Uni Emirat Arab, dan sejumlah negara Eropa.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berbicara setelah mengunjungi lokasi serangan, menyebut serangan itu adalah salah satu yang paling parah yang pernah diketahui selama bertahun-tahun.
“Hati kami bersama keluarga. Saya memuji petugas polisi yang mengambil tindakan begitu cepat,” kata Netanyahu.
“Kita harus bertindak dengan tekad dan ketenangan. Saya meminta orang-orang untuk tidak mengambil hukum ke tangan mereka sendiri,” imbuhnya.
Dia mengatakan kabinet akan bersidang pada hari Sabtu.
“Kami telah memutuskan beberapa langkah segera yang akan dimulai malam ini,” ia menambahkan.
Serangan mematikan itu terjadi setelah berhari-hari aksi kekerasan di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Ketegangan meningkat secara dramatis sejak Kamis pagi, ketika Pasukan Pertahanan Israel menyerang Tepi Barat yang menewaskan sembilan orang warga Palestina.
IDF mengatakan operasi hari Kamis di kamp pengungsi Jenin diperlukan untuk menggagalkan rencana serangan yang akan segera dilakukan oleh sel teror Jihad Islam setempat.
Menurut IDF, kelompok itu telah menyiapkan bahan peledak dan senjata api. Kamis malam terjadi tembakan roket dari kelompok Palestina di Gaza dan serangan udara pembalasan Israel, meskipun kedua belah pihak tampaknya berniat menghindari eskalasi perang skala penuh.
Ketegangan juga tinggi di Yerusalem dan Temple Mount pada hari Jumat, meskipun sholat Jumat berjalan tanpa masalah. (hanoum/arrahmah.id)