IDLIB (Arrahmah.id) — Seorang pemimpin senior kelompok militan Huras al-Din (HaD) tewas pada Jumat (21/2/2025) malam ketika kendaraannya dihantam rudal Hellfire yang diluncurkan dari sebuah drone di jalan Sarmada-Dana di pedesaan Idlib.
Dilansir North Press Agency (22/2), pembunuhan terbaru ini menyusul operasi serupa akhir bulan lalu, ketika serangan drone koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) menghantam sebuah kendaraan di jalan Sarmada-Idlib dekat Batabu di Idlib utara, menewaskan seorang komandan senior HaD lainnya.
Komando Pusat AS kemudian mengonfirmasi operasi tersebut, dengan menyatakan bahwa mereka telah berhasil melenyapkan seorang pemimpin senior kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda tersebut.
Ini menandai serangan ketiga di Idlib sejak awal tahun 2025, yang menggarisbawahi kampanye yang sedang berlangsung melawan elemen-elemen ekstremis di Suriah barat laut.
Sumber-sumber lokal di Dana, sebuah kota di pedesaan Idlib, mengonfirmasi kepada North Press bahwa pesawat nirawak koalisi menargetkan sebuah kendaraan yang dikendarai oleh Talha Abu Imran al-Shami alias Wassim Bayrqadar, seorang tokoh keamanan inernal HaD. Serangan itu langsung membunuhnya, menurut keterangan saksi mata.
HaD yang berafiliasi ke al-Qaeda, telah menjadi incaran AS dan sekutunya karena perannya dalam operasi jihad global. Kelompok itu muncul sebagai faksi yang memisahkan diri dari Hai’ah Tahrir Sham (HTS) pada tahun 2018 dan sejak itu menjadi target utama upaya kontraterorisme di Suriah.
Kampanye pesawat nirawak AS yang terus berlanjut di Idlib menandakan upaya yang intensif untuk membubarkan kepemimpinan HaD. Analis memperkirakan bahwa operasi yang ditargetkan tersebut kemungkinan akan terus berlanjut sebagai bagian dari tindakan kontraterorisme yang lebih luas di wilayah tersebut. Sejauh mana serangan ini akan memengaruhi kemampuan operasional kelompok tersebut masih harus dilihat.
Wilayah Idlib masih menjadi medan pertempuran yang kompleks, dengan banyak faksi bersenjata yang bersaing untuk menguasai wilayah tersebut sementara warga sipil terus menanggung beban ketidakstabilan dan serangan udara. Sementara komunitas internasional memantau perkembangan, potensi eskalasi lebih lanjut masih tinggi. (hanoum/arrahmah.id)