LONDON (Arrahmah.com) – Serangan bermotif rasial yang menargetkan Muslim di Eropa telah meningkat dramatis selama sepekah terakhir di mana individu dan tempat ibadah telah diserang.
Kejahatan kebencian terbaru menargetkan Masjid Cumbernauld di Lanarkshire Utara dengan pelaku menulis grafiti Islamofobia di dinding-dindingnya.
Mereka menuliskan “Deus Vault” (God Wills It), sebuah istilah yang diciptakan untuk menyatukan tentara dalam PErang Salib melawan Muslim Seljuk di abad ke 11, dan “Saracen Go Home” di dinding Masjid. Saracen adah istilah abad pertengahan untuk Muslim yang populer di kalangan penulis Kristen.
Pernyataan oleh polisi mengatakan serangan itu dilakukan antara Jum’at (1/12/2016) pukul 20.30 dan Sabtu (17/12) pukul 7.30 waktu setempat. Sabtu pagi penyelidikan diluncurkan, lansir Daily Sabah pada Ahad (18/12).
Serangan itu bukan yang pertama yang menargetkan Muslim, pekan lalu seorang pria Muslim ditikam di stasiun kereta London oleh seorang yang berteriak “Aku ingin membunuh Muslim”.
Muhammad Askar Ali, Muslim asal Bangladesh telah dirawat di rumah sakit dengan luka tusuan di dada dan matanya. Penyerang ditangkap dan didakwa dengan percobaan pembunuhan.
Beberapa hari lalu, seorang Muslimah juga menjadi sasaran dalam serangan Islamofobia di daerah Chingford, London. Dua pria berkulit hitam menarik kerudung wanita tersebut dan menyeretnya di trotoar.
Menurut sebuah laporan oleh TellMama, kelompok pemantau yang mendokumentasikan kejahatan kebencian anti-Muslim di Inggris, lebih dari 100 Masjid telah ditargetkan dalam serangan Islamofobia dalam tiga setengah tahun terakhir.
Dalam menanggapi meningkatnya kekerasan terhadap Muslim dan pengungsi di seluruh Inggris, pemerintah Inggris berencana untuk melarang kelompok sayap kanan ekstrim, National Action, di bawah Undang-undang Terorisme tahun 2000-pertama kalinya sebuah organisasi sayap kanan yang dilarang di bawah undang-undang. Sebuah slogan yang digunakan oleh Thomas Mair di pengadilan “Matilah pengkhianat, kemerdekaan untuk Inggris”, muncul dalam pencarian online etika mencari mengenai National Action. (haninmazaya/arrahmah.com)