LAHJ (Arrahmah.com) – Serangan drone oleh kelompok teroris Syiah Houtsi telah menewaskan sedikitnya lima tentara Yaman dan melukai beberapa perwira senior termasuk kepala staf, ujar pejabat Yaman kepada Al Jazeera.
Serangan Kamis (10/1/2019) terhadap parade militer di pangkalan militer Al-Anad melukai sedikitnya 20 personil militer, ujar pejabat tersebut, termasuk Muhammad Salah Taman, kepala Dinas Intelijen Yaman, Muhammad Jawas, seorang komandan militer senior dan Ahmed Al-Turki, gubernur provinsi Lahj, lansir Al Jazeera.
Abdul Guddoos Al-Shahari, juru bicara Syiah Houtsi, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kepala staf angkatan darat Yaman, Abdullah Al-Nakhee juga terluka dalam serangan itu.
“Intelijen kami mencegat komunikasi antara komandan musuh di mana mereka menyebutkan bahwa kepala staf terluka,” klaim Al-Shahari.
Dia menambahkan bahwa pesawat tak berawak membawa antara 70 hingga 100 kilogram bahan peledak, dan diledakkan ketika terbang di atas panggung utama parade militer setelah “pengawasan akurat terhadap gerakan komandan musuh”.
Abdul Malik Al-Houthi, pemimpin Syiah Houtsi, telah mengumumkan strategi menggunakan pesawat tak berawak dan rudal balistik pada tahun 2017. Kelompok ini berperang dengan koalisi pimpinan Saudi yang memulai kampanye militer di Yaman pada Maret 2015, setelah Houtsi menduduki ibu kota Sana’a pada 2014.
Sejak 2017, Syiah Houtsi telah melancarkan beberapa serangan balistik dan pesawat tak berawak ke negara tetangga, Arab Saudi, dan pasukan di negara itu yang loyal kepada pemerintah Yaman.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan bahwa bahan peledak meledak hanya beberapa meter di atas tempat para pejabat Yaman duduk, dan dalam satu video, seorang perwira Yaman tampak mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya.
Serangan terjadi hanya beberapa hari setelah utusan PBB untuk Yaman, Martin Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa perjanjian damai di Swedia bulan lalu telah membawa penurunan eskalasi pada konflik Yaman.
Berdasarkan perjanjian tersebut, teroris Houtsi diperkirakan akan mundur dari kota pelabuhan strategis Hudaidah dan meredakan pengepungan di kota Taiz.
Mereka juga berjanji akan menghentikan semua serangan pesawat tak berawak dan rudal. Namun, perkataan mereka tidak bisa dipegang, karena sejak perjanjian disepakati, puluhan pelanggaran telah dilakukan oleh Houtsi. (haninmazaya/arrahmah.com)