LONDON (Arrahmah.com) – Salah seorang pengacara badan HAM internasional, Clive Stafford Smith, mengaku merasa tersentuh oleh tindakan yang dilakukan oleh seorang remaja berusia 16 tahun yang berusaha menarik perhatiannya terhadap pembunuhan warga sipil oleh pesawat tanpa awak milik AS di Pakistan, lansir Reuters pada Selasa (8/11/2011).
Tariq Aziz akhir bulan lalu secara sukarela mengusung sejumlah foto dari warga yang terbunuh oleh pesawat tempur itu. Aziz ingin Smith menyoroti pembunuhan ilegal tersebut.
Tiga hari kemudian, tepatnya pada tanggal 31 Oktober, ia dan sepupunya yang baru berusia 12 tahun dibunuh oleh serangan rudal dari drone AS di Waziristan Utara, tutur Smith.
Bagi lelaki yang merupakan pengacara veteran itu, kematian tersebut menggarisbawahi cacatnya operasi drone yang dilancarkan CIA yang selalu diberi dalih perang melawan teror.
“Apa yang mereka lakukan pada Tariq sungguh menjijikkan,” keluhnya pada Reuters melalui sambungan telepon.
Stafford Smith adalah salah satu dari sekian nama yang muncul dan membela para tahanan di penjara Amerika Serikat, termasuk di Teluk Guantanamo, Kuba.
Menurut Smith, serangan drone ini sama kejinya dengan pemboman brutal yang dilakukan AS di Kamboja selama Perang Vietnam.
Delapan tokoh masyarakat persukuan, termasuk Aziz, sebelumnya menemui Smith dan para pengacara lainnya di ibukota Pakistan, Islamabad, untuk menyampaikan keluhan mereka atas drone AS yang kian hari kian bertambah.
“Yang kita saksikan di Waziristan adalah sebuah proses untuk mengasingkan masyarakat sebagaimana yang mereka lakukan di Vietnam,” ungkap Smith. (althaf/arrahmah.com)