LEBAK (Arrahmah.com) – Sepuluh balita penderita gizi buruk ditemukan di Kabupaten Lebak, Banten, tepatnya di Kecamatan Muncang dan saat ini sedang dipantau secara intensif berupa upaya peningkatan gizinya dengan pemberian makanan tambahan dan vitamin.
“Kesepuluh Balita gizi buruk itu setiap dua pekan diwajibkan ke klinik gizi Puskesmas untuk mendapatkan makanan tambahan dan pengobatan penyakit penyerta,” kata dr Ira Triatma, petugas Puskesmas Muncang, Kabupaten Lebak, Selasa (2/3).
Ira mengatakan, sepuluh penderita gizi buruk tersebut diketahui para kader posyandu karena kategori di bawah garis merah (BGM) sesuai dengan panduan buku kartu menuju sehat (KMS) .
Ke-sepuluh penderita gizi buruk itu terus mendapatkan perawatan dan dipantau perkembangannya melalui klinik gizi.
Pihak Puskesmas akan memberikan asupan gizi berupa makanan dan vitamin hingga berat badannya meningkat.
“Kami selama ini memberikan makanan bergizi juga pengobatan penyakit penyerta bagi anak penderita gizi buruk,” katanya.
Dia juga mengatakan, jumlah penderita gizi buruk di wilayah kerjanya kini seluruhnya 37 anak setelah ditemukan sepuluh penderita gizi buruk terbaru itu.
Sebelumnya, kata dia, penderita gizi buruk mencapai 80 sampai 100 anak.
Namun demikian, lanjut dia, setelah adanya klinik gizi kini jumlahnya makin berkurang.
Penderita gizi buruk setiap dua pekan rutin diwajibkan mendatangi puskesmas untuk mendapat perawatan dan dipantau kesehatan hingga dinyatakan sembuh.
Penyebab penderita gizi buruk, menurut dia, karena berbagai faktor antara lain faktor himpitan ekonomi sehingga mereka tak mampu memenuhi asupan gizi yang baik.
Selain itu, juga faktor rendahnya pendidikan kesehatan dan faktor budaya masyarakat seperti anak balita tidak boleh makan dengan ikan atau daging ayam.
“Saya kira faktor itulah yang menyebabkan anak menderita gizi buruk,” katanya.
Di tempat terpisah, petugas gizi Puskesmas Muncang, Lilis, mengaku, belum lama ini seorang balita bernama Siti Aisyah (57 bulan) warga Desa Sukanegara, Kecamatan Muncang, dilaporkan meninggal dunia akibat menderita gizi buruk dan penyakit penyerta.
Dia menyebutkan, awalnya Siti Aisyah mengalami kejang-kejang dan demam tinggi dan petugas merujuknya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Adjidarmo Rangkasbitung untuk mendapat perawatan medis.
Penderita gizi buruk itu dirawat di rumah sakit hanya seminggu dan kembali ke rumah hingga meninggal dunia.
“Saya kira jika orangtuanya tidak pulang, tentu si anak itu bisa sembuh,” katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Tata Sudita, meminta para kader posyandu terus melakukan kegiatan penimbangan dan pemberian makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi anak.
“Dengan aktifnya posyandu tentu sangat membantu petugas juga bisa menemukan kasus penderita gizi buruk baru,” katanya. (ant/arrahmah.com)