IRAK (Arrahmah.com) – Serangan udara AS terhadap kelompok bersenjata yang didukung Iran di perbatasan Suriah-Irak menewaskan sedikitnya tujuh orang pada Ahad malam hingga Senin (28/6/2021), memicu seruan segera untuk membalas dendam dan kekhawatiran eskalasi baru antara Washington dan Teheran.
Serangan kedua terhadap target pro-Iran sejak Presiden AS Joe Biden menjabat, yang digambarkan oleh Pentagon sebagai “pembalasan”, terjadi meskipun upaya goyah untuk menghidupkan kembali kesepakatan kunci atas program nuklir Iran.
Juru bicara pertahanan AS John Kirby mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tiga fasilitas militer yang digunakan oleh milisi yang didukung Iran telah diserang, dua di Suriah dan satu di Irak, lansir AFP.
Kirby mengatakan bahwa target telah digunakan oleh “milisi yang didukung Iran yang terlibat dalam serangan kendaraan udara tak berawak (UAV) terhadap personel dan fasilitas AS di Irak.”
Kataeb Hezbollah dan Kataeb Sayyid al-Shuhada, dua faksi bersenjata Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Teheran, termasuk di antara “beberapa kelompok milisi yang didukung Iran” yang telah menggunakan fasilitas itu, kata Kirby.
Kepentingan AS di Irak, di mana 2.500 tentara Amerika dikerahkan sebagai bagian dari koalisi internasional untuk memerangi kelompok ISIS, telah menjadi sasaran dalam lebih dari 40 serangan tahun ini.
Sebagian besar adalah bom terhadap konvoi logistik, sementara 14 adalah serangan roket termasuk beberapa yang diklaim oleh faksi pro-Iran yang berharap dapat menekan Washington agar menarik semua pasukannya. (haninmazaya/arrahmah.com)