KANDAHAR (Arrahmah.com) – Voice of Jihad melaporkan mengenai kemajuan dalam operasi besar terbaru yang dilancarkan tentara salibis AS terhadap Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) di provinsi Kandahar yang mereka sebut dengan “Dragon Strike” yang baru-baru ini diiklankan secara luas oleh media-media Barat.
“Dalam lima hari terakhir, penjajah AS berupaya untuk mendapatkan momentum melawan Mujahidin IIA di distrik Zhiri, namun mereka belum berhasil karena serangan mendadak dan ledakan demi ledakan harus mereka hadapi dari para mujahid.”
Kemarin malam (28/9/2010), AS menurunkan sekitar 50 teroris menggunakan helikopter ke desa Malangano, distrik zhiri. Mereka menduduki rumah-rumah warga yang tidak bersalah dan menggunakannya sebagai perisai untuk menghadapi Mujahidin yang telah mengepung para teroris tersebut tapi belum melancarkan serangan karena takut akan jatuhnya korban sipil.
Dalam insiden lain di distrik yang sama, penjajah AS menurunkan teroris lebih banyak di daerah Pashmool namun mereka terpaksa mundur kembali karena mengalami banyak kerugian akibat ledakan bom ranjau yang begitu banyak.
Dalam serangan serupa, tank AS berhasil dihancurkan oleh ledakan bom ranjau di dekat Masjid Spin di daerah Sang-e-Sar, membunuh dan melukai semua tentara teroris yang berada di dalamnya.
Laporan lain masih di distrik yang sama mengatakan bahwa Mujahidin melemparkan granat tangan ke arah prajurit pengecut yang tengah berpatroli bersama tentara boneka Afghan di daerah Sanzari, sebagai hasilnya, satu tentara asing dan satu tentara boneka tewas.
Patut disebut bahwa selama lima hari terakhir orang-orang tak berdosa di Zhiri, Dand serta Maiwand menjadi korban pemboman kejam yang dilakukan tentara teroris AS dengan harapan mereka dapat mengambil alih kontrol dari tangan Mujahidin.
Tingkat kerusakan dan kematian sipil dari tindakan barbar dan tidak manusiawi belum dapat dilaporkan dengan pasti.
Sementara itu, laporan mengatakan bahwa penjajah tidak hanya kalah di Kandahar, tetapi juga di provinsi Helmand.
Theunjustmedia mewawancarai salah seorang Komandan IIA, Mullah Bradar, yang beroperasi di distrik Marjah, provinsi Helmand, dia mengatakan :
“Di pusat distrik Marjah, dimana para penjajah dan boneka mereka terkepung, mereka telah dikelilingi oleh Mujahidin dari luar dan mereka tidak berani untuk keluar karena mereka mengetahui bahwa Mujahidin tengah menunggu untuk menyergap mereka.”
Masyarakat lokal membenci penjajah. Setiap kali diserang musuh, segera setelah serangan terjadi, penjajah melakukan pencarian dari pintu ke pintu, selama pencarian, musuh bahkan menangkap anak-anak, perempuan dan orang tua.
Musuh secara acak melakukan penangkapan dan melakukan balas dendam kepada orang yang tidak bersalah dan setelah ditangkap mereka dibawa ke basis militer untuk disiksa. Ketika para orang tua mendatangi basis untuk meminta pembebasan anak-anak mereka, maka para penjajah menyambutnya dengan bahasa kasar dan kotor lalu menyuruh untuk pergi. (haninmazaya/arrahmah.com)