ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Unit Angkatan Darat AS yang berbasis di gurun Nevada bertanggung jawab untuk penerbangan drone AS di Pakistan, menurut film dokumenter baru yang akan dirilis hari ini (15/4/2014).
Film tersebut-yang dibuat selama tiga tahun-mengidentifikasi unit yang melakukan serangan drone CIA di wilayah kesukuan Pakistan sebagai Squadron Reconnaissance ke-17, yang beroperasi dari kamp yang aman di sudut pangkalan udara Creech, 45 mil dari Las Vegas di gurun Mojave, seperti dilaporkan Guardian pada Senin (14/4).
Beberapa mantan operator drone telah mengklaim bahwa personil angkatan udara biasa (bukan kontraktor sipil) telah menerbangkan misi predator bersenjata CIA di Pakistan, kampanye brutal selama 10 tahun yang menurut beberapa perkiraan telah menewaskan lebih dari 2.400 orang.
Hina shamsi, direktur Proyek Keamanan Nasional dari Persatuan Kebebasan Sipil Amerika, mengatakan ini menimbulkan pertanyaan legalitas dan pengawasan. “Sebuah kekuatan mematikan di mana CIA dan militer reguler berkolaborasi saat dilaporkan adanya resiko yang membatasi di mana dan kapan kekuatan mematikan digunakan.”
Guardian berupaya mendekati Dewan Keamanan Nasional, CIA dan Pentagon untuk berkomentar, namun NCS dan CIA menolak berkomentar sementara Pentagon tidak menanggapi.
Peran skuadron dan penggunaan personil angkatan udara reguler dalam program pembunuhan CIA, pertama kali muncul selama wawancara dengan dua mantan pasukan khusus operator drone untuk sebuah film dokumenter baru, Drone.
Brandon Bryant, mantan operator predator AS, mengatakan ia memutuskan untuk berbicara setelah para pejabat senior dalam pemerintahan Obama memberikan briefing pada tahun lalu di mana mereka mengatakan bahwa mereka ingin “mentransfer” kontrol program drone CIA ke militer.
Bryant mengatakan ini karena telah dikenal luas di kalangan militer bahwa angkatan udara AS sudah terlibat.
“Ada kebohongan tersembunyi di dalam kebenaran. Dan kebohongan adalah bahwa angkatan udara yang telah menerbangkan misi tersebut. CIA mungkin menjadi customer tetapi angkatan udara yang selalu menerbangkan itu. Label CIA adalah hanya alasan untuk tidak menyerahkan informasi apapun.”
Mengacu pada Skuadron ke-17, mantan operator drone lain, Michael Haas menambahkan : “Ini cukup dikenal luas bahwa CIA mengontrol misi mereka.”
Enam mantan operator drone lain yang bekerja bersama di unit dan memiliki pengetahuan luas tentang program pesawat tak berawak, menguatkan klaim. Tak satu pun dari mereka siap untuk memberikan catatan karena sensitivitas isu tersebut.
Bryant mengatakan pengawasan publik dari program ini telah difokuskan pada CIA bukan militer dan sudah waktunya untuk mengakui peran mereka yang telah melaksanakan misi atas nama badan analisis sipil.
Shamsi mengatakan, jika pengungkapan ini benar, sejumlah pertanyaan tentang kerangka hukum di mana program pembunuhan bertarget dilakukan dan dasar kerahasiaan terus diberlakukan.
Dia menambahkan : “Ini akan mengejutkan bagi kebanyakan orang Amerika jika CIA mengarahkan militer untuk melakukan kegiatan suka berperang. Badan ini harusnya mengumpulkan dan menganalisis intelijen asing, tidak memimpin aparat untuk melakukan pembunuhan besar-besaran.” (haninmazaya/arrahmah.com)