WASHINGTON (Arrahmah.id) – Selama berbulan-bulan, para pejabat tinggi Amerika Serikat telah berulang kali mengatakan bahwa Presiden Joe Biden tidak ingin melihat perang “Israel” di Jalur Gaza meningkat menjadi konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Itulah pesan utama yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pekan ini ketika ia melakukan kunjungan keempatnya ke wilayah tersebut sejak perang dimulai. Lawatannya dilakukan di bawah bayang-bayang serangan “Israel” di Lebanon dan serangan-serangan Syiah Houtsi Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
“Laut Merah -kami ingin menghindari eskalasi di sana,” klaim Blinken di Kairo pada Kamis, ketika ditanya mengenai upayanya untuk mencegah konflik agar tidak meluas, lansir Al Jazeera (12/1/2024).
Namun hanya beberapa jam kemudian, AS mengonfirmasi bahwa mereka telah berkolaborasi dengan Inggris untuk melancarkan “serangan terhadap sejumlah target di Yaman yang digunakan oleh pemberontak Houtsi”, berkoordinasi dengan beberapa negara lain.
Para ahli dan pembela hak asasi manusia memperingatkan bahwa serangan-serangan tersebut bertentangan dengan tujuan de-eskalasi yang dinyatakan oleh pemerintahan Biden dan gagal untuk mengatasi akar penyebab meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut: Serangan militer “Israel” ke Gaza.
“Hal ini memang bertentangan dengan apa yang telah dikatakan oleh pemerintah, namun hal ini juga tidak dapat dihindari,” ujar Hassan El-Tayyab, direktur legislatif untuk kebijakan Timur Tengah di Friends Committee on National Legislation, sebuah kelompok advokasi Quaker di Washington DC.
“Semua orang yang menyaksikan situasi ini tahu bahwa hanya masalah waktu sebelum perang di Gaza meluas ke seluruh wilayah. Dan kita melihat hal itu tidak hanya di Laut Merah, tapi juga di Lebanon, Suriah dan Irak,” katanya kepada Al Jazeera.
“Tanpa gencatan senjata di Gaza, sulit untuk melihat bagaimana hal ini akan menjadi lebih baik. Dan saya pikir panci yang mendidih sekarang sudah sangat mendidih, dan akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Ini benar-benar momen yang sangat berbahaya.” (haninmazaya/arrahmah.id)