Oleh: Ustadz Budi Ashari, Lc.
(Arrahmah.com) – Inilah surat perjanjian yang disepakati oleh Amirul Mu’mini Umar bin Khattab radhiallahu anhu dengan penduduk Elia, Al Quds setelah mereka menyerahkan kuncinya kepada beliau (Tarikh Ath Thobari)
Bismillahirrahmanirrahim
Inilah yang diberikan oleh hamba Allah Amirul Mu’minin untuk penduduk Elia berupa keamanan. Ia memberikan kepada mereka keamanan pada diri dan harta mereka, gereja-gereja dan salib-salib mereka, yang sakit dan yang sehat, dan seluruh agamanya. Bahwa gereja-gereja mereka tidak boleh ditempati, dihancurkan dan direndahkan, tidak juga siapapun yang menghuninya demikian juga salib mereka, tidak juga sedikit pun dari harta mereka. Mereka tidak boleh dipaksa (meninggalkan) agama dan tidak boleh seorang pun dari mereka yang diganggu. Tidak boleh seorang Yahudi pun yang tinggal bersama mereka di Elia.
Penduduk Elia harus membayar jizyah seperti penduduk Madain. Mereka harus mengeluarkan orang-orang Romawi dan pencuri. Siapa saja dari mereka (masyarakat Romawi) yang keluar, dia mendapatkan keamanan pada diri dan hartanya hingga sampai tempat tujuannya. Tapi bagi yang ingin tetap tinggal, dia juga aman. Dan berkewajiban membayar Jizyah seperti kewajiban penduduk Elia.
Siapapun penduduk Elia yang hendak pergi membawa hartanya bersama Romawi dan mengosongkan gereja dan salib mereka, mereka dijamin aman atas diri, gereja dan salib mereka sampai di tempat tujuan.
Siapapun dari penduduk bumi padanya (Elia) sebelum pembunuhan fulan; yang mau tetap tinggal dibolehkan, dia membayar Jizyah seperti penduduk Elia.Siapa yang pergi bersama Romawi, juga diizinkan. Atau siapa yang mau kembali ke keluarganya, diizinkan. Tidak diambil darinya sedikitpun sampai memanen hasil panennya.
Isi perjanjian ini merupakan perjanjian Allah dan dalam tanggungan Rasulullah, para Khalifah dan mu’minin, jika mereka mau membayar Jizyah.
Disaksikan oleh: Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Abdurrahman bin Auf dan Muawiyah bin Abi Sufyan (sebagai penulis perjanjian)
Bandingkan dengan peradaban Kristen Katolik saat mengusir muslimin dari Andalus abad 15 M. Semua ‘seni’ menyiksa orang, mereka gunakan untuk memaksa muslimin meninggalkan Islam. Pembaptisan masal dilakukan. Muslimin harus mengganti semua nama mereka. Bahasa Arab tidak lagi boleh digunakan. Masjid-masjid ditutup. Mudah sekali nyawa melayang hanya karena menyimpan mushaf Al Quran di rumahnya. Bahkan mandi dilarang, kamar-kamar mandi dihancurkan karena mereka tahu muslimin harus bersuci untuk bisa shalat. Pilihan muslimin adalah: dibawa ke utara bisa menjadi budak atau bertahan di Andalus dan dihadapkan pada penyiksaan, kematian atau pindah agama dengan paksa, atau pergi menyelamatkan diri ke selatan menyeberangi selat Gibraltar jika mereka punya kemampuan itu.
So, mana sebenarnya yang merupakan agama kasih?
Tanyakan pada sejarah, agar tidak ditipu oleh jargon…
Bandingkan antara kemenangan muslimin terhadap Kristen Ortodoks dengan kemenangan Kristen Katolik terhadap muslimin di atas.
Wahai Roma, kalau kalian telah lelah dengan para pemimpin Katolik itu, jangan pernah ragu untuk menyerahkan diri kepada kami; muslimin. Masyarakat beragama yang paling beradab.
Sekaligus saya kirimkan ini kepada mereka yang ragu akan syariat Islam dan menganggapnya terlalu sempit untuk keanekaragaman keyakinan dan agama.
Roma, silakan memilih…
(*/Arrahmah.com)