BENGHAZI (Arrahmah.id) – Pemerintah Libya membantah laporan bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak yang menghantam sebuah pangkalan udara di bagian timur yang digunakan oleh tentara bayaran dari kelompok paramiliter Rusia, Wagner.
Asal usul serangan pada Jumat dini hari (30/6/2023) di pangkalan udara Al-Kharruba, 150 km (90 mil) barat daya Benghazi, masih belum jelas, namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mohamad al-Haddad membantah pihak berwenang yang berbasis di Tripoli memiliki kaitan dengan serangan tersebut.
“Tidak ada pesawat kami yang menargetkan lokasi manapun di timur,” kata al-Haddad, menurut situs berita Libya, Addresslibya. “Laporan-laporan ini ditujukan untuk memicu perang baru antara saudara-saudara Libya dan melibatkan Libya dalam konflik regional.”
Laporan-laporan yang dimuat oleh situs-situs berita Libya dan Arab mengatakan bahwa serangan-serangan udara tersebut dilancarkan dari pesawat-pesawat milik pemerintah yang diakui oleh PBB di wilayah Libya yang terpecah belah.
“Kami terkejut dengan laporan-laporan itu,” kata kementerian pertahanan, menurut televisi Al-Massar Libya. “Kami menghormati gencatan senjata yang ditandatangani pada Oktober 2020.”
Kementerian tersebut mengacu pada gencatan senjata dengan Jenderal Khalifa Haftar yang berbasis di timur yang mengakhiri serangannya yang gagal di tahun 2019-2020 di ibu kota.
Para pejuang dari kelompok Wagner, bersama dengan pejuang lain dari Chad, Sudan, Niger dan Suriah, membantu Haftar dalam pertempuran merebut Tripoli.
Tentara bayaran Wagner tetap aktif di Libya timur yang kaya minyak dan juga di bagian selatan negara itu, meskipun beberapa di antaranya pergi untuk bertempur di Mali atau Ukraina, mendukung invasi tentara Rusia.
Libya telah dilanda konflik yang tak kunjung usai selama lebih dari satu dekade sejak pemberontakan pada 2011 yang menggulingkan orang kuat Muammar Gaddafi, yang juga menarik berbagai kekuatan asing.
Negara Afrika Utara ini masih terpecah antara pemerintah sementara yang berbasis di Tripoli di bagian barat, dan pemerintah sementara di bagian timur yang didukung oleh Haftar. (haninmazaya/arrahmah.id)