Tangisan lemah Wahida, bayi berusia empat bulan, membuat tim penyelamat berlari membawanya keluar dari reruntuhan rumahnya di Idlib, Suriah.
“Aku berada di toko ketika pesawat mulai melakukan serangan udara,” kenang ayah Wahida, Yehya Maatouq (32).
Rumahnya hancur dalam serangan naas itu.
“Tepat setelah serangan, aku berlari pulang dan menemukan seluruh lingkungan kami telah hancur. Aku pergi ke rumah dan tidak menemukan siapa pun di sana.”
Tiba-tiba Maatouq mendengar suara istrinya dari bawah reruntuhan rumah dua lantai mereka.
“Aku mencari ke sekitar hingga ketika aku mengangkat batu, aku menemukannya di bawah dan mulai menggali di sekelilingnya. Alhamdulillah ia selamat dan berbicara kepadaku.”
Bersama tim penyelamat White Helmet, Maatouq kemudian bersegera mencari kedua putrinya, Sinar (3) dan Wahida.
“Aku mulai menggali di kamar mereka dan menemukan Wahida.”
Tim penyelamat White Helmet kemudian mengangkat potongan besar bangunan yang hancur yang mengubur Wahida, ayahnya kemudian mengangkat tubuh mungilnya keluar.
“Mereka membawanya ke rumah sakit dan alhamdulillah ia masih hidup,” ujar Maatouq.
“Kami telah bekerja selama dua jam untuk mengeluarkan ia dari reruntuhan, dan alhamdulillah, ternyata ia masih hidup,” ujar salah seorang tim relawan sambil meneteskan air mata.
Namun, Sinar dan ibu Maatouq meninggal dalam serangan tersebut.
“Tubuh putri keduaku tertimpa dinding. Ia meninggal. Aku rela kehilangan apapun kecuali dia,” ujar Maatouq kepada AFP.
Maatouq, istrinya, dan Wahida pindah dengan kerabat mereka di pinggiran kota Idlib sementara rumah mereka diperbaiki.
Wahida menderita luka dan memar di dahinya, namun ia duduk tenang dalam pelukan ayahnya.
Ketika ditanya apa yang ia harapkan untuk masa depannya, Maatouq mendesah dan mengatakan, “Terserah Allah. Kita bahkan tidak bisa menangani apa yang telah kita alami.”
(fath/arrahmah.com)