DAMASKUS (Arrahmah.id) – Wasim Asad, sepupu Presiden Suriah Bashar Asad mengunggah foto pada Selasa (17/1/2023) di akun Facebook pribadinya bersama pengedar narkoba Libanon terkenal, Nouh Zeitar.
Foto itu memperlihatkan Asad, Zeitar, seorang anggota Divisi Keempat dan seorang anggota milisi al-Assad duduk di sebuah hotel, dengan tulisan “Saudara-saudara terbaik.”
Asad mengatakan bahwa dia adalah seorang pengusaha bidang transportasi dan ekspor-impor produk.
Zeitar dicari di Libanon dan oleh INTERPOL karena perdagangan narkoba yang dikenal bekerja di antara kedua negara. Zeitar telah mengaku menjajakan hashish tetapi menyangkal bahwa dia terlibat dalam captagon – mengatakan dia tidak akan mengirimkannya ke “musuh terburuknya” dalam sebuah wawancara dengan New York Times.
Divisi Keempat, dipimpin oleh Maher Asad, saudara laki-laki presiden, dikatakan berada di balik sebagian besar perdagangan captagon Suriah.
Analis mengatakan bahwa Suriah adalah sumber terbesar captagon Timur Tengah, dengan perdagangan narkoba diperkirakan menjaring negara hingga lebih dari US$5 miliar per tahun.
Rezim Asad diduga menjadi sponsor terbesar dan penerima manfaat dari perdagangan captagon, meski dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Rezim Asad, Hizbullah, dan milisi Iran di Suriah semuanya diduga terlibat dalam produksi, perdagangan, dan penyelundupan narkoba ke negara-negara tetangga.
Yordania, khususnya, telah menderita akibat penyelundupan narkoba yang berasal dari Suriah, dengan peningkatan upaya penyelundupan baru-baru ini selama setahun terakhir menyebabkan beberapa penjaga perbatasan terluka. Yordania adalah titik transit antara Suriah dan Teluk Arab – pasar narkoba terbesar di Timur Tengah.
Amerika Serikat baru -baru ini mengesahkan undang-undang untuk menargetkan dugaan produksi dan ekspor captagon rezim Asad – serta mengembangkan strategi untuk melawannya.
Libanon juga terlibat dalam ekspor captagon, negara ini tidak mampu membendung penyelundupan narkoba melalui perbatasan dan pelabuhannya.
Ekspor jutaan pil yang disamarkan sebagai produk segar ke negara-negara Teluk seperti Arab Saudi mendorong beberapa negara melarang impor barang-barang Libanon pada 2021. (zarahamala/arrahmah.id)