RAFAH (Arrahmah.id) — Pasca pasukan Israel melakukan serangan ke kamp pengungsian di Rafah pada Ahad (26/5/2024), banyak warga Palestina terbakar hidup-hidup dalam tenda-tenda dan tempat penampungan pengungsi yang kumuh.
Seorang pengungsi Rafah bernama Bassam, mengatakan serangan di wilayah Rafah barat itu sangat menakutkan dan tak ada yang bisa mencegah serta menghentikannya.
“Seluruh dunia menyaksikan Rafah dibakar oleh Israel dan tidak ada yang bisa melakukan apapun untuk menghentikannya,” ungkapnya, dikutip dari Al Jazeera (28/5).
Dari rekaman yang diunggah oleh Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina menunjukkan kacaunya situasi saat malam itu.
Para tenaga medis bersama ambulans berlomba menuju lokasi serangan api dan mengevakuasi korban luka, termasuk anak-anak.
Kesaksian dari seorangan wanita Palestina yang berhasil selamat dalam insiden itu menceritakan momen mencekam terjadinya serangan ketika ia baru saja selesai menunaikan shalat magrib.
“Kami baru saja selesai shalat magrib. Anak-anak kami tertidur,” kata wanita itu.
“Namun, tiba-tiba kami mendengar suara keras dan ada api di sekitar kami. Anak-anak berteriak, suara itu menakutkan,” ujarnya.
Sementara itu perwakilan Pertahanan Sipil Palestina, Dr Muhammad al-Mughayer, mengungkapkan betapa menakutkannya kondisi saat itu.
Banyak orang tua, perempuan dan anak-anak terluka parah karena serangan tersebut.
“Kami melihat mayat-mayat hangus dan anggota tubuh yang terpotong-potong. Kami juga melihat kasus amputasi, anak-anak, wanita, dan orang tua terluka,” kata Dr Mughayer.
Selain itu Dr Mughayer mengatakan upaya penyelamatan terhambat oleh kerusakan akibat perang dan dampak pengepungan Israel yang sudah berlangsung lebih dari tujuh bulan.
“Ada kekurangan bahan bakar, ada jalan-jalan yang hancur, sehingga menghambat pergerakan kendaraan pertahanan sipil di wilayah sasaran tersebut. Ada juga kekurangan air untuk memadamkan api,” tuturnya.
Hingga saat ini lebih dari 36.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel, kata Kementerian Kesehatan Gaza.
Israel melancarkan operasi tersebut setelah militan pimpinan Hamas menyerang komunitas Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel. (hanoum/arrahmah.id)