RIYADH (Arrahmah.com) – Kabinet Arab Saudi mengatakan pada Selasa (9/3/2021) bahwa serangan Houtsi baru-baru ini terhadap fasilitas minyak Kerajaan menargetkan ekonomi dunia, kantor berita negara SPA melaporkan.
“Kabinet menganggap dua upaya teroris untuk menargetkan pelabuhan Ras Tanura dan daerah pemukiman di kota Dhahran sebagai pelanggaran mencolok terhadap semua hukum dan norma internasional, dan apapun serangan yang menargetkan Kerajaan, mereka sebenarnya menargetkan tingkat yang lebih tinggi yakni lingkup ekonomi dunia,” bunyi pernyataan itu.
Pihak berwenang Saudi mengatakan pada Minggu (7/3), Houtsi yang didukung Iran menembakkan drone bermuatan bahan peledak di Pelabuhan Ras Tanura, situs kilang dan fasilitas pemuatan minyak lepas pantai terbesar di dunia.
Sementara itu, pecahan peluru dari rudal balistik yang diluncurkan ke Kerajaan jatuh di dekat daerah pemukiman di kota Dhahran, yang digunakan oleh perusahaan minyak terbesar dunia, Saudi Aramco.
Juru bicara Kementerian Energi mengatakan kedua serangan itu tidak mengakibatkan cedera atau hilangnya nyawa atau harta benda.
Serangan tersebut mendorong harga minyak mentah Brent di atas $ 70 per barel ke level tertinggi sejak Januari 2020, sementara minyak mentah berjangka AS menyentuh yang tertinggi sejak Oktober 2018.
Kabinet Saudi “mengikuti langkah-langkah yang diambil oleh Kerajaan untuk melindungi kemampuan dan keuntungan nasionalnya dengan cara yang menjaga keamanan energi dunia, menghentikan serangan teroris untuk menjamin stabilitas pasokan energi, keamanan ekspor minyak, dan menjamin navigasi maritim bebas serta perdagangan internasional,” SPA melaporkan.
Serangan Houtsi adalah yang terbaru dari serangkaian serangan udara lintas batas yang meningkat di Kerajaan oleh milisi yang didukung Iran di Yaman.
Pada 2019, Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia, diguncang oleh serangan rudal dan pesawat tak berawak besar pada instalasi minyak hanya beberapa km dari fasilitas yang dihantam pada Minggu (7/3), yang dituduhkan Riyadh pada Iran, tuduhan yang dibantah oleh Teheran.
Serangan itu, yang diklaim oleh Houtsi tetapi yang menurut Riyadh tidak berasal dari Yaman, memaksa Arab Saudi untuk sementara waktu menutup lebih dari setengah produksi minyak mentahnya, menyebabkan lonjakan harga yang sangat besar. (Althaf/arrahmah.com)