XINJIANG (Arrahmah.com) – Seorang wanita etnis Uyghur yang ditahan oleh polisi Cina pada bulan Februari ketika mencoba untuk meninggalkan negara untuk ikut dengan suaminya di Turki telah meninggal dalam tahanan polisi di negara asalnya Xinjiang, menurut sumber-sumber di wilayah tersebut, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Senin (29/6/2015).
Tursungul, (32), yang dalam keada sehat sebelum dibawa ke tahanan, meninggal tak lama setelah dibawa ke kantor polisi Shaptol Township di Kashgar (dalam bahasa Cina, Kashi) Peyziwat (Jiashi), kata seorang Uyghur yang tinggal di Turki mengatakan kepada RFA Uyghur Service, mengutip sumber-sumber di Xinjiang.
“Dia meninggal dalam seminggu ini dan dimakamkan di suatu tempat oleh polisi,” kata pria itu, yang telah berhasil melarikan diri ke Turki dengan suami Tursungul beberapa waktu sebelumnya.
“Pihak berwenang mengatakan kepada kerabatnya bahwa ia telah meninggal mendadak karena gagal jantung,” katanya.
Berharap untuk bertemu kembali dengan suaminya yang telah pergi ke Turki, Tursungul telah melakukan perjalanan ke Cina selatan dengan anak perempuannya yang berusia 15 tahun, dan anak laki-lakinya yang masih bayi, menurut sumber RFA, yang berbicara dengan syarat anonim.
“Mereka bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain, menunggu kesempatan untuk melintasi perbatasan,” katanya.
“Dia meninggal begitu muda“‘
Tursungul ditahan oleh polisi pada bulan Februari di daerah yang berbatasan dengan provinsi Guangdong Cina selatan, kata sumber itu.
Setelah ditahan dan diinterogasi selama sekitar satu bulan, dia dibawa ke kota kelahirannya Shaptol oleh petugas dari Biro Polisi wilayah Peyziwat.
“Dia meninggal begitu muda,” kata sumber itu, dan menambahkan bahwa baik dia maupun suaminya telah menerima kabar tentang nasib anak-anak mereka dari sumber-sumber mereka di Xinjiang.
“Kami tidak tahu apakah mereka masih hidup atau tidak,” katanya.
Putra pasangan itu yang berusia 16 tahun ditahan oleh polisi di Shaptol pada bulan Januari dan juga tidak diketahui keberadaannya, katanya.
Meskipun berita kematian Tursungul pertama kali diterima pada bulan Maret, tetapi kasus itu tertunda karena kekhawatiran atas keselamatan informan di daerah asalnya.
Dihubungi untuk memberikan komentar, petugas dari Kantor Polisi Kota Shaptol dan pemerintah daerah lainnya menolak untuk berkomentar tentang kasus ini, dimana seorang pejabat kota itu mengatakan kepada RFA, “Ini bukan tanggung jawab saya. Jangan tanya saya pertanyaan semacam ini.”
(ameera/arrahmah.com)