GAZA (Arrahmah.id) – Seorang warga negara Kanada ditembak dan dibunuh oleh pasukan pendudukan ‘Israel’ karena diduga mencoba melakukan serangan penusukan di dekat sebuah pemukiman di ‘Israel’ selatan.
Insiden tersebut dilaporkan terjadi di pintu masuk Netiv HaAsara yang terletak dekat perbatasan dengan Gaza pada Senin (22/7/2024), di mana keamanan telah ditingkatkan sejak 7 Oktober, Reuters melaporkan.
Laporan tersebut mengutip pernyataan militer ‘Israel’ bahwa pria tersebut “keluar dari kendaraannya dan mengancam dengan pisau” anggota tim respons cepat permukiman yang beroperasi di daerah tersebut.
“Tim reaksi cepat merespons dengan tembakan dan melumpuhkan tersangka,” demikian pernyataan militer.
Tidak ada laporan korban luka di pihak pasukan keamanan, kata militer.
Mengutip lembaga penyiaran publik ‘Israel’, The Times of Israel, mengatakan pria tersebut, yang membawa paspor Kanada, berteriak “Free Palestine’ saat melakukan serangan tersebut.”
Surat kabar itu mengatakan bahwa menurut situs berita Walla, tersangka berteriak, “Kalian membunuh orang-orang di Gaza!”
A CANADIAN CITIZEN PROTESTING AGAINST THE ISRAELI GENOCIDE WAS EXECUTED BY ISRAELI TROOPS
Media reports he was shot dead in a stabbing attempt near the border of Gaza (this appears to be a lie)
They called him a terrorist (this is also a lie)
The statement from the shooter who… pic.twitter.com/yHZ8gwiLGS
— Sulaiman Ahmed (@ShaykhSulaiman) July 22, 2024
‘Tidak Ada Cedera’
Layanan ambulans ‘Israel’ mengatakan “tidak ada cedera fisik dalam upaya penusukan tersebut,” demikian laporan surat kabar tersebut.
Menurut Jaringan Berita Quds, otoritas ‘Israel’ mengklaim bahwa pria tersebut mencoba menikam tentara.
“Namun, rekaman video insiden tersebut menunjukkan bahwa dia berada pada jarak yang cukup jauh dari para prajurit dan tidak menimbulkan ancaman langsung kepada mereka,” kata laporan itu.
Gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengatakan insiden di pintu masuk “permukiman” tersebut adalah “respons alami terhadap kejahatan dan pembantaian yang terus-menerus dilakukan oleh pendudukan di Jalur Gaza, serangan terus-menerus oleh pemukim di Tepi Barat, dan pelanggaran oleh tentara pendudukan terhadap tempat-tempat suci Islam dan Kristen yang ada di tanah kami.”
“Perlawanan dan konfrontasi rakyat kami terhadap pendudukan tidak akan berhenti selama denyut nadi masih ada di antara kami, dan sampai pendudukan berakhir,” kata gerakan itu dalam sebuah pernyataan. (zarahamala/arrahmah.id)