Oleh: Ustadz Budi Ashari, Lc.
(Arrahmah.com) –
أَبُو قَبِيلٍ قَالَ :كُنَّا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ وَسُئِلَ أَيُّ الْمَدِينَتَيْنِ تُفْتَحُ أَوَّلًا الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ أَوْ رُومِيَّةُ فَدَعَا عَبْدُ اللَّهِ بِصُنْدُوقٍ لَهُ حَلَقٌ قَالَ فَأَخْرَجَ مِنْهُ كِتَابًا قَالَ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بَيْنَمَا نَحْنُ حَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَكْتُبُ إِذْ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْمَدِينَتَيْنِ تُفْتَحُ أَوَّلًا قُسْطَنْطِينِيَّةُ أَوْ رُومِيَّةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَدِينَةُ هِرَقْلَ تُفْتَحُ أَوَّلًا يَعْنِي قُسْطَنْطِينِيَّةَ (رواه أحمد)
Abu Qubail berkata: Ketika kami bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: dua kota ini mana yang akan ditaklukkan terlebih dahulu; Konstantinopel atau Roma? Abdullah bin Amr meminta kotak miliknya, dia mengeluarkan dari dalamnya sebuah buku. Kemudian Abdullah berkata: Ketika kami sedang ada di sekeliling Rasulullah, kami menulis, Rasulullah ditanya: dua kota ini mana yang akan ditaklukkan terlebih dahulu; Konstantinopel atau Roma? Rasulullah bersabda, “Kota Heraklius yang akan ditaklukkan terlebih dahulu.” Yaitu Konstantinopel. (HR. Ahmad)
Saya pun sudah sering membahas tentang Konstantinopel. Bagaimana ia ditaklukkan sebagai inspirasi besar menunjuki Roma jalan kebenarannya. Apalagi Paus sendiri yang menyampaikan bahwa di internal gereja sendiri sudah segelap itu. Hingga Paus sendiri yang meminta agar menghindari kemunafikan beragama.
Kali ini saya tidak akan mengulasnya dari arah Konstantinopel. Tetapi dari wilayah kekuasaan besar Kristen sebelum Konstantinopel yaitu Kristen Syam. Karena sejatinya, Konstantinopel menjadi ibukota Kristen Ortodoks setelah mereka kalah telak di Syam (Suriah, Yordania, Libanon dan Palestina). Kekalahan itu memaksa mereka untuk meninggalkan Syam dan menetapkan pusat pemerintahan mereka yang baru; Konstantinopel.
Syam sudah bersinar dengan hidayah Islam hingga hari ini sejak tahun 16 H. Tahun itu adalah zaman Khalifah Umar bin Khattab radhiallahu anhu. Madinah yang cukup jauh jaraknya dari Syam, memantau langsung perkembangan muslimin di negeri Syam. Umar yang langsung mengatur strategi dari jauh.
Di Syam saat itu, muslimin dibagi menjadi beberapa pasukan yang dipimpin oleh para panglima terbaik Islam. Abu Ubaidah bin Al Jarrah, Khalid bin Walid, Yazid bin Abi Sufyan, Muawiyah bin Abi Sufyan dan para panglima lainnya –radhiallahu anhum ajma’in–
Puncak dari penaklukan Syam adalah penyerahan Al Quds, Palestina. Dengan terbukanya pintu ini, muslimin masuk ke Afrika melalui pintu Rafah.
Syam adalah wilayah Romawi Timur yang ibukotanya Elia, Al Quds. Kota berbenteng kuat. Dengan penjagaan senjata dan pasukan yang sangat kuat. Tak hanya itu, Al Quds dipimpin oleh tokoh spritual tertinggi yang disebut Arthabun (pangkat tertinggi di bawah Kaisar) yang jenius.
Penaklukan Al Quds memberikan pelajaran mahal untuk membaca fenomena berita hari ini. Kuatnya pertahanan Al Quds membuat Amr bin Ash, panglima terdekat dengan wilayah itu harus mengirimkan surat ke Madinah meminta saran Umar bin Khattab. Umar melakukan dua hal:
Pertama: Mengirim surat fenomenal kepada Amr bin Ash,
“Kami kirimkan untuk orang jenius Romawi dengan Jenius Arab. Lihatlah apa solusinya.”
Yang dimaksud adalah Amr bin Ash, orang jenius itu yang dikirim Umar sebagai orang yang tepat untuk berhadapan dengan pemimpin tertinggi Al Quds yang juga jenius.
Kedua: Membuat strategi pengalihan
Di mana pasukan muslimin yang tersebar di seluas Syam diminta untuk mengalihkan perhatian pasukan Romawi di Elia dan Ramallah dan menyibukkan mereka, sehingga Amr bin Ash bisa mendekat ke benteng Elia, Al Quds dan mengepungnya.
Di semua pertarungan itu dimenangkan muslimin. Hingga tersisa Al Quds. Amr bin Ash telah berhasil mengepungnya. Kemudian para panglima berikut pasukannya dikerahkan menuju ke Al Quds. Tetapi Al Quds terlalu kuat. 4 bulan pengepungan berlangsung dan tanpa seharipun berlalu kecuali ada pertempuran sengit. Muslimin sangat bersabar di tengah cuaca yang tidak bersahabat; hujan, salju dan dingin.
Tapi Al Quds tak kunjung menyerah. Mengapa? Karena pemimpin spiritual mereka mengatakan bahwa menurut kitab suci mereka, penakluk Al Quds bukan bernama Amr tetapi Umar. Keyakinan inilah yang membuat mereka percaya diri bahwa Al Quds tidak jatuh di tangan Amr bin Ash.
Tetapi Amr bin Ash segera tahu bahwa Khalifah muslimin bernama Umar. Untuk itulah ia segera mengirmkan surat ke Madinah agar Umar datang. Dan singkat kisah, Umar pun datang untuk menerima langsung kunci gerbang Al Quds. Dan resmi, Al Quds dibenahi oleh muslimin dan disinari dengan cahaya hidayah.
Jika Paus Benediktus XVI telah mengeluhkan dosa melawan persatuan gereja, perpecahan antar pastor dan kejahatan seksual pedofilia di dalam gereja. Maka setidaknya, mengisyaratkan muslimin bahwa Roma memang telah ‘mengundang’ muslimin untuk mengajari mereka agama keselamatan dan persatuan yang sesungguhnya.
Setidaknya berita ini mengabarkan keniscayaan datangnya janji Nabi akan disinarinya Roma dengan cahaya hidayah Islam setelah Konstantinopel 7 abad yang lalu (sebagaimana hadits di atas) telah bersinar dengan Islam.
Sekaligus memastikan hadirnya generasi sehebat Umar bin Khattab yang memimpin muslimin. Amr bin Ash, muslim jenius yang dikirim untuk menghadapi pastor Romawi jenius. Abu Ubaidah, panglima seluruh Syam yang tak pernah berhasil diubah oleh dunia, saat semua telah berubah, karena ia orang paling amanah di umat ini. Khalid bin Walid, pedang Allah yang selalu terhunus untuk musuh-musuh Islam. Yazid dan Muawiyah keduanya putra Abu Sufyan, sahabat Nabi yang terlahir untuk menjadi pemimpin besar. Radhiallahu anhum.
Tak penting buat kita kapan Roma diserahkan. Karena yang paling penting adalah menyiapkan generasi yang akan menerima kunci gerbang Roma.
(*/Arrahmah.com)