PARIS (Arrahmah.com) – Setidaknya 116 serangan Islamofobia terhadap Muslim di Perancis telah dilaporkan dalam waktu dua minggu setelah serangan terhadap Charlie Hebdo di Paris, ungkap Observatorium Nasional Melawan Islamophobia, pada Senin (19/1/2015), sebagaimana dilansir oleh World Bulletin.
Menurut kepala Observatorium yang berbasis di Perancis itu Abdallah Zekri, serangan terhadap Muslim di negara itu meningkat dengan cepat setelah serangan terhadap majalah satir di Paris, yang dilakukan oleh dua bersaudara, Said dan Cherif Kouachi.
Dalam sebuah pernyataan, Zekri mengatakan bahwa dari 116 serangan, 28 adalah serangan terhadap tempat ibadah Muslim, sementara itu para pejabat keamanan Perancis mencatat ada sebanyak 88 ancaman dan intimidasi terhadap Muslim di Perancis.
Perancis merupakan salah satu persentase terbesar Muslim yang tinggal di Eropa Barat, yang berjumlah sekitar delapan juta.
Serangan Islamofobia meningkat 110 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, Zekri menambahkan.
Dia juga menyerukan metode yang lebih efektif untuk menghentikan serangan Islamophobia tersebut.
“Kami mengharapkan langkah-langkah efektif untuk melindungi ummat Islam,” katanya.
Dua belas orang tewas ketika Kouachi bersaudara menyerang markas majalah satir Paris, Charlie Hebdo, pada 7 Januari. Charlie Hebdo merupakan majalah yang mencetak materi yang kontroversial, termasuk kartun Nabi Muhammad pada tahun 2006 dan 2012. Majalah ini mencetak lagi kartun Nabi Muhammad setelah serangan Paris.
Polisi menembak mati Kouachi saudara di sebuah gudang di Dammartin-en-Goele, sebuah kota kecil di utara Paris, dua hari setelah serangan terhadap majalah itu. Pada hari yang sama pria bersenjata lain, Amedy Coulibaly, juga ditembak mati, yang menewaskan empat sandera di sebuah supermarket di Paris.
(ameera/arrahmah.com)