BASILAN (Arrahmah.com) – Dalam serangan yang dilakukan tentara Philipina (AFP) di Basilan, mereka tidak lagi membedakan warga sipil, kelompok Abu Sayyaf, MILF atau mereka yang terlibat dalam gencatan senjata yang dibentuk Pemerintah Philipina dan MILF.
Ini adalah statemen Abu Majid, seorang MILF junior yang bertugas di Provinsi Basilan, saat Sattar Alih, anggota Regu Pemantau Lokal (LMT) mewakili Provinsi Basilan, tewas setelah Angkatan Laut Philipina menyerang basis MILF di wilayah Tipo-tipo, Minggu (7/12).
Majid menceritakan, hari itu Alih mengatakan tidak akan ada operasi militer di sini (Tipo-tipo), karena militer telah mengetahui adanya gencatan senjata.
Alih adalah salah satu anggota LMT yang sangat aktif. Ia memberikan banyak kemudahan untuk kedatangan Regu Pemantau Internasional (IMT).
Pertempuran yang sengit terjadi di Tipo-tipo, di mana Alih tewas. Pertempuran dimulai pukul 6 pagi dan berakhir pukul 6 petang. Hari berikutnya Angkatan Laut Philipina melancarkan serangan bom ke posisi MILF di Said Town yang mengakibatkan rumah-rumah warga beserta seluruh harta mereka terbakar.
Tiga mujahidin MILF syahid (Insya Allah) dalam pertempuran dan enam lainnya mengalami luka-luka. Di kubu pemerintah, sebanyak 5 tentara tewas dan 19 lainnya luka-luka.
Tetapi sumber MILF lainnya mengatakan 43 tentara pemerintah telah tewas dan jumlah yang terluka tidak dapat ditentukan. Sembilan senjata api termasuk 4 M- 14 dirampas juga senjata lainnya.
“Angkatan Laut Philipina memang memiliki persenjataan lengkap, Bom, tank-tank dan lainnya, tetapi kami (pejuang MILF) telah mempersiapkan diri untuk mati (syahid). Itulah yang membuat kami kuat,” ujar salah seorang anggota MILF.
Di tahun 1996, mujahidin Basilan memegang rekor bertempur, dengan menghancurkan 7 tank milik tentara Pemerintah Philipina. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)