PALESTINA (Arrahmah.com) – Militer “Israel” menargetkan rumah-rumah warga sipil Palestina dalam upaya untuk memancing warga Palestina untuk menyalahkan “gerakan perlawanan Palestina”. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan “Israel” untuk mencapai tujuannya dalam serangan Operation Protective Edge yang telah diluncurkan di Jalur Gaza, ujar dua analis politik Palestina, seperti dilansir MEMO pada Rabu (9/7/2014).
Kedua analis yang mengkhususkan diri mereka dalam urusan “Israel” itu mengatakan bahwa “Israel” sedang mencoba untuk memprovokasi rakyat Palestina di Jalur Gaza dengan menargetkan beberapa rumah mereka.
Militer “Israel” meluncurkan serangkaian serangan di Jalur Gaza sejak operasi militer dimulai pada Senin (7/7) malam, membunuh 24 warga Palestina dan melukai sekitar 200 orang lainnya, beberapa dalam kondisi kritis, menurut sumber-sumber medis Palestina.
Para analis politik dan Profesor Ilmu Politik di University of Jerusalem, Ahmed Awad, mengatakan: “Israel sedang berusaha, melalui pengeboman rumah, untuk membuat keretakan antara [gerakan] perlawanan Palestina dan warga sipil Palestina, serta membuat bingung jajaran Palestina.”
Awad mencatat, dalam sebuah wawancara dengan koresponden Anadolu, bahwa “Israel” ingin membuat kerugian besar di Gaza, setelah jelas bahwa itu menargetkan infrastruktur [gerakan] perlawanan Palestina. Dia menekankan bahwa apa yang dilakukan oleh tentara “Israel” adalah “kejahatan perang terhadap warga sipil” dan tidak bisa diterima oleh hukum dan norma-norma internasional.
Dia meramalkan bahwa “Israel” akan melanjutkan “kebijakan” pemboman rumah penduduk sipil karena merasakan itu menjadi senjata mematikan yang efektif untuk mengekang perlawanan rakyat Palestina.
Professor mengatakan: “Israel adalah negara yang tidak rasional yang percaya bahwa melalui penargetan warga sipil, itu mengurangi ancaman mereka, tetapi pada kenyataannya apa yang dilakukannya adalah sebaliknya.”
Analis dan kolumnis Yusuf Hijazi mengatakan: “Tujuan dari pemboman ‘Israel’ terhadap warga sipil di Gaza adalah untuk menghasut orang-orang di Jalur Gaza melawan [gerakan] perlawanan Palestina.”
Hijazi mengatakan kepada Anadolu: “Israel keliru jika berpikir bahwa rakyat Palestina dapat meninggalkan perlawanan rakyat Palestina.”
Dengan dibomnya sipil yang tak berdaya dan infrastruktur di Jalur Gaza, dua perang sebelumnya telah menekankan kegagalan militer dalam menghadapi perlawanan rakyat Palestina.
Sebelumnya, “Israel” meluncurkan dua perang di Gaza, yang pertama pada tanggal 27 Desember 2008, yang bernama Operasi “Cast Lead”, yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Palestina dan melukai sekitar 5.000 orang lainnya, selain kerusakan besar rumah-rumah dan infrastruktur. Yang kedua adalah pada bulan November 2012. Ini bernama “Operasi Pilar Pertahanan” dan berlangsung selama delapan hari, menewaskan 90 warga Palestina dan melukai 1.500 lainnya.
“Israel” telah memberlakukan blokade atas Gaza sejak Hamas memenangkan pemilu legislatif pada Januari 2006. Bangsa penjajah itu memperketat blokadenya setelah kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada pertengahan tahun berikutnya, dan pengepungan tetap diberlakukan meskipun Hamas meninggalkan kekuasaan setelah pengumuman dari pemerintah persatuan Palestina pada 2 Juni lalu.
Hijazi menekankan tidak adanya sasaran militer dan mengatakan “Israel” telah menargetkan warga sipil yang tidak ada hubungannya dengan penembakan roket dari Jalur Gaza, menunjukkan bahwa tentara “Israel” sedang mencoba untuk membuat bingung rakyat Palestina dan menciptakan rasa takut di antara mereka.
Dia menjelaskan: “‘Israel’ menargetkan warga karena mereka menyadari bahwa warga sipil adalah orang yang melindungi [gerakan] perlawanan.”
Hijazi mengatakan bahwa peluncuran militer Operation Protective Edge “Israel” terhadap Gaza akan terus berlangsung pada masa yang akan datang, “kecuali ada intervensi Arab atau internasional”.
“Ada garis merah yang jika disusul oleh resistensi dapat mengubah jalannya permainan, dan ‘Israel’ akan memiliki alasan untuk memperluas operasi militer terhadap Gaza,” ia memperingatkan.
Garis-garis ini termasuk pemboman kota Tel Aviv, penculikan tentara “Israel”, dan pembunuhan sejumlah besar warga “Israel”.
Di antara korban tewas dan terluka dalam serangan biadab “Israel” ialah delapan warga Palestina syahid, in syaa Allah, dan 24 orang terluka, beberapa menderita luka serius, dalam pemboman “Israel” terhadap sebuah rumah milik keluarga Kawarei di tengah kota Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, menurut sumber-sumber medis Palestina.
Selama serangan militernya saat ini, tentara “Israel” telah membom lebih dari 20 rumah warga Palestina, benar-benar menghancurkan sebagian besar dari mereka.
Laporan berita “Israel” melaporkan bahwa kabinet “Israel” untuk urusan keamanan dan politik pada Selasa (8/7) menyetujui memanggil 40.000 tentara cadangan tentara “Israel”, dalam persiapan untuk “operasi darat yang mungkin dilakukan” terhadap Jalur Gaza.
(banan/arrahmah.com)