Engkau mungkin memiliki teman yang telah kau kenal selama 10 tahun. Namun ketika kau memiliki teman yang baru kau jumpai dalam jihad dan berjuang bersama-sama untuk meninggikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, meski kau baru bersama mereka selama beberapa bulan, kau akan merasa seakan telah bersaudara dengan mereka sejak lahir.
Hal ini diungkapkan oleh Abu Umar Al-Maaldifi dalam halaman Tumblr-nya menanggapi kabar syahidnya seorang Mujahid Maladewa baru-baru ini. Halaman Facebook Bilad Al Sham Media yang dikelola oleh Mujahidin Maladewa dengan Jabhah Nushrah telah mengumumkan gugurnya seorang Mujahid Maladewa yang begitu merindu syahid. Ia adalah Abu Yushau Maldifi, rahimahullah.
Berikut sepenggal kisah perjalanan jihad Abu Yushau hingga ia meraih kesyahidan yang begitu dirindukannya di Bumi Jihad Syam.
Bismillahirrahmanirrahim
Pengumuman kesyahidan Abu Yushau Maldifi rahimahullah
Dalam pertempuran Fouah, Idlib, saudara kita tercinta Abu Yushau Maldifi rahimahullah telah syahid.
Ia rahimahullah dikenal sangat ceria, bersemangat tinggi, tulus, baik, suka menolong dan perhatian dengan teman-temannya dan para muhajirin.
Setelah berita kesyahidannya sampai ke desa yang sering ia kunjungi, seorang wanita tua bertanya, “Katakan padaku, mujahid muhajirin mana yang telah meraih syahid? Apakah ia dari Maladewa? Yang kurus, pemuda jujur yang memiliki senyuman cerah di wajahnya? Yang setiap kali ia melihatku, ia memanggilku dan berkata ‘Wahai Ibu! Assalamu’alaikum’! Apakah itu dia?”
Meskipun dikatakan bahwa ia baru berada di sini selama beberapa hari, ia telah menyita rasa cinta dan hormat dari para Ansar dan Muhajirin di Negeri Syam.
Ia rahimahullah selalu berbicara tentang keinginan untuk mencapai kesyahidan sesegera mungkin. Jika ia mendengar tentang syuhada, ia akan merenung dan menegur dirinya sendiri serta mengatakan bahwa ia perlu memperbaiki dirinya sehingga ia bisa mencapai kesyahidan segera. Syahid adalah kata yang hampir ia sebut dalam setiap percakapannya.
Pada hari pertempuran, setelah shalat zuhur, Abu Yushau rahimahullah terlihat menangis tersedu setelah mendengarkan ceramah yang berkaitan dengan “Ikhlas”.
Setelah shalat ashar, Abu Yushau rahimahullah bergerak bersama dengan sekelompok tim Ighthiham (tim yang mengacaukan barisan musuh) ketika pertempuran dimulai.
Ketika tim Ighthiham terlibat dalam tembak menembak, beberapa mujahid terluka, dan Abu Yushau rahimahullah terlihat berlari untuk membantu membawa mereka ke sebuah tank. Dan saat itulah, ia terkena peluru penembak jitu [musuh] yang diarahkan kepada mereka. Innaalillahi wa innaa ilaihi raji’uun.
Ketika ikhwan-ikhwan lainnya menghampiri saudara kita tercinta rahimahullah ini, ia telah menghembuskan napas terakhirnya dan meninggalkan dunia ini. Ia rahimahullah terlihat mengangkat jari telunjuknya dan tersenyum. SubhanAllah!
Beberapa orang benar-benar memenuhi perjanjian mereka, saudara yang rendah hati ini (begitu kami mengenalnya) masuk ke arena Jihad ini tanpa membawa apa pun di tangannya selain pakaian yang ia kenakan dan ia rahimahullah meninggalkan dunia dengan keikhlasan dan kecintaan menggenggam dien Allah. Pada sepuluh hari Dzul Hijjah yang diberkahi, pada hari terbaik dalam seminggu dan selama waktu terbaik sebelum matahari terbenam pada hari Jum’at.
Ibnu Abbas (semoga Allah meridhai dia dan ayahnya) juga meriwayatkan bahwa Nabi (ﷺ) bersabda, “Tidak ada satu amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shalih yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).“ Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi ﷺ menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun“. (HR Ad-Daarimi, 1/357; sanadnya hasan sebagaimana tercantum dalam Al-Irwaa’, 3/398).
Diriwayatkan bahwa ‘Abdullah bin’ Amr berkata: Rasulullah (ﷺ) bersabda: “Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, 1074; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ahkaam Al-Janaa’iz, halaman 49, 50)
Semoga Allah menerima amal baik dari ikhwan yang tulus ini, yang berusaha keras untuk bergabung dengan kafilah Jihad. Semoga ia bersatu dengan Nabi ﷺ, para sahabat, siddiqin dan syuhada. Semoga ia berada di antara orang-orang yang diberikan manisnya melihat Engkau, Ya Allah. Semoga Allah memberikan kesabaran kepada keluarganya. Dan semoga kita akan bersatu dengannya di Jannatul Firdaus. Aamiin.
(banan/arrahmah.com)