GAZA (Arrahmah.id) – Koresponden Al Jazeera melaporkan syahidnya 3 warga Palestina dan lainnya luka-luka di Jalur Gaza akibat serangan drone milik tentara pendudukan ‘Israel’, meskipun adanya kesepakatan gencatan senjata di wilayah tersebut. Tel Aviv dianggap mengingkari komitmennya terhadap kesepakatan tersebut, yang memperburuk tragedi kemanusiaan warga Gaza.
Koresponden Al Jazeera menjelaskan bahwa ketiga syuhada tersebut gugur dalam serangan drone ‘Israel’ di daerah Wadi Gaza, tengah Jalur Gaza, pada Senin (17/3/2025).
Koresponden Al Jazeera juga melaporkan 3 orang terluka akibat serangan drone ‘Israel’ terhadap warga Palestina di lingkungan Al-Jenina, timur kota Rafah.
Seorang warga Palestina syahid pada Ahad malam (16/3) akibat serangan tentara pendudukan ‘Israel’ di lingkungan Al-Zaytun, tenggara kota Gaza.
Sumber lokal di Gaza menyebutkan bahwa sebuah drone ‘Israel’ menargetkan seorang warga Palestina dekat Bundaran Kuwait, tenggara lingkungan Al-Zaytun, yang mengakibatkan syahidnya seketika.
Kementerian Kesehatan Gaza kemarin mengumumkan peningkatan jumlah korban agresi ‘Israel’ di wilayah tersebut menjadi 48.572 syuhada dan 112.032 luka-luka sejak 7 Oktober 2023.
Penutupan Perlintasan
Sementara itu, pasukan pendudukan ‘Israel’ terus menutup perlintasan Kerem Abu Salem di selatan Jalur Gaza selama 16 hari berturut-turut, yang mencegah masuknya truk bantuan dan bahan bakar ke wilayah tersebut. Hal ini memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza akibat kelangkaan bahan makanan.
Kantor Media Pemerintah di Gaza menyatakan bahwa penutupan ini berdampak pada sektor-sektor vital, terutama sektor kesehatan, karena terhambatnya pasokan medis ke rumah sakit, yang mengancam nyawa ribuan pasien. Selain itu, pencegatan masuknya bahan bakar menyebabkan kelumpuhan di sektor transportasi, yang menghambat akses pasien dan korban luka ke rumah sakit.
Warga Gaza juga menghadapi krisis air yang parah, diperburuk oleh terganggunya operasi stasiun air akibat pemadaman listrik.
Peringatan PBB
Badan PBB untuk Bantuan dan Pengungsi Palestina (UNRWA) menegaskan bahwa tidak ada pasokan yang masuk ke Jalur Gaza sejak 2 Maret lalu.
Menyikapi penutupan perlintasan yang terus berlanjut, UNICEF memperingatkan risiko kelaparan bagi anak-anak Gaza, menyatakan bahwa satu juta anak di Gaza berjuang untuk bertahan hidup tanpa kebutuhan dasar, dan ratusan ribu warga Gaza kekurangan air bersih serta layanan sanitasi.
Komisioner Eropa untuk Kerja Sama Internasional menyebut situasi di Gaza “sangat mengkhawatirkan” dan menegaskan bahwa hukum humaniter internasional tidak dapat dinegosiasikan. (zarahamala/arrahmah.id)