TEHERAN (Arrahmah.com) – Dua puluh tujuh anggota Garda Revolusi Iran tewas dalam serangan bom di tenggara negara itu pada Rabu (13/2/2019).
Setidaknya 10 anggota Garda juga terluka dalam serangan bom mobil yang menargetkan bus yang mengangkut pasukan keamanan, kantor berita Iran Fars melaporkan.
“Insiden ini tidak akan merusak tekad ‘rakyat’ dalam mempertahankan ‘revousi Islam’, dan tekad nasional untuk pertempuran tanpa henti melawan ‘terorisme’ akan menjadi lebih tegas dari sebelumnya,” klaim Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri.
Kantor berita IRNA, mengutip apa yang disebutnya sebagai “sumber informasi”, melaporkan serangan terhadap pasukan keamanan elit terjadi di provinsi Sistan-Baluchestan.
Provinsi itu, terletak pada rute utama perdagangan opium, telah menyaksikan bentrokan antara pasukan Iran dan separatis Baluch serta pengedar narkoba.
Serangan terjadi di jalan antara kota Zahedan dan Khash, sebuah daerah yang bergejolak di dekat perbatasan Pakistan di mana kelompok-kelompok bersenjata dan penyelundup narkoba beroperasi, lansir Al Jazeera.
Kelompok Jaisyul Adl (Tentara Keadilan) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, menurut laporan Fars.
Garda Revolusi mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi serangan tersebut. Dikatakan bahwa tentara yang menjadi target, tengah dalam perjalanan kembali dari perbatasan.
“Dalam serangan bunuh diri ini, sebuah mobil yang penuh dengan bahan peledak meledak di samping bus yang mengangkut unit pasukan darat Garda Revolusi, yang menyebabkan kematian dan luka-luka,” ujar pernyataan tersebut.
Juru bicara Menteri Luar Negeri Bahram Qassemi mengatakan pasukan keamanan akan “membalas dendam atas darah para martir”.
Berulang kali ditargetkan
Garda Revolusi adalah kekuatan ekonomi dan militer utama di Iran, hanya bertanggung jawab kepada pemimpin tertinggi negara tersebut, Ayatollah Ali Khamenei.
Pada tahun 2009, lebih dari 40 orang termasuk enam komandan Garda Revolusi tewas dalam serangan di provinsi Sistan-Baluchestan. Jundullah, kelompok pro-Sunni yang aktif di wilayah perbatasan Iran dan Pakistan, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Baru-baru ini, serangan terhadap parade militer pada September 2018 di wilayah barat daya yang kaya akan minyak, juga menewaskan lebih dari 20 tentara dan melukai 60 lainnya. (haninmazaya/arrahmah.com)