KABUL (Arrahmah.com) – Ketika tiga pria bersenjata yang menyamar sebagai polisi menyerang sebuah rumah sakit di Afghanistan pada Selasa (12/5/2020) dan menembak mati beberapa ibu dan bayi yang baru lahir, sekelompok wanita hamil bersembunyi di sebuah ruangan di mana salah satu dari mereka akan melahirkan.
“Sang ibu kesakitan tetapi berusaha untuk tidak membuat suara,” kata seorang bidan yang membantu melahirkan bayi perempuan dan memutus tali pusar dengan tangan kosong.
“Dia bahkan memasukkan jarinya ke mulut bayi yang baru lahir itu untuk menghentikan tangisnya,” kata wanita itu kepada kantor berita AFP melalui telepon pada Jumat (15/5), suaranya masih bergetar meski berselang tiga hari setelah serangan mengerikan itu terjadi.
Serangan di bangsal bersalin Rumah Sakit Nasional Barchi di Kabul menewaskan 24 orang, termasuk bayi baru lahir, ibu dan perawat.
Ada 26 ibu di rumah sakit ketika pria bersenjata pagi yang menyamar sebagai anggota pasukan keamanan Afghanistan masuk, kata anggota Dokter Tanpa Batas (MSF), yang berada bangsal bersalin.
Sebelas dari mereka terbunuh dalam serangan yang terjadi selama berjam-jam, termasuk tiga di ruang bersalin dengan bayi mereka yang baru lahir. Lima lainnya terluka.
Setidaknya enam bayi kehilangan ibu mereka dalam serangan yang memicu kemarahan dunia internasional.
Sepuluh lainnya brlindung di “kamar aman”, yang umum di Afghanistan dan sering lapis baja untuk melindungi penghuninya dari tembakan atau roket.
Bidan, yang berbicara kepada kantor berita AFP dengan syarat anonim, juga bergegas ke salah satu ruang aman ketika sirene darurat berbunyi.
Ketika dia dan beberapa wanita berkerumun di dalam, mereka bisa mendengar suara tembakan ketika para penyerang pergi dari kamar ke kamar di seluruh rumah sakit.
Kemudian salah satu wanita mulai melahirkan.
“Kami membantunya dengan tangan kosong, kami tidak punya apa-apa di ruangan itu kecuali kertas toilet dan syal kami,” kata bidan itu.
“Ketika bayi itu lahir, kita memotong tali pusar menggunakan tangan kita. Kami menggunakan kerudung untuk membungkus bayi dan ibunya,” imbuhnya.
Ketika para wanita yang ketakutan mencoba untuk tetap diam, mereka bisa mendengar orang-orang bersenjata di luar meminta mereka untuk membuka pintu. “Tapi kami tahu mereka bukan anggota pasukan keamanan,” katanya.
Tiga pria bersenjata kemudian dibunuh oleh pasukan keamanan Afghanistan.
Setelah serangan itu, 18 bayi dibawa ke rumah sakit lain untuk dirawat, beberapa dari mereka dibawa dari tempat kejadian oleh tentara yang bersenjata lengkap.
Tidak ada kelompok yang mengklaim serangan itu, tetapi Amerika Serikat menyalahkan ISIS atas serangan itu. (rafa/arrahmah.com)