AL SULTANIYAH (Arrahmah.id) – Serangan “Israel” di Lebanon selatan pagi ini menewaskan seorang komandan lapangan Hizbullah, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa penembakan telah meluas dan mendesak penghentian kekerasan, demikian laporan Reuters .
Hizbullah dan militer “Israel” telah saling bertukar tembakan di sepanjang perbatasan selatan Lebanon bersamaan dengan perang negara pendudukan tersebut di Gaza, yang menambah kekhawatiran akan terjadinya konflik regional yang lebih luas.
Pada Senin pagi (8/4/2024), jet-jet tempur “Israel” menghantam desa Al-Sultaniyah dan menewaskan seorang komandan lapangan unit elit Hizbullah, Radwan, dan dua orang lainnya, demikian ungkap militer “Israel” dan dua sumber keamanan Lebanon.
Militer “Israel” mengidentifikasi komandan tersebut sebagai Ali Ahmed Hassin, dan mengatakan bahwa ia bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan serangan terhadap warga “Israel”. Hizbullah mengeluarkan pengumuman pemakaman untuk Hassin namun tanpa merinci perannya.
Serangan “Israel” telah menewaskan sekitar 270 pejuang Hizbullah dalam enam bulan terakhir dan juga sekitar 50 warga sipil, termasuk anak-anak, petugas medis, dan wartawan. Tembakan roket Hizbullah telah menewaskan sekitar selusin tentara Israel dan setengah dari jumlah warga sipil.
Penembakan tersebut telah membuat puluhan ribu orang mengungsi di kedua belah pihak dan sangat memukul ekonomi pertanian di Lebanon selatan, dengan ladang-ladang yang dibom tidak dapat ditanami atau dipanen.
Dalam sebuah pernyataan bersama hari ini, Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon Joanna Wronecka dan komandan misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon, Aroldo Lazaro, mengatakan bahwa kekerasan harus dihentikan.
“Siklus serangan dan serangan balasan yang tak henti-hentinya yang melanggar penghentian permusuhan merupakan pelanggaran paling serius terhadap Resolusi Dewan Keamanan 1701 sejak diadopsi pada tahun 2006,” kata mereka. (haninmazaya/arrahmah.id)