DAMASKUS (Arrahmmah.id) – Pasukan keamanan Suriah berhasil menggagalkan serangan yang dilakukan oleh sisa-sisa kelompok pendukung rezim lama di kawasan Mezzeh, Damaskus. Insiden ini terjadi bersamaan dengan pengerahan pasukan militer ke pesisir Suriah dalam rangka melanjutkan operasi pengejaran kelompok tersebut di wilayah tersebut.
Menurut laporan Al Jazeera, sejumlah pria bersenjata mendekati gedung kantor Keamanan Politik di Mezzeh sekitar pukul 04.00 pagi waktu setempat, Senin (10/3). Mereka melemparkan granat ke arah gedung, menyebabkan seorang anggota keamanan terluka.
Pasukan keamanan Suriah segera melakukan pengejaran dan berhasil menangkap dua orang pelaku. Situasi di area tersebut kembali kondusif setelah operasi selesai.
Sementara itu, pengiriman pasukan dalam jumlah besar ke pesisir Suriah menandai dimulainya fase kedua dalam operasi pengejaran kelompok bersenjata loyalis rezim lama yang kini bersembunyi di wilayah pegunungan dan pedesaan.
Peningkatan Keamanan di Wilayah Pesisir
Mayor Jenderal Ahmad Al-Abdullah, seorang perwira di Polisi Militer yang bernaung di bawah Kementerian Pertahanan Suriah, menyampaikan kepada Al Jazeera bahwa pihaknya telah mendirikan pos pemeriksaan di Latakia untuk mengawasi pergerakan unit militer dan memastikan kedisiplinan mereka dalam operasi ini.
Dia juga mengakui adanya beberapa pelanggaran individu di Latakia dan menegaskan bahwa mereka yang bertanggung jawab akan diproses melalui sistem peradilan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Pekan lalu, dua provinsi pesisir utama, Latakia dan Tartus, mengalami ketegangan besar akibat serangan terkoordinasi yang dilakukan oleh loyalis rezim lama. Serangan ini merupakan yang terbesar sejak jatuhnya rezim Bashar Al-Assad, dengan sasaran utama patroli dan pos keamanan, yang mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka di kedua belah pihak.
Sebagai respons, pasukan keamanan dan militer Suriah melancarkan operasi penyisiran di wilayah tersebut. Pemerintah Suriah juga menegaskan bahwa kondisi di kota-kota pesisir kini telah kembali stabil, sementara pengejaran terhadap sisa-sisa kelompok bersenjata yang masih bersembunyi di pedalaman dan pegunungan terus berlanjut.
Presiden Suriah, Ahmad Asy-Syaraa, mengumumkan pembentukan Komite Investigasi Nasional untuk menyelidiki insiden ini serta Komite Rekonsiliasi guna menjaga stabilitas sosial. Ia menegaskan bahwa Suriah tidak akan mentoleransi kelompok-kelompok bersenjata yang masih setia kepada rezim lama dan tidak akan membiarkan pihak mana pun, baik dari dalam maupun luar negeri, menyeret rakyat Suriah ke dalam perang saudara baru.
Bentrok di Aleppo
Di Aleppo, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Suriah, Kolonel Hasan Abdul Ghani, mengonfirmasi bahwa pasukan pemerintah telah berhasil menahan serangan dari Pasukan Demokratik Suriah (Qasad) di front Ashrafiyah. Serangan ini berhasil dipukul mundur dengan korban di pihak penyerang.
Sebagai tanggapan, Kementerian Pertahanan Suriah mengirim bala bantuan dari berbagai wilayah untuk memperkuat garis pertahanan terhadap Qasad di Aleppo.
Kelompok Qasad, yang menguasai sebagian besar wilayah kaya sumber daya seperti ladang minyak dan gas, hingga saat ini menolak untuk bergabung dengan Kementerian Pertahanan Suriah yang dibentuk setelah kejatuhan rezim Bashar Al-Assad.
Penangkapan di Deir ez-Zor
Sementara itu, di Deir ez-Zor, aparat keamanan berhasil menangkap empat tokoh penting loyalis rezim lama yang diduga merencanakan aksi sabotase terhadap kantor-kantor pemerintah dan keamanan.
Menurut laporan dari kanal berita resmi provinsi Deir ez-Zor di Telegram, empat orang tersebut adalah Ali Thalaj Thalaj, Fuad Abdul Khalaf, Abdul Karim Makhlaf Al-Muhammad, dan Aisar Abdul Hasib Al-Ayyub.
Sejak kejatuhan rezim Bashar Al-Assad pada 8 Desember 2024, pemerintah Suriah yang baru telah menawarkan program rekonsiliasi bagi mantan anggota militer dan aparat keamanan rezim lama. Syaratnya adalah mereka harus menyerahkan senjata dan tidak memiliki catatan kejahatan terhadap rakyat.
Puluhan ribu orang telah mengikuti program ini, tetapi sejumlah kelompok bersenjata loyalis Assad menolak untuk menyerah, terutama di wilayah pesisir yang dulu menjadi basis utama militer rezim lama.
Seiring waktu, kelompok-kelompok ini melarikan diri ke daerah pegunungan dan mulai melancarkan serangan sporadis untuk mengacaukan stabilitas di Suriah.
(Samirmusa/arrahmah.id)